Bab 6 Bolehkah Jika Kita Berteman?
Bab 6 Bolehkah Jika Kita Berteman?
"Mungkin suatu saat nanti kau akan paham...
Akan sebuah asa yang tak berbelenggu,,,"
Aku ingin menjelaskan, tapi aku bingung sendiri untuk memulai penjelasannya dari mana dulu.Mungkin lebih baik memulai dari permintaan maaf, aku rasa seperti itu.
Nanti sajalah di rumah aku membicarakan ini dengan dahlia. Dan sekarang ku biarkan sajalah dulu.
"Dahlia, kamu sudah selesai membereskan semuanya.?"
Tanyaku padanya tanpa berani melirik matanya itu, entah kenapa aku begitu tak berani melirik matanya. Apa mungkin karna aku merasa bersalah dengan ucapanku sendiri.? Sudahlah aku tak ingin memikirkan ini dulu.
"Belum pak, sedikit lagi.." Ujarnya.
"Cepat kamu selesaikan, setelah itu kita langsung pulang, aku tunggu di parkiran motor."
"Baik pak."
Setelah aku mendengarkan jawaban itu aku langsung bergegas berlalu meninggalkan dia yang sibuk dengan membereskan semua peralatan.
Mungkin sekitar 20 menitan aku menunggu dia di parkiran, sembari menunggu aku hanya memainkan ponsel yang ada di tanganku, ntah apa yang sedang aku cari. Yang aku tau, aku sedang fokus dengan ponsel yang sedang berada di tanganku. Tanpa memikirkan ada makhluk yang sudah berdiri di depanku mungkin sedari tadi.
Hingga aku di kagetkan dengan suara deheman yang sedikit keras. Mungkin dia agak kesal karna kehadirannaya tak aku hargai bahkan lebih sadisnya tak aku anggap.
"Udah dari tadi ya.?" Tanyaku dengan nada tanpa rasa bersalah, lagi dan lagi aku masih tak sanggup untuk melihat bola mata nan indah itu. Mungkin dia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna.
"Iya pak." Hanya jawaban simpel itu saja yang iya berikan kepadaku. Singkat tapi pasti. Baiklah aku paham, mungkin karna kejadian yang tadi.
Aku hidupkan motorku, setelahnya kami pergi berlalu meninggalkan tempat itu, pikiran ku kacau bagaimana caranya untuk menjelaskan kesalah pahaman yang sudah aku perbuat. Tanpa sengaja aku melihat cafe yang berbentuk rooftop, kekinian sekali decorasinya. Cafenhya terletak di tepi jalan, strategis, banyak orang yang menghampiri cafe itu. Entah anak muda yang sedang ingin memadu kasih dengan kekasihnya, yang ingin suasana yang romantis atau anak muda yang ingin berkumpul dengan teman-temannya.
Decorasinya yang semi romantis pas buat di jadikan untuk tempat hangout, atau hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lelah. Cafe ini juga menyediakan Live music. Jadi, makin bertambah hangat suasana di cafe ini.
Tanpa persetujuan dari dahlia aku langsung mengarahkan motorku ke arah parkiran. Sesampainya di tempat parkir aku matikan mesin motorku, aku mengajaknya untuk masuk ke dalam cafe tersebut. Aku rasa ini adalah waktu yang tepat untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di angkringan aku tadi. Yang semula rencananya di rumah, aku rasa lebih baik di sini.
"Pak, kita ngapain masuk ke cafe ini.? Apa bapak ada janji.? Kalau iya, lebih baik saya pulang saja pak, saya bisa pulang sendiri dengan taxi atau pun dengan ojok online pak..." Ujarku dengan masih tak mengerti dengan tingkah lakunya pak rendy sedari tadi.
"kamu ikut saya saja, jangan banyak tanya." Ujarnya.
~~~~
Dahlia Pov.
Baiklah, aku hanya akan diam lalu mengikuti kemanapun langkahan kakinya. Jika memang aku tak diizinkan untuk bertanya meski hanya pertanyaan simpel. Cukup hanya diam yang aku lakukan untuk sekarang. Tanpa babibubebo kami sudah memasuki cafe tersebut. Duduk dan melihat ke sekeliling hingga melihat ke atas langit untuk bisa menyaksikan sinaran bintang dan rembulan secara langsung. Suasana yang indah dan menyejukkan.
"Selamat malam, selamat datang di cafe kami, mau pesan apa?" ujar pelayan cafe dengan senyuman yang ramah serta tak lupa membawa buku dan pulpen.
Aku hanya melihat list menu makanan, aku bingung tak tau harus pesan apa.
"Kamu mau pesan apa.?" Tanya pak rendy.
"Saya samain saja dengan pak rendy." Titahku ,
"Baiklah, mbak saya pesan 2 spagheti dan 2 jus mangga aja" tugasnya. Kemudian pelayan cafe itu langsung mencatat di buku kecil yang selalu di bawanya itu.
"Baik pak, maaf saya ulangi lagi ya pesanannya 2 spagheti dan 2 jus mangga.." Ujar pelayan cafe itu dengan senyuman manis yang mengambang di wajahnya.
"Iya, benar mbak."
"Baiklah, kalau begitu mohon tunggu sebentar ya pak." Setelah mengatakan itu pelayan cafe langsung pergi meniggalkan kami berdua.
"O ya, kamu jangan panggil saya dengan sebutan bapak ya, sebut aja rendy, berasa tua sekali saya jika kamu panggil saya dengan sebutan bapak." Perintahnya.
"Tapi kan... Pak rendy bos saya, mana mungkin saya manggilnya hanya dengan sebutan nama saja.? Bukankah itu terlihat tidak sopan pak.?." Tanyaku..
"Tidak apa, ini saya yang minta kok.."
" Baiklah , kalau begitu pak , maaf maksud saya rendy."
"Nah, gitu dong, kan enak saya dengar.." imbuhnya
"Iya, ren.." Ujarku sedikit santai.
"Dan juga apa boleh jika kita berteman.?" Pintanya, yang tentu saja bikin aku kaget dengan perkataannya barusan.
"Ya, tentu saja boleh ren." Ujarku dengan lebih hati-hati lagi,
"Terimakasih ya," ujarnya.
"Iya sama-sama.." lirih ku dengan seulas senyumanku.
Entah sejak kapan rendy tak terlihat begitu cuek. Hari ini dia lebih banyak bicara dari pada biasanya. Biasanya dia seperti orang yang akan memakan orang saja. Tapi aku lebih suka dia yang seperti ini. Aura ketampanannya benar-benar keluar.
"Dahlia, saya sengaja mengajak kamu ke sini karna ada yang mau saya bicarakan dengan kamu." Tegas rendy.
"Ya , apa ren?" tanyaku dengan hati-hati.
"Soal yang tadi saya minta maaf ya, kamu jangan ambil hati. Saya benar-benar minta maaf karna saya tidak tau harus mengatakan apa ke dia. Mungkin dengan saya mengatakan kamu adalah tunangan saya, dia tak akan menganggu saya lagi. "
"Oh, yang tadi ren, saya juga paham dan mengerti kok ren. Jadi, ya santai aja." Ujarku dan entah sejak kapan aku berharap apa yang di katakan rendy itu benar dari hatinya dan benar-benar terjadi. Apakah aku egois jika aku mengharapkan itu.?
"Terimakasih ya." Ujarnya dengan seulas senyuman yang mengambang di wajahnya. Yang berhasil membuat jantungku berdetak tak karuan. Oh Tuhan, jangan sampai aku menyukainya. Karna ini bukanlah sebuah rasa yang benar. Ini salah...
Di saat aku dan rendy sama-sama diam, pelayan cafe datang dengan membawa pesanan yang kami pesan tadi.
"Maaf pak, ini pesanannya." Ujar pelayan cafe itu masih dengan ekspresi yang sama. Aku rasa pelayan cafe ini menyukai rendy. Ya, wajarlah perempuan mana yang tak akan menyukai laki-laki tampan yang sekarang barada di depan mataku ini. Mungkin bagi yang pertama mengenalnya akan menilai dia adalah orang cuek dan jutek. Padahal sebenarnya tidak, rendy ternyata orang yang baik, humble dan juga fiendly.
Penilaian awalku tentang dia ternyata salah, aku terlalu cepat menilainya.
"O, iya mbak, terimakasih." Ujarnya.
Setelah mengatakan itu pelayan cafenya langsung bergegas pergi meninggalkan kami berdua.
"Ayo makan," ajaknya.
"Iya ren, hmmm... Ren apa aku boleh bertanya.?." ujarku dengan hati-hati.
"Iya boleh, silahkan,," ucapnya santai.
"Perempuan yang tadi itu siapa kamu ya.?" Tanyaku lagi dengan masih hati-hati, takutnya pertanyaan aku salah atau malah aka menyinggungnya.
"Perempuan yang tadi mantan saya," jawabnya dengan jawaban yang sungguh simpel tanpa ada feedbacknya
"Oh, begitu ya, saya kira yang tadi itu gebetannya kamu ren..." Ujarku dengan sedikit senyuman, agar tidak terlalu canggung sekali perbincangan dengan dia.....
"Kamu mau dengar cerita tentang saya.? Mau dengar tidak.?" Imbuhnya. Aku tak percaya rendy yang aku kenal, tiba-tiba mau menceritakan tentangnya kepadaku. Kenapa tiba-tiba dia jadi terbuka seperti ini kepadaku.? Aneh sekali bukan.? Apa karna gara-gara ucapannya tadi.? Bahwa dia ingin berteman denganku.? Jika, memang syukurlah aku tak hanya menggapnya sebagai atasan tetapi juga sebagai teman.
"Iya ren, aku mau mendengarkan cerita tentangmu." Ujarku.
"Yang tadi itu namanya....."
"Maaf ren, sebentar aku angakat telfon dulu." Ucapku tanpa sengaja aku memotong pembicaraan dengan rendy, padahal rendy baru saja akan memulai bercerita.
"Ya, gapapa kamu angkat aja dulu, mana tauan itu penting."
Tanpa menjawab perkataan rendy aku langsung saja mengangkat telfon dari nomor yang tak dikenal itu.
"Hallo...." ucapku, berharap ada jawaban dari seberang sana...
"Ya, hallo sayang, ini aku, aku cuman mau bilang sampai bertemu nanti sayang." Tut...tut..tut.... Sambungan telfon itu langsung terputus.....
Pikiranku langsung mulai kacau tak karuan ....