Bab 10 Permintaan Klien
Bab 10 Permintaan Klien
Eva memasuki kawasan gedung tua dekat pesisir pantai. Suasana sepi namun sudah ada seseorang yang telah menanti. Eva memberanikan diri untuk mendekati orang tersebut.
Orang suruhan Mars ikut masuk dan parkir agak jauh dari mobil Eva dengan sudut pandang yang bisa tetap mengawasi putri atasannya. Sementara mobil silver yang juga bertugas mengikuti Eva memilih untuk tidak terlihat berada di sekitar mobil Eva. Jadi pengemudinya memilih turun dari mobil dan memanfaatkan teropong jarak jauhnya untuk mengawasi Eva.
Kembali pada Eva yang sudah semakin dekat dengan satu-satunya orang yang bisa ditemui di lokasi tersebut. Semakin dekat dengan orang yang dituju tapi Eva masih belum bisa mengira-ngira siapa yang akan ia hadapi. Orang tersebut memakai jaket panjang dan kepalanya juga berbalutkan topi berbulu sehingga tidak bisa ditebak. Namun Eva tetap waspada dan ponselnya ia simpan di tempat yang mudah ia raih. Ia juga tetap menghidupkan penanda lokasinya sehingga kalau terjadi sesuatu, keluarganya bisa melacaknya.
“Selamat pagi. Apakah Anda menanti seseorang?”
“Pagi, Ibu Eva sudah terima pesan saya rupanya. Saya pikir Ibu akan sulit menemukan keberadaan saya.”
“Sebentar Ibu Alda. Saya kecilkan volume ponsel saya,” ujar Eva mengutak atik ponselnya. Di saat bersamaan, Eva dengan cepat mengirimkan tanda jempol untuk keluarganya agar mereka tidak khawatir.
Pada akhirnya ia menekan tombol rekaman sehingga sesi mereka bisa direkam untuk konsumsi pribadi Eva saja karena kalau tidak mendapat ijin dari klien maka semua yang diucapkan tidak akan bisa dianggap sebagai bukti sah di mata hukum, jika memang butuh informasi tertentu.
“Sebenarnya, adik saya yang jago membaca peta sehingga ia membantu saya menemukan tempat ini.”
“Kalau Ibu Eva tidak keberatan, kali ini saya ingin kita bicara di sini saja. Saya hanya merasa kalau kantor Ibu tidak lagi kondusif untuk pertemuan kita.”
“Saya akan tetap mengikuti keinginan Ibu Alda karena saya sangat paham kalau tempat, situasi dan kondisi sangat mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan kita.”
“Terima kasih. Saya juga tidak ingin Ibu Eva dalam keadaan bahaya sehingga akan lebih baik jika pertemuan kita tidak diketahui banyak orang.”
“Kalau Ibu Alda ingin seperti itu, sebenarnya kita bisa bicara per telepon sehingga tidak mengharuskan Ibu melakukan perjalanan yang beresiko bagi diri Ibu sendiri.”
“Saya tahu ini pertemuan kita yang ke sekian kalinya.”
“Ini akan menjadi sesi keenam. Apakah ada hal baru yang ingin Ibu ceritakan?” balas Eva memperjelas.
“Saya sudah sampai pada keputusan akhir untuk menceraikan suami saya. Saya sedang dalam upaya untuk mencari seorang pengacara. Setelah dari sini saya akan bertemu dengan calon pengurus perkara saya tersebut.”
“Saya tentunya menghargai keputusan apa pun yang Ibu Alda ambil. Apakah Ibu sudah mempertimbangkan baik-baik untung dan ruginya jika hubungan Ibu diselesaikan di meja hijau?”
“Saya merasa cukup percaya diri. Tetapi saya belum bisa bercerita sekarang seberapa kuat posisi saya untuk menang nanti karena suami saya bersikeras untuk tidak ingin bercerai. Untuk itulah saya butuh pengacara untuk membantu saya memahami akibat-akibat bagi saya dan anak saya, dalam dan selama proses persidangan nanti serta sampai putusan akhir.”
“Saya siap menjadi pendengar jika memang ada cerita lain yang mau Ibu sampaikan.”
“Untuk pertemuan berikutnya saya akan tentukan tempat yang berbeda. Saya akan cari cara untuk menghubungi Ibu Eva lagi karena suami saya mengawasi semua gerak gerik saya sekarang, sehingga kita tidak bisa berkomunikasi dengan cara yang biasa.”
“Baik Ibu. Setidaknya beri tanda sesuatu pada pesan dari Ibu untuk saya, sehingga saya tidak terjebak kalau ada yang mencoba menggagalkan pertemuan kita.”
“Saya akan beri tanda huruf kapital A pada setiap pesan yang saya kirimkan. Saya akan sembunyikan tanda itu sehingga bisa di cari di setiap sudut, sisi atau lapisan jika memang perlu.”
“Semakin jelas untuk saya. Hal lain yang Ibu mungkin mau coba jika ingin tetap mampir ke kantor saya tanpa ada yang mengenali, bisa dengan menyamar menggunakan warna rambut dan lensa kontak untuk mengakali perawakan Ibu. Jangan lupa gaunnya juga jangan sampai memakai yang sudah pernah Ibu kenakan.”
“Terima kasih. Saya akan pertimbangkan. Kita bisa berpisah sekarang. Sampai ketemu di sesi berikutnya.”
“Baik Ibu Alda. Sebelum saya pergi, apakah Ibu kenal dengan seseorang yang bernama Ferry?”
“Saya tidak punya kenalan dengan nama demikian. Kalau ada fotonya mungkin akan lebih membantu memori tua saya.”
“Tidak masalah Ibu. Sampai ketemu nanti. Saya permisi.”
Eva bergegas kembali ke mobilnya. Ia tidak ingin mengambil resiko lebih lama lagi berada di tempat yang super sepi itu. Karena fokus untuk cepat sampai ke mobilnya dan berlalu dari tempat itu, Eva tidak menyadari kalau ada tambahan mobil lain juga, yang waktu ia tiba beberapa menit sebelumnya sebenarnya tidak ada.
Setelah Eva sampai di jalan besar ia mengirimkan pesan pada keluarganya kalau tadi itu ia bertemu klien yang sedang diawasi oleh suaminya sehingga tidak bisa lagi ke kantor Eva.
Selagi Eva menyetir dalam perjalanan kembali ke kantornya, ponselnya berdering dan nama Ricky muncul di layar.
“Halo Rick!”
“Pagi Va, kamu di mana?”
“Dalam perjalanan ke kantor. Ada apa Rick?”
“Aku mau ke kantor kamu. Kapan kamu punya jadwal kosong?”
“Kebetulan aku lagi sambil menyetir dan agendaku ada di dalam tas. Bagaimana kalau sampai di kantor baru aku kirimkan pesan?”
“Langsung dikirim ya, biar aku bisa atur jadwalku yang lumayan padat dua minggu ini. Masalahnya, hasil pertemuan kita akan mempengaruhi kegiatanku yang lainnya.”
“Iya, Pak pengacara. Aku butuh selamat sampai di tujuan dulu baru bisa meladeni permintaan kamu.”
“Kamu sudah sampai di mana sekarang?”
“Kalau kamu bisa menghentikan perbincangan kita, mungkin aku bisa lebih fokus di jalan dan sampai di kantor beberapa detik lebih cepat.”
“Aku tunggu pesanmu. Jadikan prioritas, ya!” Eva menutup ponselnya sambil menggerutu sendiri, “Dasar bawel!”
Ia akhirnya menepikan mobilnya sebentar dan mencari agenda di tasnya. Ia menelusuri jadwal satu minggu yang telah tercatat dan menentukan hari dan jam yang kosong untuk kemudian diberitahukan pada Ricky.
Setelah pesan terkirim barulah ia melanjutkan perjalanan. Ia masih bingung apa tujuan pertemuannya dengan Ricky, apalagi di kantornya. Ia merasa tidak ada hal penting yang harus mereka bicarakan. Kalau hanya untuk makan siang bersama biasanya mereka tidak bertemu di kantor.
Eva sempat berpikir jangan-jangan Ricky ingin melakukan konsultasi dengannya terkait hubungan dengan calon istrinya. Eva bergidik, jangan sampai apa yang ia pikirkan terjadi karena ia tidak mau mengetahui apa pun tentang hubungan Ricky dan calon istrinya.
Jauh lebih sulit untuk membantu orang yang sudah kita kenal dibandingkan dengan orang asing karena Eva sudah memiliki pengetahuan awal tentang Ricky yang bisa mempengaruhinya dalam proses konsultasi nanti. Eva tidak mau hal itu terjadi. Apalagi Ricky pernah menyukainya, Eva yakin energinya pasti akan terserap habis agar ia bisa bersikap profesional. Sebaiknya ia menyiapkan rujukan untuk Ricky sejak awal percakapan mereka nanti.
Bersambung