Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Sebuah Cerita

Bab 7 Sebuah Cerita

"Cinta mampu mengubah karakter dan bahkan pola pikir seseorang...

Si pintar bisa menjadi si bodoh..

Si pemberani menjadi si pencundang...

Si jelek menjadi menawan...

Si pendiam menjadi si cerewet....

Dan begitulah seterusnya..."

Aku berusaha sekuat mungkin untuk terlihat bauk-baik saja. Agar rendy dan tak curiga kepadaku. Baik rendy ataupun ibu anis tak ada yang tau dengan kondisiku, bahkan aku tak menceritakan kepada mereka.

Bukannya tak mau mnceritakan atau bahkan mneyembunyikan, tapi aku rasa mereka memanglah tak seharusnya tau tentangku dan tentang sebuah ceritaku.bahkan tentang kehamilanku mereka juga tak tau.

Setelah telfon itu terputus, aku langsung menarik nafas sedalam mungkin lalu membuangnya secara perlahan agar rasa takut yang aku rasakan bisa hilang dengan sempurna. Setelahnay aku kembalin ke tempat duduk ku tadi dan melanjutkan lagi obralan yang tertunda.

"Maaf ren, tadi pembicaraan kita sampai mana ya.?" Tanyaku

"Sampai sebuah nama," ujarnya dengan sedikit terkekeh. Aku hanya bisa ikut tertawa juga dengan mnedengar jawabannya.

"Kita pulang saja ya, ceritanya bisa kita lanjutkan besok, lagian ini juga udah larut malamkan.? Mari pulang." Ajaknya dengan sopan.

"baiklah" jawabku lagi-lagi dengan jawaban yang singkat.

Ternyata emang benar ini benar-benar sudah larut malam, aku liat jam di ponsel ku sekarang sudah menunjukkan pukul 01.00 wib, aku spontanitas kaget liat jam di ponsel ku ini bukan larut malam lagi, tapi benar-benar sudah sangat larut malam sekali.

Akhirnya kami memilih untuk pulang karna ini adalah wakutnya untuk istirahat. Selama perjalanan pulang kami hanya diam. Lagi, lagi dan lagi kami sama-sama diam membisu, padahal kami sudah memutuskan untuk berteman, ternyata diam selalu saja hadir di antara kami.

~~~~~

Rendy Pov.

Tak terasa kini dia sudah genap sebulan menjadi karyawanku, waktu ternyata cepat sekali berlalu. Tak hanya sebagai karyawanku saja, dia juga seperti keluarga dalam hidupku. Entahlah, aku hanya ingin menganggapnya bagian dari keluargaku sealigus teman tempatku berbagi sebuah cerita, tapi tiap kali melihatnya aku detak jantungku selalu saja berdetak dengan kencangnya. Apakah ini cinta.? Aku rasa tidak dan jangan pernah dan bahkan hingga sampai aku mencintainya.

Kebetulan sekarang adalah hari minggu aku libur ke kantor dan juga angkringan kami juga libur karna setiap tanggal 18 dan tanggal 25 tiap bulannya dahlia libur kerja. Mng tungkin ini adalah hari yang teoat untuk mengajak jalan-jalannya untuk menyelesaikan cerita yang tertunda malam kemaren.

"Dahlia..Dahlia... Kamu ada dimana.?" Teriakku di dalam rumah. Karna aku mencari sosok perempuan itu. Kenapa dia tidak ada di rumah.? Seadri tadi aku berteriak memanggilnya tak ada jawaban yang aku dapat. Hingga aku mencarinya ke kamarnya pun juga kosong, ke daur juga tak ada.

Lalu kemana dia pergi.? Aku baru ingat aku belum mencarinya ke wartegnya ibu. Aku segera saja pergi ke warteg ibu, ternyata benar yang aku cari sedari tadi berada di sini.

"Dahlia," panggilku dari deaoan pitu wartegnya ibu. Tentu saja denga spontansitas perempuan itu langsung saja menoleh ke arah suara yang memanggil nama itu.

"Iya ren, ada apa.?" Ujarnya dengan wajah polos khasnya itu.

"Kamu ke sini sebentar.! Saya mau bicara denganmu." Perintahku kepadanya. Setelah mengatakan itu aku bergegas meninggalkannya, lalu melangkahkan kaki ku di teras rumah.

"Iya, bu aku tinggal sebentar ya," ucapnya sekaligus izin kepada ibuku.

"Iya gapapa, kamu ke rendy aja sana, mana tau dia mau membicarakan yang penting denganmu." Tutur bu anis.

"Iya bu,"

Aku melihat perempuan itu sedang berjalan ke arah ku, entah kenapa aku di buat fokus kepadanya. "Indah" lirihku dalam hati. Tanpa aku sadar senyuman di bibirku mulai mengamb ang secara perlahan dan tertuju kepadanya.

"Ada apa ya ren.?" Tanyanya yang berhasil membuat aku tersadar dari lamunanku sendiri.

"Aku hanya ingin bilang, mau mengajakmu jalan-jalan siang ini." Ujarku, semoga saja ajakan ku tak di tolak olehnya.

"Jalan kemana.?" Tanyanya dengan wajah yang lugu.

"Ke pantai, bagaimana.? Apa kamu mau.?" Timpalku dengan harap-harap cemas.

"Tumben, kamu ngajakin aku jalan.?" Tanyanya dengan penuh selidik.

"Aku hanya ingin mencari udara segar , mengistirahatkan pikiranku serta melanjutkan sebuah ceritaku yang tak selesai aku ceritakan waktu malam kemaren." Jelasku.

"Hem, kalau begitu baiklah, tapi kita berangkatnya kapan .?" Timpalnya dengan santai. Hatiku senang tak alang karna ajakanku di iyakan.

"Habis sholat dzuhur kita berangkat." Ucapku.

"Ok, kalau begitu aku kasih tau ibu dulu dan setelahanya aku langsung mandi." Ujarku.

"Tidak usah, biar aku saja yang bilang ke ibu, kamu mandi gih sana, kan waktu dzuhur sudah mau masuk." Ujarku.

"Maaf ren, waktu dzuhurnya masih lama dan sekarang aja masih jam 10.00 wib," ucapanya.

"Benarkah.?" Aku langsung saja melirik ke jam tangan yang melinggar dengan pasnya di pergelangan tanganku. Malunya tak tertahan.

"Kalau begitu aku kembali membantu ibu ya.."

"Ya, silahkan.." Ucapku dengan lirihnya. Sungguh ini sangat memalukan sekali.

Setelah mendengar jawabanku dahlia segera bergegas pergi meninggalkan aku, dia segera kembali ke warteg ibu. Salah tingkah ini membuatku jadi malu sendiri. Kenapa orang yang jatuh cinta bisa melakukan kesalahan yang memalukan seperti ini.? Sungguh aku rasa ini bukanlah diriku, aku merasa ada yang berbeda dengan diriku, setelah aku mengenalnya. Ah, sudahlah yang aku tau aku sudah tak sabar lagi untuk pergi dengannya nanti siang. Aku tak peduli entah sejak kapan sebuah asa ini bisa tumbuh di hatiku...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel