Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Perawan Tua

Bab 2 Perawan Tua

Eva menyela perkataan Ricky membuat pria itu tertegun sesaat tetapi Ricky tidak mau menyerah.

“Tolong jangan dipotong Va, aku sudah menyiapkan semua ini jauh-jauh hari.”

Eva mengusap wajahnya frustasi karena ia tidak berhasil mencegah pengakuan dari pria di depannya ini. Terbayang tidak sih, kalau Eva akan merusak dandanannya saat mengusap wajahnya. Gadis itu tidak pernah merias diri. Biasanya ia hanya menempelkan bedak bayi di wajahnya agar tidak terlihat berminyak saat hari semakin siang seperti sekarang. Itu pun kalau ia ingat, dan masih punya cukup waktu untuk melakukannya sebelum berangkat ke kantor.

Setelah melihat Eva menganggukkan kepalanya sekali, Ricky lalu melanjutkan perkataannya.

“Aku beli ini untuk kamu sudah sejak lama. Gaji pertamaku setelah menjadi pengacara. Aku tunggu waktu yang tepat untuk memberikannya padamu dan sekaranglah waktunya. Semoga kamu suka. Silakan dibuka.” Ricky mendorong kotak di depannya untuk lebih dekat pada Eva.

Gadis itu dengan ragu-ragu membuka kotak yang ada dan membeliak melihat isinya. Sebuah kalung emas dengan selipan ukiran huruf E per sekian inci.

Ada rasa hangat dalam diri Eva saat melihat cantiknya perhiasan di depannya. Ia dengan cepat menguasai dirinya dan menatap Ricky dan berkata, “Tapi untuk apa? Aku tidak berulang tahun hari ini.”

“Aku menyukaimu Eva. Sudah sejak lama namun aku tidak pernah punya kesempatan untuk mengutarakannya.”

“Apa karena aku yang tidak memberikan kesempatan itu?”

“Bisa ‘ya’ dan bisa juga ‘tidak’. Aku seharusnya lebih berani untuk mendekatimu dari dulu tapi tidak aku lakukan.”

“Kamu bisa berikan hadiah ini pada wanita yang kamu cintai. Aku tidak pantas menerimanya.” Eva mencoba mendorong kotak di hadapannya kembali ke pemberinya.

‘Aku kembali mengeluarkan kalimat menyedihkan ini untuk kedua kalinya, di hari ini, demi menyenangkan hati orang lain, brengsek!’ batin Eva.

“Justru kamu pantas menerimanya karena aku belajar arti cinta pertama kalinya karena berjumpa denganmu. Hadiah ini sebagai ucapan terima kasih karena pernah menjadi orang yang aku impikan dan menjadi penyemangatku. Orangtuaku sudah menyiapkan jodoh untukku dan aku tidak ingin menyimpan kenangan apa pun tentangmu, termasuk kalung ini. Aku pesan khusus di toko perhiasan dari bisnis keluargamu.”

Ricky mengembalikan kotak perhiasan itu jauh lebih dekat ke tangan Eva. Hening sesaat di antara mereka.

“Rick, aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tersanjung. Maafkan, karena aku tidak pernah tahu kalau secara tidak langsung, sudah menyakitimu.”

“Tak perlu minta maaf. Cinta datang tanpa diundang. Kamu memiliki daya tarik tersendiri. Aku tidak tahu sudah berapa banyak pria yang patah hati bahkan sebelum bicara denganmu. Bagiku, kamu tak terjangkau Eva. Semoga kamu mendapat pasangan yang tepat nanti.”

“Aku bahkan tidak berniat untuk menikah, Rick. Entah sampai kapan. Duniaku sudah penuh dengan cerita pernikahan dan energiku sudah habis untuk membantu para klien.”

“Suatu saat kamu perlu pendamping Va. Tidak baik bagi kesehatan, kalau kamu melajang sampai menjadi perawan tua.” Ricky merapikan jasnya dan meraih ponselnya di atas meja. “Aku harus pergi. Sampai ketemu nanti.”

“Terima kasih Rick. Semoga pernikahanmu langgeng.”

Ricky meninggalkan restoran terlebih dahulu. Sementara Eva menaruh kepalanya di atas meja menata perasaannya. Kurang dari dua jam ia telah menolak perasaan suka dari dua orang pria. Untunglah pria kedua sudah lebih siap, sehingga tidak begitu tergambar dalam ekspresinya.

Di sisi yang lain, Eva belajar kalau ia ternyata telah memasang tembok tak terlihat yang membuat para pria tidak berani mendekatinya. Terbukti dari perkataan Ricky yang adalah seorang pengacara muda yang sukses, namun tidak punya cara dan kehabisan waktu untuk mendekatinya, dan berakhir hanya mengaguminya dalam diam.

Eva menarik nafas panjang dan menetralisir emosinya yang tak karuan dengan minum segelas air mineral. Ia menatap kotak perhiasan di atas meja dan diraihnya.

