Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Latar Belakang Seorang Reyhan

Delapan tahun yang lalu.

"Harusnya kamu tuh ngerti Mas, kamu itu udah nggak punya apa-apa lagi!" teriak Sarah—ibu dari Reyhan.

"Keterlaluan ya kamu, ternyata kamu itu selalu morotin aku selama ini. Iya?!" bentak Rama tak kalah keras dari suara Sarah.

Reyhan kecil hanya menangis sesenggukan sambil meringkuk di kamarnya, ia merasa takut setiap kedua orangtuanya bertengkar.

Ia tak bisa hanya diam, ia takut kalau kedua orang tuanya akan berpisah, karena setiap orang tuanya bertengkar hanya ada satu kata untuk menyudahi pertengkaran mereka yaitu berpisah.

Entah siapa yang mengucapkan, entah ayah Reyhan ataupun ibu Reyhan.

Reyhan segera keluar dari kamarnya ia berlari menuju ibunya yang seperti sudah ingin ditampar oleh ayahnya.

Ia memeluk ibunya erat seolah tak ingin melepaskannya.

Namun tak lama pelukannya pun berakhir disertai suara klakson mobil yang terdengar dari arah depan rumahnya.

Tanpa belas kasihan ibunya melepaskan pelukan Reyhan, dan mendorong nya ke arah Rama suaminya.

Reyhan kecil hanya bisa menangis. Tanpa bisa mencegah ibunya untuk pergi.

Sementara Rama mencegah agar Reyhan tak ikut ibunya pergi.

Dan dengan teganya Sarah mencium seorang lelaki di depan anak dan suaminya sendiri.

Iya, yang menjemputnya menggunakan mobil itu adalah selingkuhan Sarah.

"Keterlaluan kamu Sarah!" teriak Rama marah. Ia merasa tak dihargai lagi sebagai suaminya, meskipun mereka berdua memutuskan untuk berpisah, tapi surat resmi dari pengadilan agama belum sampai.

Enam bulan kemudian.

Sekarang penderitaan Reyhan kian bertambah, pasalnya ia sekarang menjadi pedagang tissue yang berada di pinggir jalan dan menjajakan tissuenya kepada pengemudi yang ada di lampu merah tempat ia berdagang.

Kini tisunya sudah laris terjual dan hanya tinggal menyisakan satu tisu saja, ia pun segera menghampiri salah satu mobil sedan berwarna silver.

Tanpa rasa ragu ia mengetuk kaca mobil yang ada di depannya.

Tak lama setelah itu ia melihat seorang wanita paruh baya yang menampakkan wajahnya di dekat jendela mobil sambil menyodorkan uang untuk membeli tissue miliknya.

Reyhan pun terperangah kaget, karena yang menyodorkan uang itu adalah ibunya sendiri.

"Ibu!" pekiknya senang. Tapi apa balasan yang didapat Reyhan?

Ibunya malah melemparkan tissue yang baru saja ia beli dari Reyhan ke wajah Reyhan, dan sedetik kemudian lampu hijau menyala.

Mobil yang membawa ibunya pun pergi meninggalkan Reyhan yang kini berada di tengah jalan, dan tanpa Reyhan sadari air matanya tumpah dari matanya.

***

Reyhan pulang menuju rumahnya yang  berada di pemukiman kumuh.

Rama—ayah Reyhan, terpaksa mengajak keluarga kecilnya beserta dua anaknya untuk tinggal disini.

Anak pertamanya bernama Rangga Aditya. Dan yang kedua Reyhan Aditya. Dan kini dengan teganya ia meninggalkan Reyhan dan suaminya berdua, sementara Rangga sudah ia bawa beberapa hari yang lalu.

Sebenarnya Sarah kini sedang mengandung anak ketiga dari Rama, kini usia kandungnya sudah 7 bulan dan tinggal beberapa bulan lagi ia melahirkan.

Karena saat ia meninggalkan suaminya ia tengah hamil yang usia kandungannya 1 bulan. Memang seharusnya mereka berpisah saat Sarah sudah melahirkan, tapi Sarah tetaplah Sarah, ia adalah perempuan yang sangat keras kepala.

Baru beberapa rumah lagi saat ia akan sampai di rumahnya, ia melihat ayahnya yang sedang berjudi dengan tetangganya yang lain.

Ia segera menghampiri ayahnya, ia pun menegur Rama.

"Ayah, Ayah nggak boleh main judi, itu dosa Ayah." Dengan polosnya Reyhan berkata demikian.

"Udah sana kamu pulang siapin makan, buat makan malem!" bentak ayahnya sekaligus mengusirnya agar ia pergi.

"Ayo Ayah kita pulang, Ayah jangan main judi lagi!" Reyhan tak mau ayahnya dosa karena bermain judi.

"Aduh nih anak lo berisik amat sih!" Salah satu tetangga yang ikut berjudi pun ikut berbicara.

"Oh ya Bro ini uangnya, lo kan udah menang 10 juta." Dia adalah si Mamat tetangga yang di kenal suka mabuk dan tukang buat onar.

"Oke thanks ya Bro gue pulang dulu, sekalian bawa ini anak sialan!" ucap Rama tanpa mempedulikan perasaan Reyhan.

'Sabar Reyhan,' batin Reyhan sekaligus menahan emosinya.

***

Rama dan Reyhan pun sudah sampai di rumah mereka.

"Ayah Reyhan mau, Ayah nggak main judi lagi," ucap Reyhan polos.

Rama yang sedang menghitung uang hasilnya judinya segera menghentikan aktivitasnya. Dan menatap Reyhan tajam.

"Tau apa kamu, jangan pernah kamu ceramahi saya, saya nggak sudi punya anak kayak kamu!"

"Tap ... tapi ... Ay ... Ayah," ucap Reyhan terbata.

"Nggak usah pake tapi cepet buatin saya kopi!" bentaknya kemudian.

Reyhan yang merasa takut langsung berlari ke arah dapur dan berniat membuatkan ayahnya kopi.

Lima menit kemudian ia telah selesai membuatkan kopi untuk ayahnya.

"Ini Yah." Reygan menyodorkan kopi keoada Rama, dan menaruhnya di atas meja.

Reyhan pun pergi dari hadapan Rama, sementara Rama menyesap kopi buatan Reyhan .

"Reyhan!" bentaknya. Reyhan yang belum masuk ke kamarnya segera menemui ayahnya kembali.

"Apa-apaan ini?!" Rama menumpahkan kopi panas ke kepala Reyhan. Kopinya terasa asin, mungkin Reyhan salah memasukkan gula malah ia memasukkan garam di kopi itu.

"Aaarkkhhhh!" pekik Reyhan. Anak itu merasa kepalanya sangat panas karena disiram oleh kopi yang masih panas. Sehingga ia memekik.

"Itu balesan karena kamu tadi udah nyeramahin saya di depan orang. Paham!" bentaknya

Dan dengan tega nya lagi kopi yang masih tersisa ia banting gelasnya, Reyhan hanya bisa tersenyum pahit saat melihat kondisi nya saat ini. Sungguh MIRIS.

Beberapa Hari kemudian

Mungkin penderitaan Reyhan untuk saat saat ini bertambah.

Dan saat ini saja ayahnya membawa seorang janda beranak satu dari kampung sebelah yang hendak dijadikan ibu tiri bagi Reyhan.

Reyhan yang terpaksa tetap tersenyum di depannya hanya bisa membuatkan makanan dan minuman untuk calon ibu tirinya itu.

Bahkan yang paling Reyhan tidak suka, ia akan memiliki saudara tiri sekarang. Terlihat angkuh dan menyebalkan, itulah yang sepertinya bisa menggambarkan sikap Saudara tirinya saat ini.

Dua bulan kemudian.

Sarah melahirkan anak dari ia dan Rama, anaknya perempuan yang cantik dengan wajah yang sangat imut.

Tapi tetap Sarah tak mau merawat anak yang baru saja ia lahirkan itu, dan sekarang ia malah menitipkannya pada mantan suaminya—Rama.

Rama juga tidak mempedulikan bayi perempuan mungil itu, hanya Reyhan yang mau merawatnya. Maklum usia Reyhan saja saat ini masih menginjak tujuh tahun jadi ia akan menerima saja apa yang disuruh oleh kedua orang tuanya.

***

"Saya terima nikah dan kawinnya Amanda binti Wahyu dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai!"

Lagi dan lagi penderitaannya kian bertambah, ayahnya sekarang menikah lagi.

Semua orang bahagia, semua orang senang tapi tidak dengan Reyhan. Reyhan sedih, Reyhan kecewa dengan semuanya, Reyhan merasa diabaikan, Reyhan merasa dibuang, tak bisa lagi ia diterima seperti dulu lagi.

Mungkin inilah jalan hidup yang terbaik untuknya.

Mati, ah rasanya ia sudah berpikir ribuan kali untuk itu, tapi jika ia mati siapa yang akan mengurus adik kecilnya ini.

Setelah ijab kabul itu diucap Reyhan langsung berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya di sana.

Ia mengurung dirinya, ia tak tau apa lagi yang harus ia perbuat.

Dunia ini kejam, dunia ini semua membencinya, dunia ini tak mau menerimanya lagi disini. Ia benci kepada perempuan terkecuali adiknya, ia benci semua orang.

Dendam, ya hanya satu kata itu yang Reyhan butuhkan untuk di masa depan nanti.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel