Pustaka
Bahasa Indonesia

Cinta Satu Malam Dengan CEO

4.0K · Tamat
Rahma Tirta
11
Bab
205
View
9.0
Rating

Ringkasan

Hansel selalu dikenal dengan reputasinya yang playboy, tetapi dia bersedia menikah denganku dan merubah sifatnya. Dia berkata, "Menikah tentu harus memilih seseorang yang baik dan patuh seperti Clara, seorang istri dan ibu yang baik." "Dengan begitu, aku bisa bermain diluaran sana dengan wanita lain sepuasnya setelah menikah." Tapi dia tidak tahu, aku sebenarnya sangat pemberontak. Pada hari pernikahan, aku melarikan diri dengan pria lain.

TeenfictionRomansaPerselingkuhanOne-night StandPengkhianatanPernikahan

Bab 1

Aku tahu Hansel Efendi terkenal sebagai pria yang suka bersenang-senang di dalam lingkaran pertemanannya.

Dia liar, sulit diatur dan hidupnya penuh dengan gosip yang tidak pernah berhenti.

Namun entah kenapa pria seperti ini rela berubah setelah bertemu denganku.

Dia bahkan mengajukan untuk menikah denganku.

Sebenarnya aku terus bertanya-tanya kenapa Hansel memilihku di antara begitu banyak teman wanita.

Hingga hari ini, dia mabuk dan aku pergi menjemputnya.

Di dalam ruangan VIP kerlap-kerlip, lengan bajunya tergulung, memperlihatkan lengannya yang ramping.

Ada seorang wanita seksi berambut merah dalam pelukannya.

Wanita itu menempel erat padanya dan desahan ambigu yang keluar dari mulutnya membuat jantung orang berdegup kencang.

Setelah beberapa waktu, barulah dia melepaskan diri dari tubuh wanita itu dengan enggan.

Kemudian dia meraih gelas di meja dan meneguknya hingga habis.

Tatapan matanya seolah dia sudah kembali menjadi tuan muda Keluarga Efendi yang liar dan tak terkendali.

"Tuan Muda Hansel, kamu orang yang begitu suka bersenang-senang, apakah benar-benar sudah memutuskan untuk menikahi gadis baik-baik seperti Clara dan menghabiskan hidup seumur hidup dengannya?"

Wajah Hansel memerah, entah karena dorongan hasrat atau pengaruh alkohol.

Dia berkata dengan nada malas, "Kamu tahu apa."

Meskipun mabuk, tapi kata-katanya masih penuh keyakinan.

"Tentu saja menikah harus dengan wanita patuh dan pengertian seperti Clara."

"Dengan begitu, jika suatu hari aku punya wanita simpanan atau berselingkuh, dia tidak akan berani minta cerai."

"Wanita-wanita seperti itu hanya cocok menghiburku saat aku bosan."

Setelah mengatakan itu, Hansel menerima rokok yang dinyalakan wanita berambut merah.

Dia mengisap rokok dan mengembuskan asapnya.

Asap rokok menyelimuti seluruh wajahnya.

Semua orang di dalam ruangan tertawa setelah mendengarnya.

Hansel tersenyum, menarik wanita berambut merah dalam pelukannya dan tangannya mulai menjelajahi tubuhnya.

"Pergi ke panggung dan bernyanyilah untuk menghibur kami."

"Tapi Tuan Muda Hansel, aku hanya ingin menyanyi untukmu."

Hansel tidak memanjakannya dan langsung memberikan mikrofon yang diberikan seseorang dari samping.

"Kamu tahu aku tidak suka wanita yang tidak patuh."

Akhirnya wanita itu berdiri di panggung dan mulai menyanyi dengan patuh.

Aku berdiri di depan pintu dan melihat Hansel yang bersenang-senang di dalam dengan bingung.

Seseorang melihatku.

"Apakah Kakak Ipar datang menjemput Tuan Muda Hansel?"

Aku menekan emosiku dan menggelengkan kepala.

"Bukan, aku kebetulan datang mencari teman. Aku tidak akan masuk, takut mengganggu kesenangan kalian."

"Oh ya, tidak perlu memberitahunya kalau aku datang ke sini."

Mungkin ini pertama kalinya dia melihatku bersikap tegas dan dingin.

Orang itu tidak bicara lagi, hanya mengangguk pelan.

Bagaimanapun juga, di dalam lingkaran pertemanan ini mereka tahu betul kalau aku Clara Samanta adalah wanita baik yang terkenal patuh.

Jadi, sewaktu teman-teman tahu aku akan menikah dengan Hansel, tidak ada yang menyuruhku berpikir ulang.

Mereka hanya merasa iri.

Iri karena aku bisa menikah dengan pria sekaya dan setampan Hansel.

Iri karena aku bisa membuat Hansel berubah demi aku.

Namun tidak ada yang tahu kalau "kesetiaan" ini hanya untuk membuatnya bisa bermain-main dengan bebas setelah menikah.

Aku berbalik dan pergi.

Karena langkahku yang terburu-buru, aku menabrak seseorang.