Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Orang itu adalah Rafael Cahyono.

Penguasa dari Keluarga Cahyono di New Aros yang ditakuti semua orang.

Dia juga pria yang dikenal tidak pernah tertarik dengan wanita.

Dia berdiri di depanku dengan jas rapi, entah apakah perasaanku atau bukan, aku merasa tatapannya padaku tersirat sedikit ketertarikan.

Mungkin karena aku marah dengan apa yang dilakukan Hansel padaku tadi.

Tawa dari ruangan terus terdengar.

Julukan gadis baik-baik dengan nada sedikit mengejek terus terngiang dalam benakku.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku memberanikan diri berjalan ke arah Rafael, lalu berjinjit dan memeluk lehernya.

Kemudian menempelkan bibirku ke bibirnya.

"Tuan Muda Rafael, bagaimana kalau kita bermain cinta satu malam?"

Hansel tidak tahu kalau aku punya sifat yang sangat memberontak.

Kalau soal bermain, siapa yang tidak bisa?

Setelah ciuman itu berakhir, bibir dingin Rafael tetap tidak bergerak.

Dia hanya melihatku dengan diam.

Aku teringat rumor dirinya yang tidak tertarik pada wanita sehingga keberanian yang terkumpul tadi mulai menyurut.

Tepat ketika aku hendak melepaskan lehernya, Rafael tiba-tiba memeluk pinggangku dan menarik seluruh tubuhku ke dalam pelukannya.

Aroma nikotin samar membuatku sedikit bingung.

"Clara, apakah kamu juga bermain cinta satu malam seperti orang lain sekarang?"

Dia melihatku dengan saksama.

Tidak sulit untuk memahami kenapa dia mengatakan ini.

Aku mengenakan gaun klasik yang sopan.

Rambut panjang lurus hitam dengan riasan tipis yang patuh juga anggun.

Saat ini penampilanku di depannya, hanya sekali lihat sudah tahu kalau aku adalah gadis baik-baik yang terkenal di lingkaran ini.

Empat mata beradu pandang dan aku tidak melewatkan cemoohan di matanya.

Bibir merahku melengkung.

"Tuan Muda Rafael, apakah kamu berani?"

Ciuman Rafael langsung membuat tubuhku memanas.

Setelah bertunangan dengan Hansel, selain dia tidak ada lagi pria yang sedekat ini denganku.

Tidak disangka Rafael membawaku ke rumahnya.

Mobil berhenti dengan mulus di depan vila tunggal di lereng bukit.

Setelah masuk, dia mengeluarkan sandal pria miliknya dari rak sepatu dan meletakkannya di depanku.

"Tidak ada sandal wanita di sini, kamu pakai yang ini saja."

Ternyata dia benar-benar tidak terbiasa dekat dengan wanita.

Setelah itu, dia menggandeng tanganku tanpa mengatakan apa-apa dan langsung membawaku ke kamar mandi serta menyuruhku membersihkan tubuh.

Setelah mandi, aku baru menyadari ada segelas anggur merah dengan warna menggoda di atas meja kamar tidur.

Aku jarang minum anggur.

Namun hari ini aku sudah bersiap bermain liar. Setelah menghabiskan sebotol anggur, wajahku langsung memerah.

Sifat pemberontakku mulai keluar seiring efek alkohol yang dilepaskan dalam tubuhku.

Aku memberanikan diri melompat ke atas pangkuan Rafael dengan kedua kaki terbuka.

Aku mendorong Rafael sampai jatuh ke ranjang dan aku membuka jubah tidurnya.

"Rafael, aku dengar kamu tidak tertarik pada wanita, orang-orang bilang mungkin kamu tidak mahir dalam hal itu. Jika tidak, kenapa ada orang yang bisa menahan hasrat begitu lama, tanpa melakukan apa pun?"

Alkohol membuat otak tidak bisa membedakan yang benar atau salah.

Kalau saja aku sedikit lebih sadar, aku pasti bisa melihat Rafael yang terbaring di ranjang ini ekspresinya sangat jelek, seperti ingin mengusirku keluar saat ini juga.

Namun sekarang, dia hanya bisa menahan diri dan berusaha menghentikan gerakanku yang hendak membuka bajunya karena sedang mabuk.

Tetapi dalam sekejap aku memukul tangannya dengan keras sambil memelototinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel