Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Hati Yang Mulai Terbuka

Aku mencarinya dari kantin sampai ke UKS tapi belum juga ku temukan tanda tanda keberadaanya, keberadaan Ema..

Entah kemana perginya. Aku berjalan kembali ke kelas, dengan perasaan khawatir.

Namun ketika aku sudah di depan pintu kelas, Ema sudah berada disana, duduk sambil memakan jajanan kesukaanya.

Aku tersenyum ke arahnya dan menghampirinya.

"Gue kira lu kemana, sorry ya" kataku sembari duduk di sebelahnya.

Dia masih diam..

"Kalo lu gak maafin gue sekarang gakpapa, gue ngerti. Cuman asal lu tau, gue lebih memilih pertemanan kita dari pada jadian sama Brian"

Entah kenapa Ema malah tertawa terbahak-bahak setelah aku berbicara seperti itu.

"Re, gue emang tadi marah sama lu. Iya gue emang cemburu karna Brian milih lu. Tapi tadi gue juga sempet denger apa yang lu omongin sama Brian setelah Brian bilang lu pacarnya, dan gue berfikir bahwa lu gak ada niat buat jalan sama dia dan mentingin perasaan gue meskipun gue udah bertingkah bodoh dengan nampar lu. Maafin gue ya re.."

"Ema..." kataku sembari menahan haru

"Rena..." begitu juga Ema.

Kami berpelukan dan saling memaafkan.

"Woy, di kira lagi pada maen drama apa ya!?" Randy muncul dan duduk dimeja kami.

"Biarin !" Seru kami bersama-sama.

"Re, tar sore temenin gue yuk" pinta Randy..

"Kemana?"

"Lu tinggal ikut aja, gak lama kok"

"Gak mau, lu pasti mau ketemu si Luna Luna itu kan?!"

"Bukan Re.. lagian emang kenapa kalo ketemu Luna?"

"Ya.. ya gapapa, males aja gue jadi kambing congek"

"Luna itu siapa, Pacar lu Ran?" Tanya Ema Penasaran

"Bukan !" Aku dan Randy menjawab berbarengan.

Ema memandangi kami berdua dengan senyum yang aneh.

"Cieee... cieeee.." Ema menggoda kami berdua.

"Apaan sih, lu jangan mikir yang gak-gak deh" grutuku.

Dia hanya tertawa terbahak bahak dan Randy pergi kembali duduk di tempatnya.

Hari ini seperti panen PR saja, dari mapel pertama sampe akhir semuanya diberi PR.

Sebenarnya aku sedikit pemalas dalam hal urusan belajar, tapi mungkin otak-ku lumayan bisa diandalkan dan membuat aku slalu berada di peringakat pertama gak seperti Randy yang slalu menjadi yang terakhir di kelas kami.

Akhirnya aktifitas sekolah hari ini berakhir, sesuai pembicaraan tadi aku pergi denga Randy. Berharap aku tak bertemu dengan Brian.

Saat hendak menuju parkiran, aku melihat Brian sedang duduk dimotornya yang berbicara dengan salah satu temanya, entah tentang apa aku tak terlalu mengetahuinya, dia melirik ke arahku sekejap dan melanjutkan obrolanya.

"Ohh.. cuman segitu aja" dikepalaku terbesit bahwa dia tak pernah bersungguh-sungguh mendekatiku atau lebih tepatnya hanya bermain-main.

"Apanya yang segitu?"

"Engga Ran, ngomong-ngomong kita mau kemana sih?"

"Toko buku"

"Ohh.. mau beli apaan?"

"Ya buku lah, masa semen?!"

"Biasa aja kali jawabnya!"

"Abis lu bawel, cepetan naik"

Aku berhenti berbicara dengan kesal aku duduk dibelakangnya dan membuka Hp-ku untuk melihat salah satu Media Sosial, Instagram dan tak lama sekitar 20 menit kamipun sampai.

Aku ikut masuk melihat-lihat buku yang tertata rapih du rak toko buku ini, tepatnya aku melihat-lihat buku novel ber-genre horor. Aku suka hal-hal yang berbau horor entah itu film ataupun novel. Hanya sekedar suka bukan maniak.

"Yuk re"

"Oh, udah?. Lu beli buku apaan?"

"Titipan temen gue"

"Ohh..."

Setelah selesai kami langsung segera pulang, aku menunggu Randy di depan toko buku sedangkan randy mengambil motornya di parkiran dahulu, tiba-tiba saja sekumpulan anak-anak SMA teribat tauran di depanku, aku takut bukan maen dan terpojok, mereka semua melempar batu satu sama lain. Semua orang berlari melindungi diri masing-masing.

