Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Makan Malam

Bab 4 Makan Malam

Selesai maghrib, Aisyah langsung bersiap untuk pergi makan malam bersama Adam, Rahmi dan Nisa. Setelah selesai bersiap, kedua saudara itu pergi ke rumah pesantren untuk menjemputnya mereka berdua.

"Assalamualaikum..." salam Aisyah di depan pintu kamar mereka.

"Wa'alaikumsalam," jawab Rahmi dan Nisa dari dalam kamar mereka.

"Yuk, sudah siap kan makan malam bersama orang yang dicintai? hihi... Ciye... Ciye.." Sembari tertawa menggoda Rahmi yang malu dan kulit pipinya sudah memerah seperti kulit udang.

"Aduhhh.., aku jadi iri." Nisa pun ikut menggoda Rahmi. Sementara yang digoda, hanya bisa diam dan tersenyum.

"Sudahlah! Ayo, itu Abang aku sudah menunggu di mobil. Nanti kemalaman," ujar Aisyah sambil menggandeng tangan temannya itu.

Sampai dalam mobil, Aisyah dengan sengaja menyuruh Rahmi untuk duduk di depan membuat Adam tak fokus.

"Assalamualaikum, Bang," sapa Rahmi malu-malu.

"Ehh ya Waalaikumsalam," jawab Adam yang kelihatan sekali groginya.

"Sudah siap berangkat?" tanya Adam.

"Sudahlah Bang, ayo cepat, aku sudah sangat lapar!” Aisyah terus merengek pada Abangnya.

"Ok ayok, Bismillahirrahmanirrahim," ucapnya membuat Rahmi semakin terpesona pada kakak dari temannya itu.

Di dalam perjalanan Aisyah dan Nisa selalu menggoda Adam dan Rahmi. Ya, mereka semua tahu, akan adanya rasa di antara mereka berdua.

"Eh... Rahmi cantik sekali malam ini," goda Aisyah yang membuat Rahmi begitu malu.

Fita yang sangat mengetahui tingkah Rahmi pun dapat ditebaknya. Karena dulu pernah terjadi seperti ini. Saat mereka ingin jalan-jalan ke pasar malam bersama.

Flashback on

Rahmi sudah berjalan bulak-balik layaknya setrikaan pakaian. "Aduh! Syah... Aku harus berpenampilan seperti apa? Aku malu jika di depan bang Adam kalau tak terlihat cantik. Aku bingung nih..." Sambil mencari baju yang sudah berantakan di atas tempat tidurnya.

"Ya Allah Rahmi... Abangku itu adalah orang yang sangat apa adanya. Dia menyukai wanita yang sangat apa adanya. Jadi kamu itu tak perlu harus repot seperti ini," ucap Aisyah kesal karena telah menunggu wanita itu berdandan lama. Padahal, hasilnya sama saja. Karena, memang Rahmi ini tidak suka berdandan.

"Abang sudah nunggu di depan pesantren. Ayo cepat, nanti dia marah," sambung Aisyah.

"Baiklah, aku akan pakai baju warna coklat ini. Bagus tidak?" tanya Rahmi.

"Bagus kok.” jawab Aisyah singkat. Agar wanita ini segera menyelesaikan aktivitas kebingungannya. Lagi pula Aisyah juga tahu kalau Adam suka Rahmi karena kesederhanaannya.

---***---***---

Setelah sampai di cafe, Aisyah langsung memilih makanan yang diinginkan. Mereka juga memilih menu mereka sendiri.

Sambil menunggu, terlihat mereka berdua yang sama-sama malu untuk berbicara. Akhirnya Aisyah berinisiatif pergi sejenak dari tempat itu, bersama Nisa.

"Uh... Abang, aku ke toilet dulu ya? Tidak tahu kenapa perutku sedikit mulas." Ekspresi berakting Aisyah diandalkan untuk saat ini.

"Kamu kenapa Dek?" tanya Adam terlihat cemas.

"Tidak kenapa-kenapa kok. Aku ke toilet dulu ya Bang?" pamit Aisyah.

"Ya sudah, cepat ya? Kalau kamu tidak baikan juga, nanti kita ke rumah sakit," ucap Adam penuh perhatian.

Rahmi dan Nisa hanya diam dan tersenyum. Rahmi itu memanglah pendiam, kalem, anggun, cantik. Aisyah sangat setuju jika dia menjadi kakak iparnya.

"Ayo Sa, temani aku ke toilet," ajak Aisyah.

"Ya sudah, ayo. Bentar ya bang, Mi," Nisa pun mengikuti Aisyah dari belakang.

---***---***---

Di meja makan, mereka berdua masih saling diam beberapa saat.

"Kenapa punya Abang tidak ada sifat macho sih?!" bisik Aisyah pada Nisa. Mereka berdua memantau Adam dan Rahmi dari dalam toilet.

"Entahlah, itu kan Abangmu. Kamu saja tidak paham, apa lagi aku," ucap Nisa.

Sengaja Aisyah mengambil ponsel Adam tadi untuk tersambung dengan ponselnya. Agar mereka bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Rahmi sekarang kegiatannya apa?"Adam memberanikan diri untuk berbicara terlebih dahulu.

"Hanya mengajar di pesantren milik Abang saja Bang," jawab yang ditanyai disertai senyum malunya.

“Tidak kuliah?" tanya Adam lagi.

"Tidak Bang, tak ada biaya. Rahmi tamat sekolah SMA saja sudah sangat bersyukur," jawab Rahmi murung.

"Ahh maaf, tapi apa kamu mau kuliah?" tanya Adam lagi.

"Kalau dibilang ingin, sangat Bang. Cuma untuk biaya sehari saja susah. Alhamdulillah Rahmi bisa bekerja di pesantren walau hanya tamat SMA. Itu sudah sangat membantu ekonomi keluarga," jawab Rahmi menjelaskan. Dan Adam terdiam beberapa saat, hingga kembali bertanya.

"Apakah kamu sudah punya calon pasangan hidup?" tanya Adam sedikit ragu.

‘Apa?? Aku tak menyangka Abang akan secepat ini bertanya hal itu,’ batin Aisyah yang heran dengan sifat Adam.

"Wow... luar biasa..." ucap Nisa girang.

"Belum Bang, belum terpikir dan juga belum datang jodohnya," jawab Rahmi malu.

"Jika ada seseorang yang ingin serius menjalin hubungan denganmu, apakah kau mau?" tanya Adam lagi.

Tapi sayangnya belum juga Rahmi memberikan jawaban, pelayan datang mengantar pesanan mereka.

“Ahh sial! Kenapa harus datang sekarang sih?!” gumam Aisyah kesal dan memukul lengan Nisa.

"Awww!!! Sakit Syah. Main asal pukul saja. Kamu kira tanganku apaan?" tukas Nisa.

Mereka pun memutuskan untuk kembali.

"Sudah? Masih sakit?" tanya Adam perhatian.

"Tidak kok bang, aku baik-baik saja. Sudah tidak mulas lagi," jawab Aisyah.

Selesai makan, mereka berkeliling kota sambil berbincang-bincang. Hingga waktu menunjukkan jam sepuluh malam.

"Abang, Aisyah kita pulang yuk. Sudah malam, nanti kita bisa dimarahi jika pulang terlambat," ucap Nisa.

"Ya baiklah. Tapi sebelum pulang kita ke supermarket dulu ya? Ada yang harus aku beli sebentar," ujar Adam.

"Ya baiklah, aku juga ingin membeli camilan. Camilan di rumah sudah habis," Aisyah ikut menyetujui.

Sampai di sana, Aisyah mengambil beberapa makanan. Dan ternyata Abang membelikan makanan ringan untuk Rahmi dan Nisa. Aisyah tidak iri, lagipula itu pantas mereka dapatkan.

Sampai di depan gapura pesantren.

"Rahmi..." panggil Adam.

Aisyah dan Nisa hanya menyaksikan film kenyataan langsung di samping mereka berdua.

"Saya Bang?" jawab Rahmi.

"Ini untukmu." Memberikan kantong plastik yang berisi susu sepertinya.

"Tapi ini sudah ada Bang?" jawabnya.

"Tidak masalah, ambillah. Nisa tadi sudah Abang bagi juga kan?" tanya Adam pada Nisa.

"Sudah Bang. Ini sudah banyak. Terima kasih banyak Bang," ucap Nisa girang. Nisa ini, jika sudah ada makanan di depannya, maka semua tidak di hiraukannya lagi.

"Ambillah. Mulai hari ini, kamu akan jadi tanggung jawab Abang," ucap Adam.

"Maksudnya Bang?" tanya Rahmi tidak mengerti.

"Semua kebutuhanmu, bilang dengan Abang. Biar Abang belikan. Kamu tanggung jawab Abang, sama seperti Aisyah," jelas Adam.

"Lalu aku?" protes Nisa.

"Husssh! Diamlah!" tegur Aisyah.

Rahmi hanya tidak menyangka kalau Adam akan seberani itu.

"Tapi Abang aku bukan siapa-siapamu, jadi kenapa aku tanggung jawab Abang?" tanya Rahmi heran.

"Karena aku menyukaimu, dan aku ingin kau menjadi kakak ipar untuk Aisyah. Tak perlu menjawab sekarang. Pergi masuk, ini sudah malam. Assalamualaikum," Pria itu berlalu meninggalkan Rahmi dan Nisa yang hanya terdiam tidak menyangka dengan ucapan itu dari mulut orang yang dia juga sangat mencintainya.

"Waalaikumsalam, Abang Terimakasih.” Mereka tersenyum setelah menjawab senyuman pria itu. Dan Adam juga membalas senyuman itu.

Lalu, Rahmi dan Nisa pun masuk ke pesantren.

---***---***---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel