Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Aparteman Renata

Pagi pagi sekali Maryo sudah bangun dan kemudian sarapan bersama kedua anaknya, setelah itu ia pun berpamitan untuk kembali ke Bandung.

"Papa hati hati jangan lupa Gery menunggu papa untuk bertanding game minggu depan." Ucap Gery saat papa nya akan pergi.

"Dan kamu juga hati hati, jangan ulangi apa yang telah menjadi kesalahanmu Ger, jaga kakakmu karena kamu anak laki laki."

"Siap pa." Jawab Gery dengan penuh semangat.

"Papa jaga kesehatan disana." Ucap Renata saat Maryo mengecup keningnya.

"Iya sayang, jaga adikmu baik baik."

"Iya pa."

"Jika begitu papa berangkat sekarang oke."

"Bye pa." Ucap Renata dan Gery secara bersamaann. Maryo lantas keluar aparteman bersama supir sekaligus bodyguardnya. Gery sendiri sebenarnya begitu ingin bersama papanya namun Maryo meminta nya untuk tinggal bersama sang kakak sementara waktu di aparteman. Baru nanti setelah kakaknya menikah, Gery akan Maryo ajak tinggal bersama sekaligus Maryo akan mengajari anak laki lakinya itu ilmu dalam mengelola perusahaan.

Setelah kepergian Maryo kini tinggal lah Gery dan Renata.

"Lo mau ikut gue." Tanya Renata.

"Kemana?."

"Rumah kak Brian."

"Ish sorry ya, buang buang waktu gue tau gak cuma nganter lo ngumpul ama temen temen lo kak."

"Ish songong banget bocah, yaudah kalau gak mau lo bisa sendiri di aparteman."

"No problem, dari pada ikut lo mendingan gue sendirian di rumah dan ngegame."

*Ting Tung*.

Bel aparteman milik Renata berbunyi, Renata lantas bergegas membuka pintu.

"Aaaa!!!! Gue kangen banget ama lo Na'." Renata berhambur memeluk sahabatnya.

"Okay, gue pun kangen ama lo tapi bisakah kita masuk dulu." Jawab Dianna dan Renata kemudian menarik tangan sahabatnya itu untuk masuk ke dalam aparteman nya, Dianna sendiri datang bersama dengan Norbert.

"Hai Ger." Sapa Dianna pada Gery yang tengah bermain PS.

"Hai kak." Gery lantas bangun dan berjabat tangan dengan Dianna dan kemudian melakukan fist bump atau salam tinju dengan Norbert.

"Ketemu lagi kita." Lirih Gery pada Norbert.

"Benar, apa lo masih sama menyebalkan nya." Jawab Norbert

"Gue rasa tidak akan ada yang berubah dari gue." Jawab Gery sambil menaikan sebelah alisnya membuat Dianna menghela nafas panjang dan kemudian memilih duduk di sofa.

"Kemarilah bung, kita lihat siapa yang lebih jagoan diantara kita." Geri menantang Norbert untuk bermain PS bersamanya. Norbert lantas tersenyum smirk dan kemudian duduk di samping Gery dan bersiap melawan pria kecil yang begitu menyebalkan.

"Okay gue akan bertanding dengan lo tapi jika lo kalah lo musti ikut dengan gue." Ucap Norbert.

"Heh itu tidak akan terjadi."

"Baiklah jika begitu kita mulai." Jawab Norbert dan keduanya pun lantas memulai pertandingan.

*

"Ini untuk lo." Dianna memberikan paper bag pada Renata.

"Ooow so sweet, thank you baby lo selalu ingat gue kemanapun lo pergi."

"Hmmmm, tapi lo gak pernah ingat gue."

"Lo yang pergi tanpa pamit Na', apa ada sesuatu yang terjadi antara kalian."

"Tidak!!, kami hanya pergi untuk berkencan." Teriak Norbert yang mendengar peetanyaan Renata, ia tak mau kekasihnya itu bercerita tentang apa yang terjadi pada sahabatnya.

"Apa dia benar." Bisik Renata yang tak yakin.

"Ya, dia benar kami hanya pergi untuk berkencan."

"Haruskah mengganti nomor ponsel." Renata menaikan sebelah alisnya.

"Lo bisa cobain dress yang gue beli tanpa perlu bertanya lebih jauh."

"Oh shitt!!, lo mulai main rahasia rupanya."

"No Nat, lo aja yang gak pernah percaya dengan dia." Jawab Dianna.

"Hmm baiklah jika begitu bagaimana jika kita pergi sekarang."

"Nanti dulu, kita lihat siapa antara mereka yang menang."

"Memangnya kenapa." Tanya Renata tak mengerti.

"Norbert akan membawa Gery kerumah sakit dan bertemu dengan teman nya yang ahli dalam penanganan kasus Gery."

"Tapi dia sudah bilang jika tidak akan mengulanginya lagi."

"Sejak kapan lo jadi bodoh." Ketus Dianna.

"Benar juga." Renata menggaruk kepalanya saat sadar tidak ada kenakalan yang sembuh dengan instan dalam proses bertobat.

"Bagaimana dengan tante Niluh Nat."

"Hufft, mama masih dengan egonya dan tentu saja beliau marah saat anak anaknya memilih papa."

"Artinya mereka bertemu."

"Ya mereka bertemu dan sempat terjadi adu mulut, mama ingin segera di ceraikan namun papa menolak."

"Gue rasa bokap lo jauh lebih cerdas."

"Benar, papa tidak ingin mama mengacaukan semuanya karena papa tau seperti apa mama ketika sudah nekat."

"Lalu bagaimana dengan calon mertua lo."

"Papa Nyoman menyetujui rencana pernikahan gue, dan yang membuat mama marah besar ketika beliau terang terangan mengakhiri hubungan nya dengan mama dan mengatakan jika ia lebih memilih anaknya dibanding mama."

"Oh shitt, itu pasti sangat sakit."

"Itu sebabnya mama begitu marah dan meminta papa Nyoman tetap menikahinya."

"Are you sure."

"Untuk apa gue bohong."

"Selanjutnya bagaimana dengan papa Nyoman."

"Beliau tetap akan menikahkan gue dengan Nyoman karena dari yang beliau tau gue tengah mengandung cucunya."

"Lo membohonginya?."

"Bukan gue tapi anaknya."

"Ooouh f*ck gue kalah." Terdengar umpatan Gery.

"Baiklah, artinya lo musti ikut gue." Jawab Norbert.

"Katakan terlebih dahulu kita akan kemana."

"Menemui seorang wanita cantik."

"Oh ya."

"Tentu."

"Baiklah jika begitu gue akan ikut." Jawab Gery dengan penuh semangat membuat Dianna dan Renata menggeleng bersamaan. Norbert lantas bangun dari duduknya dan menghampiri Dianna.

"Aku akan menjemputmu nanti." Ucap Norbert seraya mengecup kening Dianna.

"Baiklah, kamu hati hati Dok jangan lupa untuk mengawasinya."

"Aku rasa dia yang akan mengawasiku." Norbert menunjuk ke arah Gery yang tengah bersiap mengambil sepatu miliknya.

"Ya itu lebih baik."

"Lo hati hati Ger, hubungi kakak jika butuh sesuatu jangan lupa minum obat lo." Renata mengingatkan adiknya.

"Ok kak."  Gery melangkah keluar pintu dengan riang.

"Aku pergi dulu sayang." Norbert mengecup bibir Dianna.

"Titip adik ku." Ucap Renata kemudian yang tak di gubris oleh Norbert yang memilih pergi.

"Bagaimana dengan kita Na'."

"Brian tengah pergi bersama mertuanya ke rumah sakit untuk control kesehatan tante Regina, kita tunggu sampai Brian bilang jika sudah sampai di rumah."

"Itu akan lama, karena dokter yang menanganinya adalah calon mertua lo yang tak lain sahabat tante Regina."

"Lo sendiri kenapa begitu bersemangat." Jawab Dianna yang tau isi kepala sahabatnya.

"Hahahaha."

"Tentunya dia tidak akan muncul disana bodoh karena ini adalah hari libur dan pastinya ia menikmati hari libur bersama kekasihnya.

"Tidak ada salahnya berharap bertemu meski hanya untuk menikmati pesona ketampanan nya."

"Semoga saja Nyoman tidak tau jika calon istrinya masih saja melirik pria lain."

"Heh, jangan sampai dia tahu tentunya." Jawab Renata seraya bangkit dari duduknya dan mengambil jus dari dalam lemari es dan mengeluarkan beberapa cemilan.

"Kenapa baru sekarang lo ambil minuman."

"Karena gue fikir tadi kita akan segera pergi."

"Nat."

"Hmm."

"Lo pernah punya gambaran ingin menikah dengan konsep pernikahan yang seperti apa."

"No."

"Why?."

"Karena dulu gue fikir gue tidak akan pernah menikah."

"Okay, lalu bagaimana dengan sekarang saat lo yakin akan menikah."

"Tetap saja sama gue sama sekali tidak memiliki bayangan seperti apa nantinya pesta pernikahan gue."

"Lo ingin punya pesta yang mewah."

"No."

"Artinya sama, gue pun tidak ingin menikah dengan pesta yang mewah."

"Lalu."

"Lo tentunya tau bagaimana keluarga Norbert."

"Ya ya ya, bahkan ia dengan terang terangan melamar lo dimana satu dunia dapat menyaksikan itu semua."

"Itu sebabnya gue merasa begitu tertekan."

"Hahaha hidup lo tidak akan pernah jauh dari kamera dan para paparazzi."

"Ya itu benar benar memuakan pastinya." Jawab Dianna. Dianna sendiri sesungguhnya adalah seorang yang tertutup dan sangat tidak suka jika kehidupannya harus menjadi konsumsi publik. Bahkan ia rela menyetir sendiri saat pergi dengan teman teman nya karena tak ingin supir mengetahui obrolan mereka dan menjadikan bahan gosip.

Renata dan Dianna terus mengobrol, menikmati cemilan sambil menunggu telfon dari Brianna.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel