Bab 8 Godaan
"Baiklah, ayo masuk ke dalam rumah." Doni tersenyum malu. Ratih dan semua orang mengikuti Doni masuk ke dalam rumah.
~
Saat ini Renji berdiri di depan pintu rumahnya dan melihat Nina pembantunya membuka pintu. "Renji syukurlah kamu baik-baik saja." Nina menghela nafas. "Bibi ayo buang ketiga mayat ini di jalan." Kata Renji melihat ketiga mayat zombie di depan rumahnya. "Ah, baiklah." Nina mengangguk.
~
Renji dan Nina mulai mengangkat mayat zombie bersamaan dan membuang di depan jalan rumahnya. Tidak lama kemudian Renji dan Nina selesai membuang tiga mayat zombie. "Hei Renji kenapa kamu tidak meminta bantuanku." Renji melihat Doni dan kedua pemuda mendekat ke arahnya. "Ini hanya tugas kecil." Balas Renji.
~
Renji melihat dua mobil yang bertabrakan lalu berkata. "Bisakah kamu memindahkan kedua mobil itu, setidaknya 20 meter dari rumah kita." "Baiklah, nanti aku akan menariknya dengan mobilku, kalian berdua nanti bantu aku." Kata Doni melihat kedua pemuda. "Baik." Kedua pemuda mengangguk. Renji mengangguk lalu berjalan kerumahnya diikuti Nina.
~
"Apa Bibi menemukan hewan lagi saat aku pergi." Tanya Renji masuk ke dalam rumah kemudian duduk di sofa. "Aku menemukan lima semut sebesar jempol tanganku. Tapi aku sudah membunuh semut itu." Balas Nina menutup pintu dan mengkuncinya. "Semut dan nyamuk saja sebesar jempol tangan." Renji menghela nafas.
~
Renji melihat smartphone specialnya dan melihat tidak ada pesan sama sekali. "Ternyata aku tidak mendapatkan exp dan coin, setelah membunuh puluhan zombie dengan menabraknya." Renji menghela nafas.
~
Renji memejamkan matanya dan tidak lama kemudian tertidur di sofa. Nina yang keluar dari dapur melihat Renji sudah tertidur. "Tuan Renji pasti sangat lelah setelah membantu Doni menjemput adiknya." Nina tersenyum lalu berjalan pergi.
~
"Tok, tok." Renji yang tertidur terbangun mendengar suara ketukan pintu. Renji mengambil katana dan berjalan menuju pintu. Renji mengintip dari jendela dan melihat Jessica guru sekolah Ratih berdiri di depan pintu.
~
Renji membuka pintu dan berkata. "Ada apa." "Apa kamu tidak mau menyuruhku duduk terlebih dulu." Jessica tersenyum kecut. "Duduklah." Balas Renji. Jessica mengangguk dan duduk di sofa. Renji kemudian mengkunci pintu. "Bicaralah kenapa kamu kemari." Tanya Renji.
~
"Dirumah Ratih kekurangan kamar, jadi bisakah aku tidur dirumahmu malam ini. Aku dengar kamu saat ini tinggal berdua dengan pembantumu" Jessica berkata dengan malu. Renji melihat wajah dan tubuh Jessica lalu bergumam pelan. "Jika Nina diberi nilai 6, maka dia diberi nilai 6,5 untuk nilai kecantikan."
~
"Terserah, kamu bisa tidur di kamar kosong, atau tidur dikamar pembantuku, itupun kalau pembantuku mau tidur berdua." Kata Renji. "Tidur di kamar kosong tidak masalah buatku." Balas Jessica. "Bibi, antar Jessica ke kamar kakakku." Teriak Renji. "Baik." Jawab sebuah suara.
~
"Ikut aku." Kata Nina melihat Jessica. Jessica mengangguk dan mengikuti Nina. Melihat kedua wanita pergi Renji bergumam. "Benar, aku khawatir dengan kondisi kakakku di luar kota, sayang sekali nomornya tidak aktif dari kemarin." Renji menghela nafas.
~
Beberapa jam telah berlalu saat ini Renji melihat langit mulai gelap dan bergumam. "Jika di film-film, zombie lebih aktif di malam hari dan akan menuju tempat yang bercahaya." "Bibi, jangan nyalakan lampu pada malam hari hari, cukup pakai lilin sebagai alat penerangan." Kata Renji. "Baik." Nina mengangguk.
~
"Apakah air sudah di rebus selama 10 menit." Tanya Renji. "Sudah." Nina mengangguk. "Bagus, untuk jaga-jaga kita mandi air yang sudah direbus selama 10 menit." Renji berjalan menuju kamar mandi. Jessica yang melihat Renji pergi ke kamar mandi mulai memikirkan sesuatu.
~
Beberapa menit kemudian Renji selesai mandi dan sudah berganti pakaian di kamarnya. Renji duduk di ranjang dan melihat aplikasi shop di smartphone specialnya. "Barang-barang di dunia ini semuanya ada di aplikasi ini." Renji melihat sebuah tank seharga seribu coin sementara dirinya hanya memiliki 395 coin. "Aku akan mengumpulkan coin, dan hanya membeli sesuatu yang penting." Gumam Renji.
~
Renji melihat smartphone pribadinya yang mati dan bergumam. "Kebiasaanku tidak pernah berubah, mematikan smartphone saat mengecas." Renji menghidupkan smartphone dan melihat ada puluhan panggilan tidak terjawab dari orang tuanya. Serta beberapa pesan masuk. "Renji kenapa kamu tidak bisa dihubungi dan bagaimana kamu bisa tahu bahwa zombie tiba-tiba muncul. Kamu tidak perlu khawatir kepada ibu dan ayah. Kami berdua saat ini berada di markas tentara. Kamu harus menjaga diri." Renji membaca pesan.
~
Renji tersenyum kemudian mengetik pesan. "Aku baik-baik saja Bu, aku sudah membeli persediaan makanan untuk dua bulan kedepan. Ibu dan ayah tidak perlu mengkhawatirkanku." Renji mengirim pesan.
~
"Tok, tok." Renji yang duduk di kasurnya berhenti bermain smartphone. Kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu. Saat membuka pintu Renji melihat Jessica yang mengenakan kaos bewarna putih dan celana pendek yang menunjukan paha putih mulusnya berdiri di depan pintu. "Ada apa." Tanya Renji heran.
~
"Aku ingin membalas budi karena kamu telah menyelamatkanku." Kata Jessica gugup. Otak Renji mulai berpikir cepat dan berkata. "Kamu ingin membalas budi dengan cara apa." Jessica tersipu malu mendengar jawaban Renji. "Kamu tahu, aku bukanlah pria berengsek. Aku tidak akan memaksa wanita yang tidak menyukaiku untuk melakukan hubungan denganku. Terlebih lagi itu hanya sebagai imbalan hadiah." Lenjut Renji. "Ehh." Jessica terkejut dengan kata Renji.
~
"Sekarang kembalilah kemarmu dan beristirahat." Kata Renji. "Aku tahu dia pria yang baik, dia menyelamatkan Ratih meski sudah tahu berbahaya. Tapi tidak kusangka dia pria yang bisa mengendalikan nafsunya" Gumam Jessica dipikirannya.
~
"Aku takut tidur sendiri, bolehkah aku tidur denganmu." Jessica tersipu malu. "Tidurlah dengan pembantuku Nina." Balas Renji. Renji melihat Jessica tetap terdiam. "Baiklah, tidurlah di kamarku." Balas Renji menghela nafas. "Terimakasih." Jessica tersenyum lalu mulai tidur di kasur. "Sifatnya berubah drastis, memang wanita itu mahluk yang aneh. Tapi dia juga tidak terlalu buruk." Renji melihat paha putih mulus milik Jessica.
~
Renji menggeleng dan berkata. "Sepertinya, aku tidak punya pilihan." Renji berjalan menuju kasur lalu mengelus paha putih Jessica. Badan Jessica gemetar saat pahanya di sentuh oleh Renji.
~
"Ini belum terlambat jika kamu ingin pergi." Bisik Renji di telinga Jessica. Melihat Jessica tidak membalasnya Renji tersenyum lalu mulai membelai paha Jessica. Renji yang membelai paha Jessica, merasakan napas Jessica yang semakin cepat. Renji tersenyum lalu keluar dari kamarnya.