Tiba-tiba Seseorang menariku dari kerumunan itu, membawaku cukup jauh dari sana.

"Bisa gak sih kamu gak buat aku panik?" Bentaknya

Aku menatap matanya, mata seseorang yang ku kenal. Hal itu membuatku mengingat kejadian yang membuatku kesal.

"Gue gak nyuruh lu nylametin gue" jawabku singkat lalu beranjak pergi.

Dia menarik tanganku lalu memelukku. Aku benar-benar terkejut.

"Maafin aku Re, aku tau aku salah tadi siang.. maaf" dia melihat wajahku, mengusap rambutku lalu memelukku lagi.

Entah kenapa aku merasa nyaman dan aman bersamanya, bersama Brian.

Aku hanya terdiam tanpa menjawab.

Dia melepaskan pelukanya dan mengajakku pulang, namun aku teringat Randy. Aku meneleponya.. dan tak ada jawaban, ku coba kirim chat via whatsapp juga tak dibaca.

Aku sedikit khawatir, khawatir dia terjebak di kerumunan tadi.

"Udah, kamu pulang sama aku aja. Randy bisa jaga diri sendiri"

"Darimana kaka bisa tau dia baik-baik aja, tunggu sebentar, aku coba ngubungin dia lagi"

"Akhirnya, hallo. Lu dimana Ran?" Tanyaku dengan nada khawatir

"Gw lagi kerumah temen gue"

"Hah? Kok lu ninggalin gue!, lu tau gak tadi ada tauran di depan jalan deket toko buku"

"Iya tau, gue juga liat kok Brian sama Lu" jawabnya santai

"Oh, gue kira.."

"Apa?, yaudah lu balik sendiri apa mau gue antar?"

"Gue....." aku menatap Brian yang berjarak beberapa meter dariku

"Gue, pulang sendiri deh"

"Oke.. Re.."

"Yaudah bye"

"Eh, bentar dulu. Lu inget kan permintaan gue"

"Iya, gue inget kok Ran"

"Oke.. bye"

Aku menghampiri Brian yang sedang menungguku selesai berbicara dengan Randy.

"Udah?"

"Iya, udah kak. Dia duluan tadi ke rumah temenya"

"Ohhh.. yaudah yuk, aku antar kamu pulang"

"Gak usah kak, aku pulang sendiri aja?"

"Masih marah ya?"

"Engga"

"Ah iya masih marah, lagian angkot juga belum tentu lewat sini. Tauran tadi bikin macet panjang bisa bisa pulang kemaleman nanti kelamaan nunggu angkot"

Benar juga kata Brian. Sudah lah... ku buang gengsiku kali ini daripada aku tak bisa pulang, jika meminta dijemput dengan Randy juga pasti dia ngomel-ngomel karna tadi aku nolak tawaran dia untuk pulang bareng.

"Yaudah iya.." Kataku dengan nada pasrah.

Aku pulang diantar Brian, kali ini kami sedikit berbincang-bincang selama diperjalanan karna aku sudah tak marah lagi denganya. Tema pembicaraan kami random, ngomongin anak-anak disekolah, sampe gosipin satpam sekolahan kami.. si pak Dayat yang suka disogok pisang goreng sama anak-anak yang telat supaya mau bukain gerbang.

Setelah menghabiskan waktu 40 menit perjalanan kamipun sampai.

Brian mematikan motornya dan mengantarku sampai ke depan pintu pagar rumahku.

"Makasih ya kak udah nyelametin aku tadi, padahal aku udah bentak bentak kamu tadi siang"

"Iya sama sama. Re.. boleh aku tanya?"

"Tanya apa?"

"Tadi siang.. kamu sempet bilang kamu suka sama aku?"

Aduh, mampus gue. Pake acara tadi keceplosan lagi ngomong suka sama dia.

"Oh, em.. itu... salah denger kali kak hehehehe"

"Kuping aku gak bermasalah Re.." dia tersenyum

"Okey, iya. Tapi kaka jangan mikir aneh-aneh ya. Yaudah aku mau masuk" aku meraih pintu pagar hendak membukanya.

Brian menahanku, meraih tanganku dan tiba-tiba...

"Re.. kamu mau gak jadi pacarku?"

Aku termenung, seperti tak percaya dengan apa yang aku dengar.

Aku benar-benar terkejut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel