Bab 3
"Kita sudah sepakat soal cinta satu malam! Rafael, kenapa kamu menghentikanku?"
"Pria sejati harus menepati janji!"
Begitu kata-kata ini keluar, dia langsung terbaring patuh di ranjang, membiarkanku melakukan apa saja.
Jubah mandinya kulempar ke lantai dengan kencang.
Ketika delapan otot perutnya terpampang di depanku, aku tidak bisa menahan diri dan menelan ludah.
Kulitnya sehat dan berwarna kecoklatan, garis ototnya kencang dan elastis.
Bahu lebar, punggung ramping, bentuk tubuhnya sangat ideal dan ini adalah bentuk segitiga terbalik yang terkenal itu.
Aku mengulurkan tangan dan perlahan membelai tubuhnya.
Gairah yang dipicu oleh alkohol membuat sentuhan sederhana itu tidak cukup memuaskanku.
Tanganku mulai bergerak turun.
"Clara!"
Dia tiba-tiba menggenggam pergelangan tanganku.
Suaranya serak, sedikit parau.
"Pikirkan baik-baik yang aku inginkan bukan hanya sekadar cinta satu malam."
"Begitu kamu tidur denganku, tidak ada jalan kembali."
"Apakah Tuan Muda Rafael ingin mencari alasan?"
"Atau Tuan Muda Rafael benar-benar tidak mahir dalam hal itu?"
Aku melihat pria tampan di depan dengan pandangan kabur dan penuh keinginan menggodanya.
Kemudian, aku mendorong tangannya dan membungkuk untuk meniupkan napas di telinganya.
Sekalian membisikkan kata menggoda.
"Tuan muda Rafael, kalau takut katakan saja, aku tidak akan membocorkan rahasiamu."
Rafael tiba-tiba tertawa.
Suara tawanya menggema sampai matanya pun menyipit.
Di luar, Rafael selalu tampil dengan wajah dingin, bahkan ada yang curiga kalau dia tidak bisa tertawa.
Tidak disangka, dia sangat tampan saat tertawa.
Lesung pipit yang muncul di pipinya begitu menawan, membuat jantungku berdebar lebih cepat.
Kemudian, aku mendengar suara bahagianya di telingaku.
"Clara, kamu jangan menyesal."
Setelah kalimat ini keluar, sebelum otakku sempat merespon, tubuhku sudah dibopong olehnya.
Dunia terasa berputar, saat aku membuka mata lagi, dia sudah sepenuhnya menguasai tubuhku.
Tanganku diangkat ke atas kepala dan jari kami saling terkait.
Wajahnya mendekat dan ciuman dengan aroma mint mendarat tegas di bibirku.
"Clara, sebentar lagi kamu akan tahu seberapa mahirnya aku."
Ketika Hansel pulang dari bar, waktu sudah menunjukkan jam dua dini hari.
Dia mengambil ponselnya.
Di WhatsApp, Clara mengabarinya ada urusan mendadak, jadi tidak bisa menjemputnya.
Setelah itu tidak ada kabar lainnya atau telepon.
Hansel berpikir dirinya akan menikah sebentar lagi, jadi ingin memuaskan dirinya malam ini.
Saat dia meneleponnya dalam keadaan mabuk, itu karena benar-benar merindukannya.
Namun, begitu panggilan ditutup dan seorang wanita yang sangat seksi muncul di pelukannya, rasa rindu pada Clara dilupakan begitu saja.
Dia berpikir Clara memang selalu lamban, jadi tidak akan sampai ke bar dalam waktu dekat.
Clara terkenal sebagai wanita baik-baik di lingkaran pergaulannya.