Ringkasan
Pada malam sebelum pernikahan, tunanganku tiba-tiba menghilang. Seorang teman mengirimiku sebuah video. Tunanganku yang hilang itu sedang memegang sebuket mawar merah di bawah langit yang penuh dengan kembang api, sambil berteriak, "Lulu, menikahlah denganku!" Lulu adalah panggilan sayang pacarku untukku. Aku kira dia sedang gladi bersih untuk proses acara pernikahan, jadi aku pun terharu hingga meneteskan air mata. Namun kemudian, aku menerima telepon bahwa dia mabuk dan memintaku untuk menjemputnya. Tetapi ketika tiba di depan pintu ruang VIP restoran, aku melihat wajah pacarku penuh dengan perasaan cinta yang mendalam. Dia memegang wajah gadis lain dengan sangat lembut. "Lulu, satu-satunya cinta dalam hidupku hanyalah kamu seorang."
Bab 1 Lulu Yang Dia Cintai
Tanpa sengaja, aku bertatapan mata dengan wanita itu.
Dia sedang bersandar di bahu Reno. Di sampingnya ada sebuah buket mawar merah terang yang menyala seperti api. Aku ingat buket bunga mawar itu sama persis dengan buket bunga mawar yang dipegang Reno di dalam video.
Lima belas menit yang lalu, aku bahkan sampai meneteskan air mata terharu karenanya. Namun dalam sekejap mata, buket mawar itu sudah jatuh ke pelukan wanita lain.
Ruang VIP itu langsung berubah menjadi hening.
Teman Reno melihatku dan berkata dengan sedikit canggung, "Kak Lulu, kamu begitu cepat datang menjemput Reno?"
Aku tidak tahu apakah Reno benar-benar mabuk atau berpura-pura.
Dia bangkit dengan terhuyung-huyung, menyapu ke sekeliling ruangan dengan matanya dan langsung mengabaikan kehadiranku.
"Lulu? Bukankah Lulu ada di sini?"
Kemudian dia menunduk dan melihat ke wanita yang duduk di sofa itu, senyuman pun langsung muncul di wajahnya.
"Lulu, aku tahu kamu tidak rela aku pergi, kamu akan selalu ada di sisiku, bukan?"
Wanita yang bernama Lulu itu mengenakan gaun halter merah, rambut gelombang besarnya tergerai, dia tampak anggun dan mempesona.
Aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya, tapi aku merasa sangat familiar dengan wajahnya.
Karena Reno selalu menaruh fotonya di dalam dompetnya. Sangat spesial.
Hatiku langsung jatuh ke dasar lembah, tiba-tiba aku teringat, setiap kali kami berdua bermesraan, Reno akan selalu memanggilku Lulu dengan lembut.
Ternyata aku dan wanita ini sama-sama bernama Lulu.
Apakah ini suatu kebetulan?
Tiba-tiba aku merasakan dingin yang menusuk di sekujur tubuhku dan tidak bisa berhenti gemetar.
Luvena Permata tersenyum merendahkan, seolah-olah dia bisa melihat emosiku. Dia menyerahkan buket bunga itu padaku dengan tatapan penuh penghinaan.
"Reno sedang mabuk dan tidak bermaksud memberiku bunga ini."
"Jangan salah paham, dia memang begitu, dia jadi linglung kalau terlalu banyak minum."
Aku tidak mengabaikan sindiran di wajahnya.
Tapi aku tetap mengambil buket bunga itu dan memeluknya dengan erat.
Reno akhirnya melihatku dan tanpa sadar berjalan ke arahku.
Bagaimanapun juga, kita sudah bersama selama lima tahun. Aku tidak bisa menahan diri untuk berharap bahwa ini semua adalah kesalahpahaman dan dia akan menjelaskan semuanya kepadaku.
Namun, ketika dia melihatku memegang buket bunga itu, wajahnya langsung berubah masam.
Wajah Reno dipenuhi dengan kemarahan, dia berteriak dengan suara keras, "Ini adalah bunga yang kuberikan untuk Lulu, bukan untukmu!"
"Cepat kembalikan padanya!"
"Enyahlah kamu dari sini!"
Temannya bergegas ke arahnya dan menarik Reno, "Kamu mabuk, jangan banyak bicara."
Kemudian temannya menatapku dan berkata sambil tersenyum, "Kak Lulu, jangan tersinggung ya. Reno sudah lama tidak bertemu Luvena, jadi dia hanya terlalu emosional untuk sesaat dan salah bicara."
Tapi Reno masih menatapku dengan marah.
Aku menatapnya dan tiba-tiba merasa seperti tidak mengenalnya lagi.
Jelas-jelas seminggu yang lalu, pria ini masih menggenggam tanganku dan berkata mau menikahiku.
Tapi setelah menghilang selama seminggu, bagaimana dia bisa berubah menjadi seperti ini sekarang?
Tatapan matanya, marah seperti sedang melihat seorang musuh bebuyutan.
Tapi aku ini adalah tunangannya!
Tanpa menunggu aku berbicara, Reno menjadi sangat marah dan langsung merebut bunga di tanganku.
Dia mendorongku dengan keras.
Aku terhuyung-huyung dan terdorong jatuh ke lantai. Lalu, aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, Reno memeluk kembali buket bunga itu dan berjalan ke hadapan Luvena.
Tatapan Reno penuh kepastian saat dia memegang buket bunga itu lalu berlutut dengan satu kaki di depan Luvena.
"Lulu, maukah kamu menikah denganku?"
"Ini adalah bunga mawar favoritmu, kamu telah pergi selama bertahun-tahun, aku sangat merindukanmu setiap hari."
Orang-orang di sekitar mereka bahkan tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.
Hanya tersisa pengakuan cinta yang tulus dari Reno.
Itu sama persis dengan video lamaran yang dikirim oleh temanku.
Setelah aku menyaksikan adegan ini dengan mata kepalaku sendiri, aku baru tersadar.
Reno memang mencintai "Lulu".
Tapi Lulu yang dia maksud adalah Luvena Permata, bukan aku, Luna Deranda.
Setiap kata pengakuan cinta yang diucapkan Reno pada Luvena saat ini berubah menjadi pedang tajam yang menusuk dadaku dengan ganas hingga berlumuran darah.
Rasa sakit hati ini membuatku tercekik, membuatku tertekan.
Aku tidak bisa terus tinggal di sini. Aku berbalik untuk pergi.
Namun, pada saat ini, Reno yang sedang berlutut, jatuh jungkir balik dan pingsan di lantai.
Luvena langsung memanggilku.
"Luna, benar? Cepatlah bawa Reno pulang, dia mabuk, anggap saja masalah ini tidak pernah terjadi."
Yang lain buru-buru memapah Reno berdiri dan membawanya ke sampingku.
"Kak Lulu, sebentar lagi kamu dan Kak Reno akan menikah, jadi secara logis kami seharusnya memanggilmu kakak ipar."
"Jadi kakak ipar, kamu jangan terlalu memasukkan masalah hari ini ke dalam hati, terlebih lagi, jangan sampai hal ini mempengaruhi pernikahanmu dengan Kak Reno."
Ketika aku sedang tenggelam dalam pikiranku, beberapa orang memapah Reno menuju mobilku.
Luvena menatapku dengan alis terangkat, tatapan matanya penuh dengan provokasi.
"Reno sudah memberitahuku tentang pernikahan kalian. Aku pasti akan datang ke pesta pernikahan kalian."
"Namun meskipun dia menikahimu, tapi dia tidak pernah mencintaimu, aku sungguh merasa kasihan padamu."
Semua yang kulihat hari ini membuatku marah hingga kepala dan hatiku terasa sakit tak tertahankan.
Detik itu aku lupa untuk membalas ucapannya, hanya tanpa sadar menginjak pedal gas dengan kuat.
Pada saat ini, pikiranku dipenuhi dengan adegan Reno yang sedang berlutut satu lutut di depan Luvena.
Ketika teringat beberapa tahun ini Reno memanggilku dengan nama Lulu tapi ternyata dia memikirkan wanita lain, aku merasa jijik.