Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Membulatkan Tekad

"Uuhh, tidak kusangka aku bisa tidur dengan nyaman meski situasi sedang berbahaya." Renji cemberut melihat dia tertidur pulas dengan Jessica yang masih tertidur disampingnya. "Ini masih jam 6 pagi, Renji melihat jam di smartphone specialnya." "Kamu sudah bangun." Jessica membuka matanya saat melihat Renji duduk di kasur.

~

"Benar, jika nanti kamu bertemu dengan yang lain. Jangan bilang kita tidur bersama." Balas Renji. "Aku tahu, terlebih lagi kita tidak melakukan apapun." Jessica mengangguk. "Bagus." Renji mengangguk.

~

Renji keluar dari kamar diikuti Jessica dibelakangnya. "Apa kamu bisa memasak." Tanya Renji. "Bisa." Balas Jessica mengangguk. "Bisakah kamu membuat sarapan untuk kita makan." Balas Renji. "Tentu, tapi kamu harus menemaniku saat berada di dapur. Aku takut semut-semut akan datang." Jessica merinding. "Baiklah." Renji mengangguk.

~

Renji dan Jessica berjalan ke arah dapur. Renji melihat mayat Nina yang tergeletak di lantai. "Apa kamu tidak ingin memindahkan dia." Tanya Jessica. "Setelah kita selesai sarapan, aku akan meminta bantuan doni dan dua muridmu, untuk mengubur mayat Nina dibelakang rumah." Balas Renji. Jessica mengangguk kemudian membuka lemari es dan mengambil beberapa telur dan sayuran.

~

1 jam kemudian Renji dan Jessica berada di ruang makan. "Baiklah, jangan lupa buang sisa makanan di tempat sampah dan bersihkan piring." Kata Renji. "Uuhh, baiklah." Jessica cemberut. Renji melihat Jessica yang sedang membersihkan piring bergumam. "Aku terbiasa memerintah, padahal dia bukan pembantuku."

~

Tidak lama kemudian Jessica selesai membersihkan piring. "Ayo ke rumah Ratih." Kata Renji mengambil pedang katana. "Ayo." Balas Jessica. Renji dan Jessica kemudian keluar rumah. Saat keluar rumah, Renji melihat satu zombie berlari ke arahnya. "Cari mati." Renji menarik katana kemudian menebas leher zombie. "Crash." Kepala zombie terjatuh di tanah.

~

"Ayo." Kata Renji melihat Jessica yang ketakutan. "Baik." Jessica mengangguk dengan gugup dan mengikuti Renji.

~

"Tok, tok." "Don, ini aku Renji. Cepat buka pintu." Teriak Renji. "Tunggu." Tidak lama kemudian Renji melihat seorang perempuan membuka pintu. Renji mengenal perempuan yang tidak lain adalah Katrine. Gadis sekolah yang paling cantik menurut Renji.

~

"Halo Katrine, dimana Doni." Kata Renji tersenyum memasuki rumah diikuti Jessica. "Halo kak Renji. Kak Doni sedang menemani Ratih yang sedang demam." Balas Katrine kemudian mengkunci pintu.

~

"Oohh, apa Ratih sakit." Jessica terkejut. "Benar Bu Jessica, Ratih tiba-tiba demam sejak tadi pagi." Balas Katrine. "Antar kami berdua melihat Ratih." Kata Renji. "Ikuti aku kak Renji, bu Jessica." Balas Ratih kemudian berjalan diikuti Renji dan Jessica.

~

Tidak lama kemudian Renji, Jessica dan Ratih tiba di kamar. "Oh, tidak kusangka semuanya berkumpul disini." Kata Renji melihat 8 orang berkumpul diruangan, termasuk Ratih yang terbaring di kasur.

~

"Oh, Renji rupanya itu kamu." Kata Doni melihat Renji. "Apa Ratih baik-baik saja." Renji berjalan ke arah Ratih yang sedang terbaring di kasur. "Seluruh badannya tiba-tiba sangat panas sejak tadi pagi." Doni cemberut. "Sangat panas." Kata Renji terkejut saat menyentuh dahi Ratih.

~

"Apakah Ratih sudah diberi obat." Tanya Renji. "Sudah, aku tadi memberinya obat penurun panas." Kata perempuan yang tidak lain Silvi. "Kalian jangan panik, ini pasti demam biasa." Kata Renji mencoba menghibur.

~

Doni menghela nafas mendengar kata Renji lalu berkata. "Karna kamu kemari. Kamu pasti butuh sesuatu." "Benar, aku ingin minta tolong kepadamu dan kalian berdua, untuk membantu mengubur mayat Nina." Balas Renji melihat kedua pemuda. "Ahh, apa pembantumu meninggal." Doni terkejut.

~

"Benar, dia meninggal karna serangan semut." Renji menghela nafas. "Glek." Semua orang diruangan menelan ludah. "Siapa nama kalian berdua." Tanya Renji kepada dua pemuda. "Namaku Bastian." "Namaku Samuel." Kata kedua pemuda. "Baiklah, Don, Bastian, Samuel ikut aku mengubur mayat Nina." Renji kemudian meninggalkan kamar.

~

"Dia tidak bertanya apakah kita setuju atau tidak." Doni cemberut kemudian mengikuti Renji dengan Bastian, dan Samuel dibelakangnya.

~

Beberapa menit kemudian Renji, Doni, Bastian dan Samuel berada di halaman belakang rumah Renji. "Ayo gali." Renji mulai menggali tanah dengan cangkul dibantu oleh Doni, Bastian dan Samuel.

~

1 jam kemudian Renji selesai mengubur mayat Nina. "Terimakasih atas bantuan kalian bertiga." Renji mengusap keringat di dahinya. "Tidak masalah kak." Bastian mengusap keringat di wajahnya. "Kalau begitu, ayo kembali kerumahku." Kata Doni. "Nanti aku akan pergi kerumahmu melihat Ratih." Balas Renji. Doni mengangguk kemudian pergi bersama Bastian dan Samuel.

~

"Aku akan istirahat beberapa menit, kemudian mulai membunuh zombie di sekitar tempat tinggalku." Renji menghela nafas kemudian berjalan ke dalam rumahnya.

~

Beberapa menit kemudian, Renji mulai berkeliling di area komplek rumahnya. "Baru 2 Menit berkeliling area komplek. Aku sudah bertemu beberapa zombie." Renji melihat 10 zombie yang berlari ke arahnya, kemudian memasang kuda-kuda bertarung. "Aku memegang senjata, sedangkan zombie tidak. Aku tidak boleh selamanya takut kepada zombie. Karena mahluk berbahaya di dunia ini bukan hanya zombie" Kata Renji bersungguh-sungguh.

~

Renji mengingat kematian Nina diserang kerumunan semut tadi malam. Hal itu yang membuat Renji untuk membulatkan tekad bertarung dengan zombie.

~

"Kemari kau zombie sialan." Renji berteriak kemudian berlari dan menebas kepala zombie. "Crash." "Bukk." Kepala zombie terjatuh di tanah. "Crash." "Crash." Renji berlari dan menebas kepala zombie dengan mudah.

~

"Masih belum." Renji menarik nafas kemudian berlari ke arah kerumunan zombie. "Crash." Renji memotong lengan zombie. "Woar." Melihat zombie masih menyerangnya. Renji menebas lehernya. "Aku lengah." Renji gugup kemudian berlari, menjauh dari kerumunan zombie.

~

30 menit kemudian Renji berdiri di atas mayat zombie. "Aku tidak tahu berapa banyak zombie yang sudah kubunuh." Renji menghembuskan napas kemudian melihat smartphone specialnya. Renji melihat dirinya menerima banyak pesan. "Semua pesan adalah pemberitahuan membunuh zombie. Langsung saja lihat status." Renji kemudian melihat status dirinya di smartphone specialnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel