Bab 7
Pov Lira
“Lira, kamu ngapain?” suara Mama Fhika membuat langkah kaki kami terhenti.
Kami berpandangan, berbalik menatap kearah tangga. Terlihat Mama yang jalan menuruni tangga dengan sangat santai.
Mampus! Ketahuan.
Berusaha untuk tetap tenang, memasang wajah segarang mungkin, menghirup nafas dalam, lalu mengeluarkan perlahan. Mama nggaknboleh liat gue gugup.
"Eh kamu Remon kan? Calon mantu Mama." Celetuk Mama tiba-tiba.
"Iya saya Remon, Ma." Remon beneran udah panggil Mama. Heran, ngebet bener pengen nikah sama gue. Huufft ....
"Ayo sini sarapan bareng. Mama udah bikin sandwick lho. Ini kesukaan Lira. Tiap pagi Mama bikin ini." Mama narik tangan Remon untuk duduk di meja makan. "Mama bikinin susunya sekalian, ya." Mama langsung pergi ke dapur ngambil gelas.
"Heh, seneng lo!" Gue senggol lengannya.
Remon tersenyum manis, menandakan jika dia memang sedang bahagia. Gue langsung comot sandwick yang ada dipiring. Lalu meminum segelas susu yang udah dibuatin Mama.
"Ini, sayang. Susu buat kamu." Mama naruh segelas susu dimeja depan Remon.
"Makasih ya, Ma. Tadi sebenernya Remon cuma mau pinjem carger aja, Ma. Soalnya punya Remon ketinggalan di kantor. Tapi malah diusir sama Lira." Kebohongan dari mulutnya yang berhasil buat mata gue melotot kearahnya.
"Lira kamu kok gitu sih sama calon suamimu."
"Calon suami?" Linxi yang baru aja keluar dari kamarnya pun kaget.
"Eh, iya. Mama sampe lupa mau kasih tau kamu, Lin. Lira mau nikah sama Remon." jelas Mama.
"Elo kan anak baru yang kemarin. Sejak kapan kalian kenal?" Linxi natap gue dan Remon bergantian.
"Anak baru?" Gue ulangi lagi buat mastiin.
"Iya, dia bikin geger murid satu sekolahan." Narik kursi, lalu duduk disamping Remon.
"Bukan gue yang bikin geger. Mereka aja yang nggak pernah liat cogan." Remon ngebela diri sendiri.
Gue natap Remon lekat. "Jadi elo satu sekolahan sama gue?"
Dia nya ngangguk. "Berangakat bareng aja, ya."
"Ogah!" Tolak gue.
"Elo kenapa pindah sekolah?" Linxi malah keliatan sok akrap sama Remon.
"Ada masalah di sekolah yang lama." Jawabnya santuy.
Kok gue baru tau sih, Remon satu sekolahan sama gue. Kenapa jadi gini ya? Berarti yang kemarin diomongin sama Wuri, Yuni sama Dira itu si Remon ini. Huufft ... Kembali hembusin nafas kesal.
"Jadi kamu satu sekolahan sama Lira dan Linxi?" Mama ikutan nimbrung.
"Iya, Ma. Baru kemarin masuk sekolah."
"Lir, kamu nggak berangkat bareng Remon aja?"
"Lira kan punya motor. Lira bisa berangkat sendiri kok. Kalau pun harus nebeng, ya aku nebeng Linxi lah. Najis satu mobil sama dia!"
"Dia itu calon suami kamu lho Lir. Kamu nggak boleh gitu." Mama malah nyeramahin gue. Mama ngebela Remon secara nggak langsung.
"Males ah, gue nggak mau nikah sama dia."
"Nggak bisa gitu, sayang. Kemarin kan udah di omongin. Kita semua udah sepakat."
"Ini sebenernya ada apa sih? Kok gue nggak tau apa-apa." Linxi mulai bingung dengan pembicaraan kita.
"Mama lupa belom kasih tau kamu. Jadi mungkin secepatnya Lira akan menikah sama Remon." Jelas mama.
Linxi terbelalak. "Secepatnya? Menikah?" Keliatan banget kalo sangat terkejut.
"Iya, Lin. Semua karna kesalahan Lira."
"Kok jadi aku yang salah sih, ma! Linxi tu penyebabnya. Dasar jurik!" kesel gue.
"Lho, kenapa jadi aku yang disalahin?"
"Udah, ah! Aku mau berangkat. Nggak betah lama-lama dirumah."
Gue langsung berjalan keluar rumah. Sebel kalo udah ngomongin soal nikah. Gue masih pengen bebas. Pengen ngerasain yang namanya remaja itu kek gimana. Mana ada remaja yang udah berstatus istri orang, bisa bebas. Mimpi doang. Bebas aja jadi cita-cita. Nasip, nasip ... Malang banget sih gue.
"Lira! Woii, tunggu dong. Jangan marah." Remon tiba-tiba berdiri didepan motor.
"Apa sih, minggir brengsek!"
"Maka'nya lo jangan marah dong. Gue sedih kalo lo marah gini." Iihh dia sok pasang tampang melas gitu.
"Kesedihan elo itu nggak seberapa dibanding penderitaan gue!"
"Ya elo nggak bisa nyalahin gue. Itu semua kan elo yang mulai."
"Iya, iya, gue yang salah. Puas lo!"
"Ya, belom lah. Kalo kita udah nikah, baru gue puas." jawabnya dengan tanpa dosa.
"Emang bangsad lo ya!" Dia nya nyengir. "Minggir cepet! Gue bisa telat."
Langsung gue pasang helm. Dan nyalain mesin motor.
"Lo hati-hati, ya." Ucapnya sebelum gue pergi. Tanpa basa-basi lagi, gue langsung tancap gas.
(prov author)
Remon berjalan pulang kerumahnya. Di depan pintu rumah sudah ada Kristan yang menunggunya pulang.
"Jadi, lo beneran mau nikahin Lira?" Tanya Kristan.
"Iya, lah. Kapan gue ngomong nggak bener?" Jawabnya dengan enteng.
"Tiap detik juga lo ngomong nggak pernah bener, nyet. Itu cewek-cewek, pada mau lo apain kalo udah nikah?"
"Biarin! Gue nggak anggap mereka pacar kok. Salah siapa mau digombalin."
Kristan mulai masuk kedapur buka lemari disana. "Lo mau sarapan apa pagi ini?"
"Gue tadi udah makan dirumahnya mertua. Kita langsung berangakt aja." Remon langsung menaiki tangga menuju kamarnya.
"Yaampun Remon, bacotnya kalo ngomong gampang baget sih. Udah kayak kran aja, gampang banget keluar airnya." Kristan geleng kepala melihat tingkah Remon.
**
Pov Lira
Setelah parkir motor, gue langsung berjalan santuy menuju kelas. Tiba-tiba dari belakang ada yang ngerangkul. Gue toleh orangnya. Ternyata itu si Wuri.
"Nggak telat lagi, cuy?" Tanyanya.
"Hari ini jam gue bunyi, jadi ada yang bangunin."
"Jam apa burung?"
"Burung apaan?"
"Burung beo yang bisa ngomong kek orang."
"Tul tuh, burungnya mirip bacot lo!" Gue jitak keningnya.
"Sakit tauk!" Dia elus keningnya yang kena jari gue.
"Lir, ntar malem gue nginep dirumah elo, ya. Kalo malam kakak gue pulang kerumah suka bawa pulang cewek. Kasian mata indah gue harus ternodai mulu." Mulutnya dimonyong-monyongin.
Kening gue berkerut. "Nodai gimana maksud lo?"
"Ya liat mereka bercinta tiap malem."
Gue lepasin tangan Wuri. Gue beneran penasaran soalnya. Sampe gue berhenti jalan dan natap dia. "Maksud lo kaya' suami istri gitu?"
"Anjay, muka lo kepo banget sih?"
"Ya gue penasaran, nyet."
"Ya, gitu. Tiap liat mereka, punya gue basah dengan sendirinya." kata Wuri dengan berbisik.
"Ceritain dong, Wur. Yang mereka lakuin apa aja?"
Sumpah, njir! gue kepo tingkat dewa. Gini ya, bentar lagi gue bakalan nikah, dan akan berperan jadi istri. Gue pengen tau seperti apa sih yang dilakukan suami istri saat malam? Wajar kan kalo kepo.
"Gue bisa basah sekarang kalo gue critain semuanya. Mending ntar malam lo nginep dirumah gue aja. Biar lo tau sendiri. Jadi kita basahnya barengan."
"Gila lo!!"
"Serah lo, katanya penasaran, kan??"
Akhirnya kita sampai di kelas. Gue berfikir sejenak. "Iya, deh. Gue nginep rumah lo."
Ddrrrtt ... Drrtt ....
Ponsel gue getar, ada notif wa dari Duta.
*Duta
[Ntar malam gue balapan lawan Bian.]
[Jangan lupa datang yak.]
*Lira
[Jam?]
*Duta
[Jam 8 Lir, datang ya.]
*Lira
[pasti.]
*Duta
[gue tunggu(emojy cium)]
Gw ketawa kecil liat ada emojy tanda nyium. Duta ada-ada aja deh. Ada rasa seneng dihati, tapi nggak tau apa itu.