Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Terbuka

Bab 11 Terbuka

Triiing... triiing...

"Siapa sih yang datang, saat orang sedang santai? Argh..." gumam Aisyah kesal. Aisyah pun segera membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Tika dan seorang lelaki.

"Masuk..." ajak Aisyah.

"Kamu kenapa tadi tidak masuk kelas Syah? Kamu tidak apa-apakan?" tanya Tika sambil menggoyangkan tubuh Aisyah.

"Kamu ini kenapa sih," heran Aisyah melihat sahabatnya.

"Sudah duduk dulu, aku mau ke belakang buat minum. Nanti aku akan ceritakan alasan aku tidak masuk kampus," ucap Aisyah berlalu meninggalkan kedua orang itu duduk di ruang tamu.

Tak butuh lama Aisyah ke ruang tengah dengan membawa dua gelas jus mangga dan camilan.

"Kamu kenapa tadi tidak masuk?" tanya Tika tak sabaran. Kemudian, Aisyah menceritakan semua kejadiannya dari awal sampai akhir. Sementara, Tika menjadi pendengar setia dan ya Reza. Matanya tak luput dari Aisyah. Seseorang yang disukainya.

"Tapi kau tak apa-apa kan Syah?" tanya Tika lagi.

"Tidak kok, aku tidak apa-apa," jawab Aisyah singkat.

"Dan maaf, ini pacarmu Tik?" pertanyaan Aisyah berhasil membuat mulut Tika menganga.

"Kenalkan, aku Reza yang ingin berkenalan dengan kamu," ungkap Reza.

"Oh, jadi itu kamu," kata Aisyah. Aisyah tak ingin bermanis-manis dengan lelaki lain sebelum itu sah menjadi suaminya.

Aisyah bingung ingin bersikap seperti apa. Kali ini suasana berpihak padanya. Adam pulang dari kantornya. Seketika Aisyah berhambur ke pelukan Abang tercintanya tersebut.

Melihat tingkah Aisyah yang manja dengan abangnya, membuat Reza semakin menyukai Aisyah.

"Kamu ini kenapa sih Dek, tidak biasanya seperti ini?" tanya Adam bingung.

"Tidak malu apa dilihat sama temanmu seperti ini?" tanya Adam lagi, merasa tak enak.

"Ah tidak apa Bang, kami juga sudah mau pulang kok. Aisyah kita pulang ya?" ucap Tika yang hanya diikuti oleh Reza.

"Ya baiklah, hati-hati ya?" ujar Aisyah. Kedua temannya itu pun pulang.

"Kamu kenapa sih Dek, tidak biasanya seperti ini. Pasti ini ada maunya ya?" tebak Adam yang hanya di balas oleh senyuman manis dari adiknya itu.

"Abang mau aku buatkan kopi atau teh, atau jus?" tanya Aisyah.

"Boleh Dek kopi, tapi ini pasti ada maunya kan?" tebak Adam lagi. Adam memang sangat mengetahui sifat adik semata wayangnya tersebut. Dan benar saja, Aisyah sedang menginginkan sesuatu dari abangnya tersebut. Namun tidak saat ini.

Setelah membuat kopi untuk Adam, Aisyah memberanikan diri untuk menceritakan semuanya, tanpa ada yang terlewat atau berlebihan sedikit pun.

"Apa kamu bilang Dek, kamu tidak salah dengar?" tanya Adam terkejut.

"Iya Bang, itu semua benar. Rahmi bukanlah anak kandung dari ayahnya. Dan dia adalah anak dari korban pemerkosaan. Makanya, keluarga itu tak pernah memberikan kasih sayang yang tulus padanya," ungkap Aisyah.

"Dan ya... Aku baru sadar bang. Dulu aku sering cerita, betapa tidak beruntungnya hidupku. Karena tak memiliki ayah ataupun ibu, hanya Abang yang aku punya. Namun, jawaban dia di luar dugaanku Bang," ucap Aisyah menarik nafasnya sejenak merasa sesak.

"Apa yang dia jawab?" tanya Adam.

"Dia jawab, justru kamu beruntung memiliki Abang yang begitu sayang dan mencintai adiknya. Walaupun, tak memiliki orang tua. Namun kau dapat merasakan bagaimana kasih sayang yang sesungguhnya. Sambil Rahmi tersenyum kepadaku," ungkap Aisyah.

Adam pun semakin kuat tekadnya untuk segera mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Aisyah pun sama, dia semakin ingin membawa sahabat rasa kakak itu, masuk ke dalam hidupnya dan mendapatkan kebahagiaan yang sudah seharusnya dia rasakan.

"Abang..." panggil Aisyah.

"Euhm, ada apa?" jawab Adam.

"Apa Abang akan menyetujui rencanaku?" tanya Aisyah.

"Jika rencanamu itu tidak konyol, Abang akan mempertimbangkannya," ucap Adam.

"Baiklah begini," bisik Aisyah di telinga Adam.

---***---***---

"Assalamualaikum, Rahmi..." panggil Aisyah di depan sebuah rumah kecil.

"Waalaikumsalam sebentar...," ucap seseorang dari dalam. Tak lama pintu itu terbuka lebar. Wajah yang seram berubah jadi manis seketika.

"Eh Nak Aisyah, sama siapa?" tanya ibu Mina.

"Sama Abang, Bu," jawab Aisyah.

"Ayo, silakan masuk," ajak ibu Mina ramah namun palsu.

"Tidak, terima kasih Bu. Saya dan Abang ingin minta izin untuk menjemput Rahmi," ucap Aisyah.

"Oh Rahmi sedang euhm... " ucap ibu Mina bingung. Mungkin dia tak memberi izin awalnya.

"Tenang saja Bu, kita berdua akan membawakan oleh-oleh untuk kalian di rumah," ucap Adam tiba-tiba muncul. Aisyah begitu terkejut dengan penuturan Adam.

"Sebentar ya, ibu akan panggilkan," ibu Mina langsung bergegas memanggil Rahmi dari dalam.

Betapa manisnya perlakuan dan penuturan kata bu Mina. Tak pernah terlihat sebelumnya di mata Aisyah, bu Mina yang lemah lembut seperti malam ini.

Tak lama, Rahmi keluar kamar dan sudah bersih. Terlihat jelas, wajah Rahmi yang tertekan dan tak ceria seperti biasanya. Mereka pun tak menunggu apa pun lagi. Langsung pamit dan pergi.

Saat sedang di dalam perjalanan, suasana di dalam mobil begitu tegang dan mendebarkan. Terhanyut dalam pikiran masing-masing.

Bagaimana tidak, Aisyah begitu tidak menyangka melihat perubahan sikap ibu Mina tadi saat di rumah. Seperti sedang menonton acara perubahan raut wajah.

Namun, entah apa yang ada di dalam pikiran kedua insan yang sedang dimabuk cinta terdiam di kursi depan.

Setelah menempuh perjalanan yang terasa panjang dan menegangkan. Akhirnya, mereka semua sampai di depan sebuah rumah makan yang tak terlalu megah, namun nyaman.

Mereka mengambil meja di nomor dua. Begitu nyaman saat memandang ke sekeliling yang penuh taman. Terlihat sebuah keluarga yang sedang bercengkrama, ada juga sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara duduk berdua sambil bersenda gurau. Betapa hangat suasana itu.

"Abang, aku lapar, bisakah kita memesan makanan sekarang?" tanya Aisyah mencairkan suasana. Namun hanya anggukan kecil yang Aisyah dapat.

Setelah memanggil pelayan. Tak lama Pelayan segera datang dan memberikan kertas menu.

"Aku ingin pesan sate, minumnya jus avokad," ucap Aisyah.

"Kamu?" tanya Adam pada Rahmi.

"Euhm aku terserah kalian saja," jawab Rahmi masih dengan wajah tertunduk.

Beberapa makanan sudah dipesan oleh Adam dan Aisyah. Mereka tinggal menunggu makanan yang akan disediakan. Sambil menunggu pesanan datang, Adam memulai menanyakan jawaban atas perasaannya kepada Rahmi.

"Rahmi..." panggil Adam berusaha lembut.

"Saya Bang," jawab Rahmi.

"Bagaimana, apa sudah ada jawaban untuk Abang?" tanya Adam. Rahmi terdiam sejenak.

"Saya tidak bisa menerima cinta abang, maaf," jawab Rahmi dengan berusaha untuk beranjak pergi dari tempat itu.

"Tunggu Rahmi, kenapa? Bukankah kamu pernah cerita padaku bahwa kamu menyukai Abang?" tanya Aisyah yang sangat kaget dengan jawaban temannya itu.

---***---***---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel