Bab 10 Salah Paham Perasaan
Bab 10 Salah Paham Perasaan
"Ada apa Syah kok melamun? Kalau ada beban atau ada masalah cerita dong. Mana tahu aku bisa bantu," ucap Rahmi merasa tak terjadi apa-apa dengannya. Padahal nyatanya, masalah dan beban dirinyalah yang lebih berat dan banyak.
"Justru aku ingin bertanya padamu? Apa kau sudah ada jawaban untuk pertanyaan bang Adam? " tanya Aisyah menyelidik.
"Eh??? Euhm... belum. Aku masih bingung dengan perasaanku, Syah," jawab Rahmi gugup.
"Rahmi please, jujur sama aku, ada apa sebenarnya?" tanya Aisyah tiba-tiba.
"Maksud kamu apa sih Syah?" tanya Rahmi tak mengerti. Namun, Aisyah terus saja menatap tajam ke arah Rahmi, hingga membuatnya gugup sendiri.
"A—Aku tidak ada apa-apa kok, memangnya ada apa denganku? Bukannya kamu yang sejak tadi melamun?" tanya Rahmi gugup.
"Yakin tidak ada apa-apa?" tanya Aisyah ingin memastikan.
"Iya Aisyah cantik, aku tidak apa-apa kok. Dan soal jawaban untuk abangmu, aku masih bingung," ungkap Rahmi berbohong. Padahal dalam hatinya, ingin saja dia menangis di depan seseorang yang sudah dia anggap sebagai adiknya itu.
"Baiklah kalau tidak ada apa-apa," ucap Aisyah berusaha tersenyum.
‘Kenapa Rahmi tak ingin jujur ya padaku?’ bisik Aisyah dalam hati.
---***---***---
Saat sedang asik berbincang, terlihat dari kejauhan seorang wanita sedang mengejar seorang laki-laki, yang tampak laki-laki tersebut sedang berusaha menjauh dari wanita tersebut.
Ya, mereka berdua tak lain adalah Gea, yang sedang berusaha mengejar dan mengambil perhatian dari Ahmad
"Mas Ahmad tunggu... Kenapa kau sangat terburu-buru sih? Apa kau ingin menghindar dariku. Tapi mengapa? " Beruntun pertanyaan dari Gea ke Ahmad, yang hanya dibalas dengan kebisuan oleh Ahmad sambil berjalan cepat untuk menghindar.
Bukan inginnya Ahmad seperti itu, namun dia tahu akan perasaan Gea padanya. Namun, selama ini Ahmad masih menghargai Gea sebagai adik dan temannya saja, tidak lebih. Tetapi, semua itu disalah artikan oleh Gea. Dia menganggap, bahwa selama ini perhatian, kasih sayang dan juga pengertian Ahmad padanya adalah sebagai rasa suka dan cinta.
Tak heran, jika saat mendengar semua percakapan tadi, membuat Gea merasa terbakar hatinya.
"Mas Ahmad please tunggu, aku mau bertanya serius sama kamu," teriak Gea.
"Kamu ini kenapa sih Gea? Tidak malu apa di lihat banyak orang-orang. Lagi pula ini adalah kawasan santri bukan santriwati. Bagaimana bisa kamu dengan seenaknya ke kawasan ini!!!!" bentak Ahmad kesal.
"Aku mau ngomong denganmu saja sudah sekali. Tapi, begitu ngomong sama wanita lain saja tekun sekali," ungkap Gea.
"Maksud kamu apa sih? Kamu itu perempuan Gea, tidak seharusnya kamu mengejar lelaki seperti ini. Kamu itu punya marwah, yang harus kamu jaga. Sesuka apa pun kamu dengan seseorang, kamu tidak boleh seperti ini," tutur Ahmad dengan sangat lembut.
"Aku mau bertanya sama kamu. Kamu itu anggap aku apa sih?" tanya Gea.
"Ya kita kan, teman Gea. Dari saat sekolah kita sama-sama sampai sekarang kan?" jawab Ahmad.
"Nah itu maksudku, selama ini apa tidak ada sedikit pun perasaan kamu itu ke aku lebih dari teman?" tanya Gea lagi.
"Ada..." jawab Razi dengan senyum. Seketika yang awalnya wajah Gea sangat kesal, kini tersenyum manis.
"Aku itu sudah anggap kamu sebagai adikku, adik perempuan satu-satunya yang aku punya. Kan kamu tahu aku anak tunggal, ya kan..." ungkap Ahmad. Saat mendengar semua itu, wajah Gea langsung berubah.
"Tapi mas aku itu..." Ucapan Gea langsung dipatahkan oleh Ahmad.
"Sudahlah Gea, masih banyak lagi laki-laki yang mau sama kamu. Laki-laki yang lebih baik dari Mas. Mas yakin, kamu adalah wanita yang baik dan pastinya kamu akan mendapatkan laki-laki yang baik pula. Kamu juga tahukan hadistnya," tutur Ahmad dengan lembut. Ahmad menjelaskan semua itu, karena Ahmad tahu kalau Gea telah lama menyukainya. Namun, yang namanya hati dan perasaan tidak dapat dipaksakan.
---***---***---
Di tempat Aisyah dan Rahmi duduk, Rahmi terus saja melamun dengan pikirannya. Sementara Aisyah, hanya mengamati gerak gerik kedua orang itu dari jauh. Walaupun tak tahu mereka bicara apa. Namun, sepertinya mereka sudah saling kenal dan dekat. Sedang asik dengan kesibukan dengan diri sendiri, datanglah si pengacau keadaan.
"Assalamualaikum..." ucapan salam yang menghentak kedua jantung, Aisyah dan Rahmi.
"Astaghfirullahaladzim, ucapin salam itu, sebaiknya dengan ucapan yang lembut, bukan ucapan yang mengejutkan orang seperti ini. Seperti ini itu bahaya, bisa membuat orang celaka," tutur Aisyah dengan lembut.
"Hehehe, iya Aisyah maaf. Aku tidak akan mengulangi lagi," ucap Nisa dengan tersenyum.
"Kalian itu kenapa sih, duduk berdua dari tadi melamun terus. Lagi ada masalah ya?" tanya Nisa
"Bagi-bagi dong ceritanya, mana tahu aku bisa bantu," ucap Nisa lagi.
"Kita berdua tidak ada masalah apa-apa kok. Cuma aku mau tanya sama kalian berdua. Tapi, janji jangan beri tahu siapa pun oke?" kata Aisyah. Kedua temannya Aisyah pun dengan senang hati, berjanji pada Aisyah.
"Di sini, ada guru wanita lain kah yang masih gadis, selain kita berempat?" tanya Aisyah.
"Di sini itu banyak sih yang masih gadis, cuma ada yang paling lebih leluasa seperti kita. Cuma dia itu adalah anaknya Abi, kan ada tuh yang perempuan anaknya Abi yang namanya Gea, masa kamu tidak ingat sih," panjang lebar Nisa memberi tahu kepada Aisyah, tanpa memberi kesempatan pada yang lain untuk berbicara.
"Gea itu yang dekat dengan ustadz Ahmad ya? Benar tidak sih?" tanya Aisyah lagi.
"Iya benar, Gea itu yang dekat dengan ustadz Ahmad. Cuma ustadz Ahmadnya tidak merespon. Setahu aku, Gea itu dari semenjak sekolah sudah suka dengan ustadz Ahmad, tapi ustadz Ahmadnya masih cuek saja," ungkap Nisa menyambung.
"Dan yang aku tahu ya, dia itu menganggap Gea adalah adiknya. Tapi Geanya saja yang terlalu percaya diri," ketus Rahmi, juga ikut nimbrung. Aisyah yang mulai paham, hanya menjawab oh saja dan mengangguk.
"Kok kamu tiba-tiba tanya masalah Gea dan ustadz Ahmad sih. Jangan bilang kamu suka ya sama ustadz Ahmad ya, cie... Aisyah..." goda mereka berdua.
"Apaan sih, tidaklah, ada-ada saja kalian," jawab Aisyah hanya tersenyum malu.
Saat menyadari kedekatan antara Gea dan Ahmad. Aisyah merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
"Ya Allah ada apa ini? Mengapa dadaku merasa sesak melihat mereka berdua," bisik Aisyah dalam hati. Namun segera di tepisnya perasaan itu.
"Rahmi..." panggil Aisyah
"Ya, ada apa?" tanya Rahmi.
"Nanti malam kamu mau ke mana?" tanya Aisyah. Aisyah berniat ingin mempertemukan kedua sejoli ini. Sebelumnya, Aisyah akan menceritakan semuanya pada Adam. Lalu, biarlah mereka yang akan menjawab masalah ini.
"Kamu kan tahu aku tidak ke mana-mana kalau malam. Jadi ya aku stay di rumah," ungkap Rahmi.
"Emm, baiklah aku akan pulang sekarang," jawab singkat Aisyah. Aisyah tak berniat memberi tahu Rahmi, karena pasti Rahmi akan menolak untuk pergi.
Sementara, Nisa yang terabaikan itu pun hanya terdiam bingung, melihat Aisyah pergi begitu saja pulang tanpa mengucap salam.
---***---***---