Dalam pikiran Eva, kalau tidak ada ukiran huruf A, ia akan memberikannya pada Rara atau Olive. Ia akan menyimpannya saja sampai ada kolega yang berulang tahun atau anak pamannya yang nanti lahir. Tambahan misi lagi untuk dirinya, yaitu memastikan anak tante Novi dan Om Char memiliki salah satu nama dengan inisial E.

Konselor muda itu meninggalkan restoran untuk kembali ke kantornya. Ia hanya punya waktu empat puluh lima menit, untuk mempersiapkan diri menghadapi klien baru yang bernama Magdalena.

Eva baru saja menjalankan praktik sebagai konselor dalam satu tahun terakhir, setelah ia menyelesaikan magister psikologi, mendalami jurusan klinis dewasa. Dari kecil memang Eva hanya fokus pada studi. Setelah ia menamatkan pendidikan menengah atas, ia langsung melanjutkan ke perguruan tinggi selama empat tahun. Ia terus mempertajam ilmunya selama dua tahun karena ia ingin membuka praktik sendiri. Dengan dukungan kedua orangtuanya, ia berhasil menyewa kantor sendiri dari ayah kandungnya yang adalah pemilik Morgan Corporation, salah satu perusahaan terbesar di kota West.

Bisnis keluarga mereka dimulai dari pengolahan tambang emas yang sudah berlangsung sejak lama. Eva masuk dalam lapisan ketujuh dari silsilah keluarga Morgan. Pengembangan unit usaha yang lain dilakukan pada generasi keempat yaitu almarhum Carl Morgan Senior yang meninggal saat Eva berusia sekitar sepuluh tahun. Walaupun berasal dari keluarga dengan harta kekayaan yang berlimpah namun Eva dididik untuk menjadi pekerja keras. Ia menyewa kantornya sampai tiga tahun ke depan barulah ia bisa memegang sertifikat hak milik.

Operasional sehari-hari di kantornya dibantu oleh seorang resepsionis yang mengatur jadwal untuk lima orang psikolog dengan ruang kantor yang berbeda. Sebelum memiliki kantor sendiri, Eva menjadi asisten psikolog membantu dosen seniornya sambil menyelesaikan kuliah profesinya.

Hal yang unik dari Eva adalah ia belum menikah dan belum punya rencana untuk menikah. Namun, dari awal ia sudah memilih untuk mendalami masalah keluarga dan nekad menjadi konselor di bidang ini, yang dalam kenyataannya banyak berhadapan dengan kasus keretakan hubungan karena berbagai masalah, termasuk kekerasan dalam rumah tangga.

Teman-teman seangkatannya lebih memilih untuk menjadi pengajar, pekerja sosial, guru pembimbing atau konselor personalia namun Eva tetap berpendirian teguh untuk menekuni aspek keluarga atau pernikahan.

Lima belas menit sebelum jadwal pertemuannya, ia sudah ada di dalam ruangannya. Ia menunggu informasi dari meja penerima tamu jika kliennya sudah tiba.

Klien yang Eva tunggu merupakan klien baru yang belum pernah ia temui sama sekali. Klien tersebut hanya menghubungi nomor kontak di website yang diterima oleh resepsionis, dan membuat janji untuk bertemu dengan Eva. Informasi ini sudah Eva terima dari pagi tadi, seperti kesepakatan yang telah mereka atur, agar resepsionis yang bertugas selalu mengirimkan daftar klien setiap pagi pukul delapan, karena sesi pertama dimulai pukul sembilan.

Lima menit sudah berlalu dari pukul tiga dan belum ada tanda-tanda kalau kliennya sudah tiba. Pukul tiga lewat lima belas menit, Eva keluar dari ruangannya dan menuju meja resepsionis.

“Hai Si, apa kabar?”

“Sore Bu Eva. Ada yang bisa saya bantu?”

“Saya sedang menunggu klien atas nama Magdalena. Apakah ia tidak jadi datang? Seharusnya pukul tiga tadi, kalau sesuai dengan jadwal rutin yang disirkulasi setiap pagi hari.”

“Sebentar saya cek Bu, karena saya baru ganti petugas sebelumnya,” balas Desi melihat daftarnya.

“Bagaimana?” tanya Eva mengetuk pena yang dipegangnya di ujung meja.

“Ada klien dengan nama Magdalena, sesi pukul tiga tetapi sekarang sedang berada di ruangan Pak Tommy. Jadwal ibu untuk hari ini, sampai pukul lima sore sudah kosong.”

“Baiklah. Terima kasih Desi.”

‘Lihai benar si Tommy. Baiklah, kalau memang ada yang ingin bermusuhan denganku maka aku terima tantangan,’ batin Eva melenggang ke ruangannya, mengambil tas kantornya dan kunci kantornya di dalam laci lalu meninggalkan ruangan. Ia menuju parkiran dan melesat pulang, mengendarai mobil sedan mewah berwarna putih.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel