Bab 4
"Woii! Gila sumpah, dia ganteng banget. Nggak kalah sama Linxi." Suara Wuri.
"Gantengan dia, njiir! mukanya ada bule-bule nya gitu." Sahut Yuni.
"Dia tadi anak kelas berapa, kuy?" ini si Dira.
"Tadi masuk kelas 12 IPA2."
"Eh, itu bukannya kelasnya Duta kan, ya?"
"Masa' sih?"
Bbraak!
"Woii, berisik, woii!! Gue nggak bisa ngebo, bangsad!!" Lira banting buku di meja.
"Ngagetin, annjiir!" Yuni ngelus dadanya yang nggak akan rata.
"Untung gue nggak punya riwayat sakit jantung!" Yuni nonyor kepala Lira.
"Lagian berisik banget, kek kuburan!"
"Gesreh lo, ya! Mana ada kuburan berisik!"
"Kali aja si setan rebutan pacar." jawab Lira sekenanya.
"Si pocong yang jadi rebutan kunti sama sunbol" Sahut Yuni.
"Kok bisa?" Dira antusias, sok kepo.
"Mereka rebutan tali pocongnya."
"Buat apaan?"
"Buat ngikat rambut."
"Hahahahh ...." mereka tertawa kompak.
"Kalian tadi ngomongin apa sih?" Lira sedikit kepo.
"Ada murid baru, Lir. Sumpah dia ganteng mirip Dewa." sahut Wuri.
"Kapan lo ketemu dewa?" Lira nanya.
"Kemaren." jawab Wuri sekenanya. "Ketemu pas di atas empang. Wkwkwkk"
"Pasti dewa lagi jongkok dengan muka nge-den nya, ya?" Dira mraktekin muka nge-den.
Lira nonyor kepala Dira. "Sinting emang!"
"Eh, tapi seriusan, Lir. Dia ganteng maksimal." Ini si Yuni.
"Nggak ada yang lebih ganteng dari pada Linxi saudara tercinta gue." Lira banggain saudara kembarnya.
"Ya, kalo sama Linxi 11 12 lah."
Tet! Tet! Tet!
Bel tanda istirahat usai berbunyi. Semua teman sekelas Lira masuk. Lira langsung berdiri dan melangkah keluar kelas.
"Woii! Lir, kemana lo?" teriak Dira.
"Kantin." jawab Lira santuy.
"Gila tu bocah. Baru hari pertama masuk udah bolos aja." Yuni geleng-geleng kepala.
"Tungguin, woii!" Wuri berlari ngikutin Lira.
Akhirnya mereka berdua berjalan ke kantin barengan. Di sana udah ada Duta dan ke dua temannya.
"Eh, Lir, bolos juga?" Duta yang tadinya tiduran langsung bangun saat liat Lira masuk kantin.
"Nggak kok." Lira duduk didepan Duta.
"Lha, memang kita bolos, njiir. Kok nggak ngaku." Sahut Wuri.
"Jaga image, coy!"
"Aaiiss, kita dah hafal sama elo, Lir." Sean nimpalin.
"Mabar yuk, Dut." Ajak Lira.
"Boleh, yuk."
Mereka berlima asik mabar dikantin sampai bel tanda pulang berbunyi.
**
Dengan sangat santuy Lira mengendarai mogenya. Berhenti di lampu merah, pandangannya fokus lurus dijalan. Tanpa sadar, dia berhenti tepat disebelah mobil sport warna putih milik Remon. Remon yang menyadari itu, langsung membuntuti moge Lira dengan sangat hati-hati. Sampai Lira berhenti didepan rumahnya, dan cewek itu langsung masuk kedalam rumah tanpa melihat siapapun disekitarnya.
"Gila tuh, kecoak! Udah gue buntutin kok cuek banget sih!" Umpat Remon dengan sangat kesal.
Lira masuk kedalam dan melihat Linxi tengah asik mainan ponsel diruang tv. Ada sekotak kue diatas meja.
"Tumben lo dirumah." Sapa Lira.
Karna memang Linxi hampir tak pernah terlihat ada dirumah se sore ini. Semenjak jadi ketua osis ia selalu ngabisin waktunya disekolah.
"Kenapa lo? Kaget banget gue ada dirumah. Ini kan juga rumah gue."
Lira ikut mencomot kue yang ada diatas meja. "Ya kan biasanya pulangnya selalu malam. Udah mirip jurik penunggu sekolah."
Plak!
Linxi memukul lengan Lira. "Bacot lo dijaga dong! Sembarangan!"
Lira kembali mengambil potongan kue. Tangannya langsung di tepis kasar sama Linxi.
"Udah nggak usah kebanyakan. Dari pacar gue ini."
"Bukannya udah putus ya?"
"Udah dapat lagi."
"Waah mirip kost-kostan ya. Tiap kosong langsung ada yang nginep." Lira langsung berlari kearah tangga. Linxi melempar sepotong kue kearah Lira.
"Dasar kutu!" Teriaknya.
Lira menangkap kue lemparan Linxi dengan sigap. Lalu memasukkannya kedalam mulut. "Makasih, ya. Enak kuenya." Berlari masuk kedalam kamar.
Lira meletakkan tas ransel dan masuk kekamar mandi. Membersihkan diri sejenak lalu berganti pakaiannya. Mebahkan tubuhnya diatas ranjang.
"Mending gue tidur sekarang. Dari pada ntar malam nggak bisa tidur." Lira langsung menutup matanya. Hanya dengan hitungan menit, dia sudah benar-benar terlelap.
**
Di rumah sebelah.
Remon masuk kedalam rumah, langsung naik ke lantai atas. Mulai membuka laptopnya dan bergelut dengan pekerjaannya, tiga jam berlalu. Remon menutup laptop dan merebahkan tubuh diatas ranjang. Mencoba untuk merem, bau tubuh Lira masih menempel disprai dan bantal. Aroma yang sangat wangi.
‘Kok gue jadi kepikiran kecoak itu sih. Dia memang cantik, tapi galak. Pergi cari hiburan aja lah.’ Ngomong dalam hati.
Remon beranjak dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Segera membersihkan diri, setelahnya berpakaian dan langsung keluar rumah.
Dengan menaiki mobil sportnya, dia menuju club tempat biasa menghabiskan malam. Baru saja masuk, sudah disambut oleh Hana si gadis yang te*eknya gede dan bodinya semok. Gadis itu bergelayut manja di lengan Remon. Remon dan Hana masuk ke ruang VIP. Dengan melambaikan tangannya saja, seorang pelayan sudah datang dengan membawa nampan berisi dua gelas kosong dan dua botol anggur.
Dengan cekatan, Hana membuka botol anggur itu. Lalu ia tuangkan ke gelas yang kosong dan memberikan pada Remon. Segelas anggur lolos dimulut Remon.
Hana duduk dipaha Remon dengan manja. Ia memainkan tangan didada Remon. Sambil mengecup pipi.
Remon meladeni Hana, mengecup bibir Hana yang tebal. Lalu tangannya mulai meremas tet*k Hana. Sesaat terlintas Lira dipikiran, sebentar lagi ia akan dinikahkan dengan Lira.
Remon langsung mendorong pundak Hana. "Berdiri lo. Jangan duduk dikaki gue."
Hana langsung berdiri, menatap wajah Remon yang tak seperti biasanya. "Kamu kenapa, Re? Ada masalah?" Hana duduk disofa sebelah Remon.
Remon hanya diam dan menuangkan segelas anggur lalu meminumnya. Merasa bingung kenapa tiba-tiba jijik saat melihat Hana seperti ini. Mulai berdiri hendak pulang karna sudah tak nyaman berada di club.
"Re, main bentar, yuk." Rengek Hana dengan manja. Dia kembali bergelayut ditengkuk Remon. Menempelkan dadanya yang kenyal dilengan Remon.
"Nggak! Gue capek, ngantuk pengen pulang." Tolak Remon dengan ketus.
"Bentar aja, Re. Aku malam ini punya permainan baru lho."
"Nggak mau."
"Ayolah, Re. Aku bakal puasin kamu." Rayunya sambil memainkan dadanya dilengan Remon. Berharap Remon mau memegangnya lagi.
"Nggak mau. Gue mau pulang." Remon langsung berjalan keluar dari club.
Tapi Hana kembali menarik lengannya. "Re, satu ronde aja. Aku pengen kamu, Re."
Remon langsung mengibaskan tangan Hana. "Hana! Denger, ya! Gue nggak nafsu!"
Remon langsung masuk kedalam mobil, segera melajukan mobil meninggalkan area club.
**
Mobil Remon memasuki garasi rumah. Keluar dari dalam mobil, mengunci remote dan masuk kedalam rumah. Langsung menaiki tangga, membuka pintu kamarnya yang masih sangat gelap. Tak menemukan siapapun didalam kamar.
Merasa ada yang kurang, karna selama tiga malam berturut-turut, selalu menemukan Lira yang meringkuk diatas tempat tidurnya. Kali ini terasa sepi dan hambar.
Segera ngambil baju santai dan mengganti bajunya. Merebahkan tubuh diatas ranjang. Mencoba merem, terlentang, miring kiri, miring kanan. Berakhir tengkurap, lalu terlentang lagi, menutup wajah dengan bantal. Cukup lama, dan ....
“Aarrgg! Dasar, kecoak!” kembali bangun, duduk diatas ranjang. Mengacak rambut dengan sangat kesal. “Cuma tiga hari bobok kelonan sama dia, kenapa jadi candu gini sih! Babi!”
Beranjak dari atas tempat tidur, ngambil ret diatas meja lalu mengikat rambutnya. Keluar dari kamar, menuju dapur dan membuat segelas kopi. Duduk sendirian diteras depan sambil sesekali menyeruput kopi instan buatan sendiri.
‘Kok Lira nggak kekamar gue, ya? Padahal kan pintunya emang sengaja nggak gue kunci.’ Batinnya.
Berjalan menuju pintu gerbang yang selalu terbuka. Lalu mengamati rumah Lira yang sudah terlihat gelap, hanya kamar atas tepat disamping kamarnya yang masih terang.
Di balkon kamar itu ada tangga yang terlentang, menghubungkan kamarnya dan kamar sebelah.
Remon tersenyum, mendapat jawaban atas keresahannya.
Cepat, Remon berlari kedalam rumah, menaiki tangga, masuk kekamar. Langsung membuka pintu balkon. Mulai memanjat pagar balkon, lalu menaiki tangga penghubungnya. Sampailah ia dibalkon kamar Lira.
Mengintip melalui kaca pintu yang menghadap ke balkon. Memang ada gorden tipis yang melapisinya tapi dati luar, bisa terlihat jelas Lira yang sibuk dengan pulpen dan buku diatas meja.
Tersenyum sendiri menatap Lira dari luar. Di tengah keasikannya menatap Lira, terdengar teriakan dari lantai bawah.
“Linxi! Berhenti main drum malam-malam dong! Mama kan jadi nggak bisa tidur!” lalu bla ... Bla ....
Masih panjang lagi ocehan mama Fhika.
Bbraakk!
Lira melempar pulpennya kekaca balkon. Membuat Remon kaget setengah mati.
"Dasar Jurik! Katanya udah punya pacar baru, tapi masih aja bikin ulah. Bikin konsentrasi belajar gue jadi ilang. Sebel gue!" Marah Lira, berdiri, lalu membuka pintu balkon.
Matanya langsung melotot kaget saat melihat ada seorang cowok yang berdiri dibalkon membelakanginya.
"Heh! Siapa lo!" Teriak Lira lagi, menuding kearah Remon.
"Calon suami elo." Jawab Remon dengan entengnya.
"Eh, setan, ngapain lo disini!" Teriaknya sambil memegang bahu Remon.
bersambung......