Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pulang Kerumah

Dalam keadaan terpuruk dan bingung, Ronald melangkahkan kakinya dengan gontai memasuki rumah orangtuanya. Ekspresi wajahnya terlihat lesu dan cemas, Ia merasa begitu bersalah kepada Vania, karena telah membuatnya merasa sedih dan kecewa.

Orangtua Ronald saling berpandangan, merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan anak mereka.

"Tentu dia tidak baik baik saja." Ucap mommy Ronald yang mendapat anggukan dari sang suami.

Ronald membanting tubuhnya ke sofa dimana Daddy dan Mommy nya tengah menikmati teh berdua.

"Kali ini kamu pulang tanpa harus Daddy jemput, apa sesuatu yang buruk terjadi." Tanya sang ayah pada putranya tanpa basa basi.

"Atau kamu sudah siap dengan permintaan mommy sayang?." Tanya mommy Ronald dengan sumringah, berharap anaknya bersedia untuk segera menikah sesuai dengan permintaan nya.

"Vania marah dan pergi meninggalkan Ronald mom." Jawab Ronald dengan penuh frustasi.

"Tentu kamu baru saja melakukan kesalahan yang fatal terhadapnya, karena dari yang mommy lihat dia begitu mencintaimu."

Daddy: "Hm, Daddy bisa menebaknya."

Mommy: "tentu saja karena kelakuan nya tak jauh beda denganmu."

Ronald: "beda Dad, Ronald benar mencintai Vania."

Daddy: "lalu apa yang membuatnya pergi jika bukan karena kenakalan mu."

Mommy: "jika benar dia pasti teramat kecewa."

Ronald: "No, itu hanya salah paham dan Ronald akan mencoba menjelaskan padanya." Jawab Ronald seraya bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

Daddy: "semoga berhasil bro!." Teriak Reinhard menyemangati, sedang Elora nampak gusar karena ia sudah begitu ingin anaknya itu segera menikah dan fokus mengelola perusahaan keluarga, ia juga muak karena sahabatnya terus memamerkan cucu baru padanya.

Di kamar, Ronald terduduk di tepi ranjang miliknya, menatap nanar ke arah luar jendela. Pikirannya tak henti-henti memutar ulang kejadian yang menimpanya, mencoba mencari cara untuk memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi. Ia sangat mencintai Vania dan tak ingin kehilangan wanita yang membuatnya berhenti dari kehidupan bebasnya.

**

Di tempat lain Kelvin (sahabat Ronald) baru saja pulang dari kantor dan di sambut hangat oleh istrinya.

"Bagaimana dengan hari ini?." Tanya Brianna Marya Willyam yang tak lain adalah istri Kelvin.

"Cukup melelahkan karena Ronald masih cuti."

"Bijaklah sedikit, barangkali ia terlalu penat sampai akhirnya mengambil cuti untuk beberapa hari."

"Ya, tapi sepertinya dia tengah dalam masalah dengan kekasihnya."

"Oh ya."

"Nyatanya Vania tidak tau jika ia tengah mengambil cuti dan mengatakan mereka tidak bertemu dalam beberapa hari terakhir."

"Vin."

"Hm."

"Besok aku akan mengantar mommy ke rumah sakit untuk control kesehatan, setelah itu Dianna dan Renata akan datang kemari boleh?."

"Come on Marya, sejak kapan suami mu pernah melarang mereka datang."

"Hihihi, thank you." Brianna lantas mengecup kening sang suami sebagai ucapan terimakasih.

"Aku akan pergi mandi, bawa Junior ke kamar setelah aku selesai." Ucap Kelvin yang rindu pada putranya.

"Siap Dad." Jawab Brianna dengan semangat, hatinya begitu berbunga bunga lantaran esok kedua sahabatnya akan datang mengunjungi dirinya. Selepas suaminya pergi ke kamar mandi Brianna lantas keluar menuju kamar sang anak dan mengambil Junior yang tengah dalam gendongan suster pribadinya.

"Junior baru saja tidur Nona." Terang suster yang berjaga pada istri Ceo ternama itu.

"Tidak apa sust, seperti biasa Daddy nya ingin bermain dengan Junior." Jawab Brianna seraya mengambil alih sang anak dari gendongan suster.

"Kalian berdua tolong rapikan saja kamar dan jangan lupa untuk mengganti botol susu nya."

"Siap Nona."

Brianna lantas bergegas pergi keluar dan masuk ke dalam kamarnya, dimana sang suami telah selesai mengganti pakaian.

"Kamu sudah selesai Vin."

"Tentu saja karena kamu tidak menemaniku mandi." Jawab Kelvin dengan sengaja menggoda sang istri.

"Daddy mu mulai nakal sayang." Ucap Brianna pada anaknya seraya merebahkan sang anak di ranjang. Kelvin pun lantas naik ke ranjang dan telungkup sembari terus menciumi wajah anak nya, hingga bayi tampan dan mungil itu terus menggeliat.

"Bisa pelankan ciuman mu, lihat lah anakmu yang bersiap untuk mengamuk."

"Aku begitu merindukannya Marya."

"Hanya Junior?."

"Come on Marya, kamu bahkan cemburu pada anakmu sendiri."

"Lalu mengapa tak mengajak kami untuk pergi ke kantor."

"Oh come on Baby, udara di kantor tidaklah baik untuk Junior."

"Tapi kami juga bosan Daddy terus menerus di dalam rumah." Jawab Brianna seolah mewakili anaknya.

"Aku lebih percaya jika anak ku nyaman di dalam rumah dibanding pergi keluar hanya untuk melihat keramaian."

"Hufft, Vin.. bagaimana jika setelah ini kita pergi liburan."

"Aku belum memberitahu mu tentang satu hal Marya."

"Apa."

"Aku membuat kompetisi untuk Norbert dan Ronald, siapa diantara mereka nantinya yang akan menikah dan berhasil menghamili istrinya lebih dulu akan mendapat hadiah dariku."

"Are you sure?."

"Ya."

"Mereka bersedia dengan ide gila itu?."

"Tentu saja."

"Bukankah kamu baru saja bilang jika sepertinya Ronald dan Vania tengah bertengkar."

"Kita juga pernah bertengkar Marya, tapi pada akhirnya kita pun menikah."

"Itu karena lo pemaksa b0d0h." Lirih Brianna sambil mengingat betapa menyebalkannya suaminya itu.

"Itu karena lo cinta dengan gue Brianna Marya Willyam, kalau tidak tentu saja lo gak mau gue paksa." Balas Kelvin.

"Di depan Junior kita tidak boleh lo gue bukan?."

"Mommy mu yang mulai tapi mommy juga yang memarahi Daddy." Protes Kelvin pada anaknya.

"Hmm, tentu saja Ronald akan kalah karena Norbert adalah seorang Dokter kandungan."

"Heh, bukan sebuah jaminan meski ia seorang Dokter Baby."

"Bagaimana bisa Ronald mau menerima begitu saja kompetisi gila ini."

"Karena sebelumnya mereka adalah dua pria kampus yang saling bersaing pada masanya."

"Hahaha itu benar benar konyol, gue rasa Ronald jauh lebih menarik di banding Norbert."

"What?!."

"No no no, Kelvin lah yang paling menarik dan tampan oke." Brianna buru buru memuji sang suami karena Kelvin bisa saja marah dan cemburu.

"Dan pastinya milik ku sudah terbukti." Jawab Kelvin dengan wajah cemberut karena kesal istrinya memuji Ronald.

*ya ya ya, apa lo lupa Brian jika lo menikah dengan pria yang bukan hanya besar kem4l*an tapi juga besar rasa cemburu* batin Brianna dalam hati.

"Lihatlah semakin hari ia semakin tampan seperti Daddy nya." Ucap Kelvin.

"Ya tapi semoga saja ia tak seliar Daddynya." Jawab Brianna.

"Come on Marya, biarkan saja jika ia seperti Daddy nya. Bukankah pada akhirnya ia tetap memilih satu wanita yang benar benar ia inginkan." Jawab Kelvin seraya bermain mata sambil tersenyum tengil ke arah istrinya.

"Hmm, tapi ada baiknya jika ia menjadi pria yang lebih baik."

"Apa menurutmu suamimu tidak baik?."

"Baik Vin....tapi aku ingin ia menjadi lebih baik lagi."

"Katakan pada mommy mu jika masa muda adalah masa yang tidak akan bisa terulang lagi, jadi puas puaskan masa mudamu nanti seperti Daddy." Bisik Kelvin di telinga anaknya yang mendapat pelototan dari sang istri. Setelah puas bercengkrama dengan anak nya, Brianna lantas membawa Junior kembali ke dalam kamarnya dan setelah itu ia dan Kelvin beristirahat karena Kelvin tubuh Kelvin sudah begitu lelah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel