Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Rencana

Bab 12 Rencana

"Ya Syah, aku memang pernah cerita seperti itu padamu. Namun sekarang aku sadar kalau perasaan itu hanya sebuah rasa kagum tidak lebih," jawab Rahmi lagi.

"Baiklah, sini lihat aku Mi. Tatap mataku. Mungkin kamu bisa membohongi Abang, tapi kamu tak bisa membohongiku sebagai sahabatmu. Kau sudah menganggapku adikmu bukan? Kalau begitu jujurlah demi aku," ucap Aisyah sambil menangis melihat Rahmi juga sudah menangis sejak tadi.

"Rahmi, abang sudah tahu semuanya. Penderitaanmu, perasaanmu, juga semua tentang keluargamu. Abang pinta jujur lah," ucap Adam sambil menatap lekat pada Rahmi.

"Rahmi..." panggil Aisyah. Seketika Rahmi berhambur ke dalam pelukan Aisyah. Sebenarnya, dia sudah tak dapat menahan semuanya sendirian. Tapi, dia juga tidak bisa, membuat orang yang begitu baik padanya sebagai alat untuk dimanfaatkan.

Kemudian Rahmi mulai bercerita tentang kehidupannya. Ayah tirinya, ibu yang tak menginginkannya. Karena dia hadir korban pemerkosaan, hingga menjadi tulang punggung keluarga.

"Baiklah apa yang ibumu inginkan, agar kita bisa bersama?" tanya Adam yakin.

"Maksud Abang?"

"Aku akan melakukan dan memberikan apa pun demi mendapatkan dirimu. demi kebahagiaanmu," jelas Adam.

Namun, Rahmi tak tahu harus menjawab apa. Sesungguhnya, dia begitu bahagia dicintai oleh seorang lelaki yang amat mencintai dirinya dengan tulus. Tapi di sisi lain, dia juga tidak ingin memanfaatkan semua itu hanya karena uang.

"Rahmi, kau adalah tanggung jawabku, dari mulai saat aku berani mengungkapkan perasaan. Jadi ungkapkan pada Abang penuh perasaan. Jadi, jujurlah," ucap Adam dan terlihat mata Adam berkaca-kaca.

"Keluargaku terlalu memikirkan uang Bang. Saat kita keluar bersama seperti ini. Mereka menginginkan aku memanfaatkan kebaikan kalian," ungkap Rahmi tertunduk.

" Aku malu dengan keluargaku sendiri," sambungnya lagi.

"Baiklah, sekarang ini kita turuti saja apa maunya orang tuamu. Tapi, akan ada saatnya, di mana mereka harus menyerah dengan permainan mereka sendiri," jelas Adam.

Setelah puas menikmati suasana malam, sambil menyantap pesanan masing-masing. Mereka bertiga langsung bergegas pulang, karena harus singgah ke supermarket dulu.

Tak butuh waktu lama, mereka pun telah sampai di sebuah supermarket. Yah seperti yang diduga, Aisyah akan menjadi obat nyamuk di antara mereka. Akhirnya, dia lebih memilih untuk mencari belanjaannya sendiri. Sementara Adam bersama Rahmi mencari makanan untuk keluarganya.

Saat sedang asik memilih camilan, tiba-tiba..

Brruukk!!! Aisyah menabrak seseorang tepat di depannya.

"Maaf-maaf, saya tidak sengaja," ucap seseorang itu.

"Tidak apa kok, saya yang salah," balas Aisyah.

"Mbak Aisyah..." panggil seseorang lagi dari belakang pria yang tertabrak oleh Aisyah.

"Ustadz Nathan dan Ustadz Ahmad," ucap Aisyah terkejut.

"Mbak sendiri?" tanya Ahmad.

"Oh tidak kok, saya dengan..." belum lagi Aisyah selesai berbicara, ternyata Adam sudah memanggil.

"Kalau begitu saya permisi dulu, Assalamualaikum," pamit Aisyah sembari mengucapkan salam dengan sopan dan tak lupa senyum manis khasnya.

Aisyah pun berlalu pergi, meninggalkan kedua lelaki itu. Aisyah pun langsung menggandeng tangan Adam sambil berjalan ke kasir untuk membayar makanannya.

"Masya allah manisnya," gumam Nathan sambil tersenyum.

"Sudah, ingat dosa membayangkan dan menatap seseorang yang belum muhrim sampai seperti itu," ucap ustadz Ahmad ketus. Sementara dalam hari Ahmad, tanpa sadar pun ikut tersenyum, melihat wajah cantik dan tingkah apa adanya Aisyah.

"Tapi siapa lelaki itu yang bersama Aisyah tadi ya?" bisik Ahmad dalam hati.

Saat membayar camilan.

"Rahmi mana Bang?" tanya Aisyah yang melihat ke arah sekitar.

"Dia sudah masuk ke mobil, tadi katanya pusing dan hampir pingsan," jawab Adam

"Apa?? Pingsan??" tanya Aisya terkejut dan khawatir.

"Hampir sayang, belum pingsan," jawab Adam sambil mencubit hidung Aisyah. Ternyata, ada seseorang yang sedang mengamati mereka dari jauh.

Saat sedang asik berbincang sambil memilih barang yang ingin dibeli, tiba-tiba kepala Rahmi terasa sangat pusing sekali, hingga hampir saja pingsan dan terjatuh. Untung Adam dengan cepat menangkap tubuh kecil itu. Karena takut terjadi yang tidak diinginkan, maka Adam langsung membawa Rahmi masuk ke dalam mobil.

Itulah yang terjadi beberapa waktu lalu.

Perasaan cemburu Ahmad muncul, saat melihat Adam mencubit hidung Aisyah dengan mesra. Yah, seseorang yang sedang mengamati dari jauh adalah Ahmad. Tak tahu sejak kapan rasa itu muncul. Namun, saat melihat Aisyah sedang mesra bersama orang lain, terasa sesak di dadanya.

---***---***---

Di sisi lain, Gea sedang resah dengan keadaan saat ini. Dia tidak akan senang, bila Ahmad sampai bersatu dengan Aisyah.

"Aduh... bagaimana ini, aku harus segera cepat bertindak. Kalau tidak, aku bakal kehilangan cinta sejatiku," ucap Gea uring-uringan di kamarnya. Sejenak Gea memikirkan strategi untuk mendapatkan cinta dan hatinya Ahmad. Akhirnya rencana licik pun hadir di dalam pikirannya.

"Baiklah mas Ahmad, kalau kau tak ingin datang padaku dengan cara yang baik. Maka aku akan menarikmu dengan cara licikku!" ucap Gea merasa yakin akan rencananya.

"Dan kau gadis sombong. Jangan sementang-mentang kau itu kaya, kau pemilik pesantren ini, kau bisa memiliki semua yang kau inginkan. Jujur saja, kau bisa dibilang cantik sih, namun kecantikanmu akan aku pastikan tidak akan bertahan lama. Dan mas Ahmad akan jatuh ke pelukan aku," senyum menyeringai.

Entah apa yang akan dilakukan Gea, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi yang jelas, dia akan melakukan segala cara dan menghalalkan cara itu untuk mendapatkan cintanya.

Sementara di dalam mobil, Ahmad dan Nathan sedang berjalan pulang ke pesantren. Di dalam perjalanan, Ahmad hanya bisa diam dengan pikirannya sendiri.

Baru kali ini dirasanya, perasaan berbeda jika dekat dengan seorang wanita. Dulu, Ahmad juga dekat dengan Gea, tapi perasaan aneh itu tidak muncul sama sekali. Tapi saat dekat dengan Aisyah, jantungnya terasa berdegup sangat kencang.

Dan ketika melihat Aisyah bermesraan dengan seorang laki-laki. Perasaan itu seakan ingin marah dan kesal. Ingin saja, ia mematahkan tangan laki-laki yang berani menyentuh Aisyah dengan begitu mesra.

Akankah mereka bisa bersatu dengan mudah?

---***---***---

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel