Bab 9
"Aku tidak bisa memberikan dunia untukmu. Tapi, aku bisa memberikan sesuatu yang paling berharga, duniaku."
-Renaldo Adijaya-
"Cinderbella?" ulang Aiden seraya menaikkan alisnya. "Plesetan dari Cinderella?"
"Yoi." Renaldo mengangguk, "orang pasti bakalan langsung mikir kisah cewek malang yang disiksa ibu tiri lalu ditolongin sama cowok. Judulnya mengecoh dari cerita yang udah kita rancang."
"Great!" Bima menepuk tangannya seraya bedecak kagum, "gue kira isi otak Renaldo ini cuman gumpalan darah. Taunya bisa nyiptain ide keren."
"Yeu, bangsat sia." Renaldo menoyor kepala Bima, "jadi, kapan mau mulai ngumpul untuk bikin naskah dan bagi peran?"
"Gimana kalau hari ini? Di rumah lo aja, Nal. Kan letaknya tengah-tengah, jadi adil, tuh." usul Damian yang mendapatkan anggukan setuju dari yang lainnya.
"Setuju!" sahut Derano, "yang lain gimana?"
"Jangan hari ini, gue udah ada janji," ujar Renaldo seraya melirik Bella yang masih fokus menatap buku di hadapannya.
"Terus, kapan? Sarah sih bisa kapan aja kecuali sabtu, minggu. Itu weekend khusus sama keluarga," celetuk Sarah.
"Besok sore, gimana?" tanya Deva seraya melirik teman-temannya bergantian.
"Nggak bisa," ucap Aiden.
"Kenapa?" tanya Alana yang ada di sampingnya.
"Tim sepak bola JHS tiap sore latihan mulai lusa karena bentar lagi pertandingan, cari waktu malam aja," jawab Aiden.
"Ah, iya. Gue lupa," ujar Renaldo. "Malam aja, deh.
"Semuanya setuju malam, ya?" tanya Derano yang mendapat anggukan setuju kecuali dari Bella. Lelaki itu menatap Bella yang diikuti oleh semua anggota kelompoknya.
"Lo gimana, Bel?" tanya Derano.
Bella yang sedang tidak fokus itu mendongak, bingung. Ia sama sekali tidak menyimak sejak mereka mulai berdiskusi.
"Bella setuju, iyakan?" Renaldo menatap gadis itu seraya mengedipkan matanya.
"I-iya," jawab Bella terbata-bata meski ia tidak tahu apa yang harus disetujui.
"Oke, berarti fix kita ngumpul mulai malam ini di rumah Renaldo," cetus Aiden.
Mata Bella membulat seketika, ternyata itu maksud dari meminta persetujuan darinya? Astaga, mengapa tadi ia tidak bertanya lebih dahulu harus setuju pada apa? Bella benar-benar bunuh diri!
"Udah, kan? Istirahat aja, yuk. Sarah laper," ucap Sarah seraya memasang wajah imutnya.
Derano yang berada di sebelah gadis itu langsung membuang wajahnya. Tidak bisa dipungkiri kalau sekarang wajah Derano memerah hanya karena wajah imut Sarah, bukan rahasia lagi jika Derano menyukai Sarah sejak lama.
Namun, gadis polos dan manja itu terlampau tidak peka. Ia menganggap bahwa perhatian Derano padanya hanya karena mereka berteman, Sarah terlalu polos.
"Ajak Sarah makan noh, Der." Aiden menendang kaki Derano.
Sarah menoleh pada Derano, kemudian menatap lelaki itu dengan tatapan penuh harap. "Der, ajak Sarah makan, dong."
"Sarah ngegas." Bima terkekeh geli. Tahu betapa tersiksanya Derano karena gadis itu tidak paham dengan sikapnya yang menyiksa Derano secara perlahan.
"Sarah lagi nggak bawa motor, Bima. Nggak bisa ngegas," sahut Sarah seraya menatap Bima.
"Bodo amat, Sar. Darah tinggi gue ngomong sama lo, cakep-cakep tapi pea." Bima beranjak dari kursinya kemudian melangkah keluar.
"Lo mau ke kantin nggak, Al?" tanya Aiden pada Alana.
"Mau," Alana mengangguk.
Aiden tersenyum kemudian meraih tangan Alana dan menggenggamnya erat. Keduanya berjalan keluar kelas menuju kantin seraya diiringi siulan menggoda Renaldo.
"Bell, nggak laper?" tanya Renaldo seraya berpindah posisi ke sebelah Bella.
Gadis itu menoleh, kemudian menggelengkan kepalanya. Ia memutar tubuh 180derajat hingga menghadap ke depan, ke arah papan tulis dan membelakangi Renaldo.
Lelaki itu mendapat ejekan dari Sarah dan Deva yang menyaksikan kejadian itu. Seorang Renaldo Adijaya ditolak oleh Rabella Tazqia! Bella berhasil mencatat rekor sebagai gadis yang pertama kali mengabaikan Renaldo.
"Kasian deh, Renal." Sarah cekikikan seraya menyikut perut Derano. "Der, kalau kamu nanti naksir sama cewek, jangan yang cuek kayak Bella, ya."
Mendengar ucapan Sarah, kini giliran Renaldo yang tertawa geli. "Derano mah nggak naksir cewek cuek, Sar."
"Tapi dia naksir cewek kelewat nggak peka!" Sambung Deva.
"Loh?" Sarah menatap Renaldo dan Deva bergantian sebelum ia menoleh pada Derano, "kamu kasian banget sih, Der. Pasti mainnya kode-kodean makanya ceweknya nggak peka."
Derano menghela napasnya kemudian berdiri dari posisinya. "Gue mau ke kantin." Ia melangkah cepat.
Sarah ikut berdiri kemudian berlari kecil mengejar Renaldo. "Der, tungguin!"
"Cinta itu punya banyak macam variasi, ya?" Renaldo terkekeh seraya mendekat ke arah Bella, "ada yang sama-sama gengsi. Ada yang nggak peka. Ada juga yang cuek setengah mati."
"Bel," panggil Renaldo pelan.
"Apa?" Sahut gadis itu tanpa menoleh.
"Jangan cuek-cuek," lelaki itu berdiri. "Orang cuek suka telat menyadari perasaannya. Bisa jadi saat yang mengejar udah pergi jauh, dia baru sadar."
Renaldo menepuk puncak kepala Bella, "semoga lo bukan salah satu orang yang akhir kisah cintanya berakhir dengan tragis."
"Aku tidak bisa memberikan dunia untukmu. Tapi, aku bisa memberikan sesuatu yang paling berharga, duniaku."
-Renaldo Adijaya-
"Cinderbella?" ulang Aiden seraya menaikkan alisnya. "Plesetan dari Cinderella?"
"Yoi." Renaldo mengangguk, "orang pasti bakalan langsung mikir kisah cewek malang yang disiksa ibu tiri lalu ditolongin sama cowok. Judulnya mengecoh dari cerita yang udah kita rancang."
"Great!" Bima menepuk tangannya seraya bedecak kagum, "gue kira isi otak Renaldo ini cuman gumpalan darah. Taunya bisa nyiptain ide keren."
"Yeu, bangsat sia." Renaldo menoyor kepala Bima, "jadi, kapan mau mulai ngumpul untuk bikin naskah dan bagi peran?"
"Gimana kalau hari ini? Di rumah lo aja, Nal. Kan letaknya tengah-tengah, jadi adil, tuh." usul Damian yang mendapatkan anggukan setuju dari yang lainnya.
"Setuju!" sahut Derano, "yang lain gimana?"
"Jangan hari ini, gue udah ada janji," ujar Renaldo seraya melirik Bella yang masih fokus menatap buku di hadapannya.
"Terus, kapan? Sarah sih bisa kapan aja kecuali sabtu, minggu. Itu weekend khusus sama keluarga," celetuk Sarah.
"Besok sore, gimana?" tanya Deva seraya melirik teman-temannya bergantian.
"Nggak bisa," ucap Aiden.
"Kenapa?" tanya Alana yang ada di sampingnya.
"Tim sepak bola JHS tiap sore latihan mulai lusa karena bentar lagi pertandingan, cari waktu malam aja," jawab Aiden.
"Ah, iya. Gue lupa," ujar Renaldo. "Malam aja, deh.
"Semuanya setuju malam, ya?" tanya Derano yang mendapat anggukan setuju kecuali dari Bella. Lelaki itu menatap Bella yang diikuti oleh semua anggota kelompoknya.
"Lo gimana, Bel?" tanya Derano.
Bella yang sedang tidak fokus itu mendongak, bingung. Ia sama sekali tidak menyimak sejak mereka mulai berdiskusi.
"Bella setuju, iyakan?" Renaldo menatap gadis itu seraya mengedipkan matanya.
"I-iya," jawab Bella terbata-bata meski ia tidak tahu apa yang harus disetujui.
"Oke, berarti fix kita ngumpul mulai malam ini di rumah Renaldo," cetus Aiden.
Mata Bella membulat seketika, ternyata itu maksud dari meminta persetujuan darinya? Astaga, mengapa tadi ia tidak bertanya lebih dahulu harus setuju pada apa? Bella benar-benar bunuh diri!
"Udah, kan? Istirahat aja, yuk. Sarah laper," ucap Sarah seraya memasang wajah imutnya.
Derano yang berada di sebelah gadis itu langsung membuang wajahnya. Tidak bisa dipungkiri kalau sekarang wajah Derano memerah hanya karena wajah imut Sarah, bukan rahasia lagi jika Derano menyukai Sarah sejak lama.
Namun, gadis polos dan manja itu terlampau tidak peka. Ia menganggap bahwa perhatian Derano padanya hanya karena mereka berteman, Sarah terlalu polos.
"Ajak Sarah makan noh, Der." Aiden menendang kaki Derano.
Sarah menoleh pada Derano, kemudian menatap lelaki itu dengan tatapan penuh harap. "Der, ajak Sarah makan, dong."
"Sarah ngegas." Bima terkekeh geli. Tahu betapa tersiksanya Derano karena gadis itu tidak paham dengan sikapnya yang menyiksa Derano secara perlahan.
"Sarah lagi nggak bawa motor, Bima. Nggak bisa ngegas," sahut Sarah seraya menatap Bima.
"Bodo amat, Sar. Darah tinggi gue ngomong sama lo, cakep-cakep tapi pea." Bima beranjak dari kursinya kemudian melangkah keluar.
"Lo mau ke kantin nggak, Al?" tanya Aiden pada Alana.
"Mau," Alana mengangguk.
Aiden tersenyum kemudian meraih tangan Alana dan menggenggamnya erat. Keduanya berjalan keluar kelas menuju kantin seraya diiringi siulan menggoda Renaldo.
"Bell, nggak laper?" tanya Renaldo seraya berpindah posisi ke sebelah Bella.
Gadis itu menoleh, kemudian menggelengkan kepalanya. Ia memutar tubuh 180derajat hingga menghadap ke depan, ke arah papan tulis dan membelakangi Renaldo.
Lelaki itu mendapat ejekan dari Sarah dan Deva yang menyaksikan kejadian itu. Seorang Renaldo Adijaya ditolak oleh Rabella Tazqia! Bella berhasil mencatat rekor sebagai gadis yang pertama kali mengabaikan Renaldo.
"Kasian deh, Renal." Sarah cekikikan seraya menyikut perut Derano. "Der, kalau kamu nanti naksir sama cewek, jangan yang cuek kayak Bella, ya."
Mendengar ucapan Sarah, kini giliran Renaldo yang tertawa geli. "Derano mah nggak naksir cewek cuek, Sar."
"Tapi dia naksir cewek kelewat nggak peka!" Sambung Deva.
"Loh?" Sarah menatap Renaldo dan Deva bergantian sebelum ia menoleh pada Derano, "kamu kasian banget sih, Der. Pasti mainnya kode-kodean makanya ceweknya nggak peka."
Derano menghela napasnya kemudian berdiri dari posisinya. "Gue mau ke kantin." Ia melangkah cepat.
Sarah ikut berdiri kemudian berlari kecil mengejar Renaldo. "Der, tungguin!"
"Cinta itu punya banyak macam variasi, ya?" Renaldo terkekeh seraya mendekat ke arah Bella, "ada yang sama-sama gengsi. Ada yang nggak peka. Ada juga yang cuek setengah mati."
"Bel," panggil Renaldo pelan.
"Apa?" Sahut gadis itu tanpa menoleh.
"Jangan cuek-cuek," lelaki itu berdiri. "Orang cuek suka telat menyadari perasaannya. Bisa jadi saat yang mengejar udah pergi jauh, dia baru sadar."
Renaldo menepuk puncak kepala Bella, "semoga lo bukan salah satu orang yang akhir kisah cintanya berakhir dengan tragis."
*CINDERBELLA*