Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

PERGI!

TOK TOK TOK

Pintu kamar Vania di ketuk oleh salah satu bodyguard nya. Vania yang tengah beristirahat lantas bangun sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu pusing.

"Ada apa." Tanya nya kemudian pada Toro yang berdiri diambang pintu bersiap menyampaikan berita pada atasannya itu.

"Maaf nona, saya baru mendapatkan informasi jika tuan Ronald tengah dalam perjalanan menuju kesini."

"Siapkan mobil, aku musti kerumah sakit terdekat." Jawab Vania kemudian masuk kembali ke kamar dan mengambil tas miliknya kemudian pergi keluar bersamaan dengan bodyguardnya yang mengekori ia dari belakang.

"Kalian berdua, tetap disini dan biarkan saja Ronald masuk." Ucap Vania pada dua anak buahnya yang berdiri di dekat pintu keluar villa.

"Siap Nona!!." Jawab keduanya dengan lantang.

"Toro, kamu antar saya kerumah sakit."

"Siap nona." Jawab Toro dan bergegas membukakan pintu mobil untuk Vania. Vania segera masuk ke dalam mobil dan menyandarkan kepalanya yang terasa begitu pusing. Ia begitu khawatir dengan kandungan nya, karena ia yakin sekali jika usia kandungannya sendiri pasti masihlah begitu muda.

"Pelan saja, jangan sampai perutku terguncang." Minta Vania pada Toro.

"Siap Nona."

Jarak antara villa menuju rumah sakit sendiri cukuplah jauh, dan selama dalam perjalanan Vania memilih untuk tidur. Hingga saat sampai di rumah sakit Toro dengan sigap mencari kursi roda dan segera membawa Vania menuju ke ruang dokter kandungan.

Tubuh Vania yang lemah itu berbaring di ranjang dan seorang dokter cantik mulai memeriksa perutnya.

"Dok, apa benar saya hamil." Ucap Vania.

"Benar sekali dan selamat ya nona. sebelumnya perlu dinketahui jika usia kandungan nona baru meginjak dua minggu."

"Tubuh saya terasa begitu lemah, apa ada sesuatu yang salah."

"Tentu saja tidak, tubuh anda hanya tengah mengalami proses perubahan dan penyesuaian. Setelah ini saya akan memberikan resep vitamin."

"Apa saya perlu di rawat."

"Untuk saat ini saya rasa tidak perlu, anda hanya butuh istirahat yang cukup dan suasana hati yang baik."

"Baiklah Dok." Jawab Vania.

"Kita lakukan USG sebentar untuk melihat janin." Ucap Dokter cantik sambil membuka baju Vania di bantu oleh asisten nya. Setelah itu Vania pun fokus melihat pada layar monitor sambil mendengarkan penjelasan dokter. Tanpa terasa airmatanya pun jatuh membasahi pipi. Ia begitu bahagia mengandung bayi dari pria yang begitu ia cintai. Namun ia juga teramat sakit menyadari jika ayah dari bayi yang ada dalam kandungan nya telah berkhianat. Dokter mengusap pundak Vania mencoba memahami tangis bahagia pasien nya. Tanpa mengetahui jika tangis tersebut bukan hanya tangis bahagia namun juga tangis luka.

"Terimakasih Dok." Ucap Vania saat dokter memberinya kotak tisu, setelah itu ia pun duduk dan berpamitan pada dokter karena proses pemeriksaan telah selesai. Bodyguard nya lantas pergi untuk menebus Vitamin baru kemudian mereka kembali ke villa.

**

Ronald sampai di villa Vania dan segera masuk kedalam melewati dua bodyguard yang berjaga.

"Van!!, Van please!! Van!!." Teriaknya seraya berkeliling ruangan mencari Vania.

"Nona tengah pergi." Ucap seorang bodyguard membuat Ronald begitu geram dan menghampirinya. Ronald menarik kaos yang dikenakan oleh bodyguard Vania.

"Katakan dimana Vania atau hari ini juga gue kirim lo ke neraka." Ucapnya seraya meremas kuat kuat baju bodyguard Vania.

"Lakukan saja jika ingin nona semakin marah." Balas bodyguard Vania sambil tersenyum smirk karena ia tau kelemahan pria di depannya itu adalah atasan nya sendiri.

"F*ck!!." Umpat Ronald seraya mendorong tubuh bodyguard Vania hingga limbung dan terjerembab ke tembok. Sedang Ronald kemudian pergi ke kamar mencari kekasihnya. Ia membuka pintu dan tak mendapati Vania di ranjang. Setelah itu ia pun pergi ke kamar mandi dan mendapati segelas urin yang belum sempat di buang oleh Vania. Nafas Ronald memburu dengan dada naik turun dan bergegas keluar dari kamar mandi. Ia bersiap untuk keluar dari kamar namun matanya yang tajam menangkap sebuah benda diatas nakas samping ranjang. Ronald pun meraih benda yang tak asing lagi baginya. Bola matanya membulat seolah akan keluar dan keringat dingin membasahi keningnya, tangan nya bergetar meraih dua alat tes kehamilan yang ada di atas nakas.

"Van." Lirihnya sambil menjambak rambutnya sendiri dengan kasar. Ronald terus memandangi dua alat tes kehamilan yang ada di tangannya dengan kacau. Ronald menyapu wajahnya dengan kasar kemudian mengambil ponsel miliknya dari dalam saku. Ia mencoba menghubungi Vania, namun Vania tak mau mengangkat panggilan telfon nya.

Ronald benar benar merasa gila, hatinya begitu hancur mendapati kenyataan Vania yang tengah hamil namun menghindarinya bahkan dengan tegas Vania mengakhiri hubungan mereka.

Ronald bersiap untuk pergi mencari Vania, namun saat akan beranjak dari duduknya ia mendengar suara deru mobil yang berhenti. Ronald pun bergegas pergi keluar dan benar saja ia melihat Vania yang berjalan masuk ke dalam villa.

"Van." Lirihnya sembari meraih tangan Vania, mulutnya begitu kelu saat melihat kondisi Vania yang begitu pucat dan nampak lemah.

"Maaf nona beliau memaksa masuk." Ucap bodyguard Vania sedang Vania hanya diam dan memilih masuk ke dalam kamar. Ronald mengekori Vania karena Vania tak mau menerima uluran tangan nya. Vania merebahkan tubuhnya tanpa perduli dengan sosok Ronald. Ronald benar benar tak tau lagi musti bagaimana menghadapi Vania yang begitu marah padanya, Ronald melirik pada paper bag kecil yang baru saja di letakan oleh Vania dan segera memeriksa isinya. Dimana terdapat vitamin ibu hamil.

"Van, please maafin gue Van." Lirih Ronald seraya menyelimuti tubuh Vania. Vania sendiri memilih memunggungi Ronald yang duduk di dekatnya. Ia tak sanggup lagi membendung airmatanya, hatinya terasa begitu sakit.

"Untuk apa kesini, pergilah bukankah kamu jauh lebih senang dengan kebebasan." Lirih Vania sambil terisak dengan dada yang begitu sesak.

"Van gue tau gue salah Van, tapi please maafin gue Van."

"Pergilah dan jangan pernah datang lagi."

"No Van!, anak yang ada di perut lo adalah anak gue Van. Sampai matipun gue gak akan pernah lepasin lo." Jawab Ronald dengan tegas. Vania lantas bangun dan manatap tajam ke arah Ronald.

"Ya!!, dia anak kamu!!. Anak yang kamu tinggal pergi tidur dengan wanita lain tanpa kamu sadari kehadiran nya!!."

"Van berapa kali gue musti bilang jika gue mabuk dan gue sama sekali tidak sadar saat j4l4n9 itu membawa pergi gue ke hotel." Ronald meraih pundak Vania dan menurunkan nada bicaranya, ia begitu takut terjadi sesuatu pada kandungan Vania karena Vania nampak begitu emosi.

"Apapun alasannya apa kamu tau jika itu semua benar benar melukai ku?." Tanya Vania seraya terus menangis.

"Van maaf, tapi."

"Pergi." Usir Vania kemudian.

"No Van."

"Pergi atau aku dan anakmu yang akan pergi dari dunia ini."

"Van please Van jangan sakiti anak kita Van, please gue cinta lo Vania!!. Gue mau kita hidup bersama anak kita Van."

"Anak ini memang anakmu, karena aku bukan j4l4n9 yang tidur dengan banyak pria. Tapi detik ini juga anak ini hanya anak ku karena kamu telah mengkhianati ibu dari anak ini."

"Van no!!."

"Pergi!!." Teriak Vania kemudian pinsan.

"Van... Van!!." Ronald mencoba membangunkan Vania, badan Vania begitu panas. Ronald yang sadar kekasihnya itu pinsan dan dalam bahaya segera mengangkat tubuh Vania dan membawanya keluar kamar.

Bodyguard Vania yang melihat kejadian tersebut bergegas membukakan pintu mobil.

"Jalan Cepat!!! Kerumah sakit!!!." Bentak Ronald pada supir Vania. Ia memeluk tubuh Vania yang pinsan sambil terus mencoba membangunkan Vania. Ronald benar benar panik dan tak tau musti bagaimana, rasanya ia lebih baik melawan sepuluh musuh dalam pertempuran dibanding musti melihat Vania tak berdaya. Karna nyatanya melihat Vania sepeti ini saja telah melumpuhkan nya tanpa perlu menembak atau memukulinya.

"Please Van...bangun Van." Lirihnya dengan frustasi sambil terus menciumi kening Vania. Ronald begitu khawatir akan kondisi Vania yang tiba tiba selemah itu, karena sebelumnya Vania adalah wanita yang energik lantaran selalu menjaga pola makan dan olahraga. Ronald lantas teringat akan istri dari sahabatnya yang musti di rawat hingga beberapa waktu lamanya karena kondisi kehamilannya yang lemah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel