Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Saling Menyimpan Pertanyaan Part-5

Pagi ini aku terbangun lebih pagi dari pada biasanya, duduk di depan cermin dan berfikir bagaimana.., bagaimana jika dia benar-benar datang menjemputku untuk berangkat ke sekolah bersama?...

Hampir semalaman aku berfikir apa yang salah denganya, kenapa dia begitu tak bisa ditebak seperti yang Randy ceritakan kemarin sore.

"Ah, sudahlah. Ngapain juga gue pikirin. Mending gue mandi"

Aku berjalan keluar kamar menuju kamar mandi tentunya, ku lihat mama sedang menyiapkan sarapan untuk kami, ku peluk dia dari belakang.

"Morning ma.." sapaku sembari memeluknya

"Wah, tumben anak mama sudah bangun jam segini. Semalem tidur jam berapa? Kamu gak begadang lagi kan nonton-nonton film korea?"

"Engga ma, aku kan udah janji sama mama bakal usahain tidur lebih cepat supaya bisa bagun pagi dan gak telat berangkat ke sekolah"

"Nah, itu baru anak mama dan sana mandi" Mama berbalik ke arahku yang masih memeluknya dan mencubit hidungku.

Tidak ada kegaduhan pagi ini, papa sibuk dengan sarapanya, kaka juga sibuk berbalas chat dengan pacarnya mungkin sambil memakan roti isi telor ceplok dan mayones buatan mama.

Hanya aku yang terlihat gelisah dan belum memakan sesendok-pun nasi gorengku.

"Dimakan dong nak, jangan buat mainan" mama mendapati aku hanya membolak balik nasi goreng dengan sendok yang ku pegang.

"Iya ma" jawabku sembari senyum lalu mulai menyuap nasi ke mulutku.

"Emm.. kak, kaka kenal Brian?"

"Kenal.." jawab kaka sembari masih sibuk membalas chat di hand phone miliknya.

"Oh.. masih temenan sampe sekarang?" Tanyaku lebih detail

Kaka berhenti membalas chat dan langsung menatapku.

"Masih, kenapa ?. Dia gangguin kamu di sekolah?"

"Hah?, engga kak engga. Rena cuman tanya aja"

"Ngomong-ngomong Brian itu siapa, kok papa baru denger namanya" sela papa.

"Itu loh pa salah satu temen Reno waktu masih maen band dulu" kaka menjelaskan sambil menghabiskan sarapanya

"Ohh.. kok rena bisa tau temen kaka ?" Tanya papa kepadaku

"Iyalah pa, mreka kan satu sekolah" kaka menjawab sebelum aku menjawab.

"Udah ah, rena mau jalan duluan" aku mengakhiri perbincangan dan menghabiskan sarapan pagiku lalu segera berangkat.

Ketika hendak membuka gerbang rumah tiba-tiba aku teringat bahwa Brian akan menjemputku. Rasanya aku enggan sekali keluar.

Dengan sedikit lemas akhirnya ku buka gerbang rumahku dan keluar. Aku bahkan sudah melihat Brian bersandar pada motornya sambil tersenyum kearahku. Entah kenapa setelah mendengar cerita Randy kemarin aku menjadi ingin tau banyak hal tentang-nya.

"Udah dari tadi?" Tanyaku.

"Engga, baru beberapa menit aja. Yuk jalan" ajaknya.

Aku masih memikirkan pembicaraanku dengan Randy tentangnya kemarin, aku menatap ke bawah dan memainkan batu kecil dengan sepatuku sambil menunggu Brian menghidupkan motornya.

"Helm?" kata Brian sambil mengulurkan helm.

Namun saat aku ingin mengambil helm itu dari tanganya, dia malah menarik tanganku dan membuat jarakku dekat denganya.

Dia memakaikan helm padaku dan diakhiri dengan sedikit mengacak-ngacak poni rambut-ku lalu tersenyum.

"Yuk, naik" pintanya.

Aku naik dan berpegangan denganya, aku masih bingung denganya. Apa iya dia seperti itu?, apa iya sedingin itu dan seacuh itu? Apa mungkin karna dia bosan?. Rasanya melihat dia sehangat ini tidak mungkin sekali.

Selama perjalan kami hanya diam satu sama lain, tak ada pembicaraan apapun.

Beberapa menit berlalu akhirnya kami sampai dan seperti sebelumnya aku memintanya berhenti didepan gerbang saja, namun sialnya kali ini dia tak menghiraukanku dan akupun turun di parkiran bersamanya.

"Kan udah kubilang turun disana aja kak" keluhku.

Dia hanya tersenyum..

"Kamu gak liat kak, mreka semua ngeliat kita kaya gitu" aku menatap sekelilingku, rasanya semua gadis yang berada tidak jauh dari kami menatapku dengan tatapan sinis.

Dia hanya tersenyum..

"Yaudah, aku duluan!" Kataku kesal sambil mengembalikan helmnya.

Lagi lagi dia menarik tanganku.

"Aku antar"

"Gak, gak usah kak, gak usah" jawabku gugup sambil melepaskan tanganya namun sia sia karna dia memegangi tanganku dengan erat.

Dia mematikan mesin motornya dengan masih memegangiku lalu menarik-ku jalan. Aku terlihat seperti ditarik paksa dan jalanku yang terbata-bata.

Dia melonggarkan tanganya dan beralih menggenggam jemariku.

Jatungku seperti suara genderang saat perang, begitu bergemuruh sampai aku seperti dapat mendengarnya.

Aku berjalan disampingnya tanpa melihat sekelilingku, tak berani, malu, dan berbagai macam rasa lainya.

Ketika hampir tiba di ruang kelasku, aku memaksanya berhenti, ku perhatikan sekeliling kami dimana semua mata seperti mencoba mencari tau tentang kami lalu aku menatapnya.

"Sampe sini aja" pintaku

Dia hanya menatapku sejenak lalu tetap berjalan.

Aku mencoba menghentikanya lagi, kali ini sedikit memohon.

"Kak, please" wajahku sedikit memelas.

"Yaudah iya.." Katanya sembari melepas jemari tanganya dari jemari tanganku

Dia hanya tersenyum dan berbalik meninggalkanku, aku memandanginya pergi, dia melambaikan tanganya tanpa menengok ke arahku. Setelah dia menghilang aku berbalik dan betapa terkejutnya aku mendapati sosok gadis dibelakangku.

"Ema...?" aku terkejut.

Dia menamparku lalu melewatiku tanpa berbicara apapun.

Sebenernya aku ingin mengejarnya, tapi kufikir dia pasti sedang dalam keadaan marah. Nanti saja saat pulang sekolah aku jelaskan fikirku.

Aku memasuki kelas dan duduk lalu mengeluarkan buku pelajaran-ku dan sedikit membaca materi seperti biasa sembari mendengarkan musik dengan headsetku.

"Woiii !!" Randy mencoba mengejutkankanku dengan mengebrak meja.

"Apaan sih, freak banget heran pagi pagi" kataku dengan nada yang ketus. Randy hanya tertawa lalu duduk di bangkunya.

Bel masuk-pun berbunyi, Ema yang entah darimana datang dan duduk seperti biasa disampingku.

Aku mencoba untuk berbica denganya, berbicara hal lain. Namun dia hanya diam bahkan tak mau melihatku sedikitpun.

Aku benar benar yakin bahwa tadi dia melihatku dengan Brian, melihat Brian mengantarku ke kelas.

Aku tau dia benar-benar menyukai Brian makanya dia seperti ini.

Randy menatap kami berdua, seakan menemukan sesuatu yang aneh dari kami, tapi tak ku hiraukan.

Kami tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik sampi akhirnya bel istirahat terdengar.

Aku tak tahan lagi dengan diam-nya Ema. Aku tak bisa menahanya lagi jika harus membicarakan hal ini sepulang sekolah.Ku lirik Ema yang bangun dari kursinya ingin pergi entah kemana, langsung saja aku memintanya untuk membicarakan hal ini. Namun diluar dugaan Ema justru tetap berjalan keluar kelas seolah ingin menjauh dariku.

"Ema.. ma, Ema" aku memanggilnya seraya berjalan dibelakangnya.

"Ema, tunggu" akhirnya aku dapat menyusulnya dan berdiri menghalangin jalanya.

"gue lagi gak pengen denger apa-apa dari lu" suara Ema sambil mendorongku.

"Gue tau lu cemburu" aku berteriak padanya yang berjalan tidak jauh dariku.

Dia menghentikan langkahnya lalu berbalik melihatku dengan tatapan marah.

"Tapi dengerin gue dulu, gue bakal ceritain semuanya sama lu. Dan lu mesti tau.. kalo gue dan Brian gak ada apa-apa, gak kaya yang lu pikirin" jelasku..

Tiba-tiba ku rasakan seseorang memegang pundakku, betapa terkejutnya aku ketika melihat orang tersebut adalah Brian, mungkin dia sudah ada di depan kelasku sedari tadi, namun karna aku terfokus mengejar Ema jadi aku tak melihatnya.

Aku berusaha melepaskan tanganya dari pundakku, Ema memandangku dengan kebencian.

Brian menarik-ku mendekati Ema lalu dia mulai berbicara.

"Saya pacarnya, ada yang salah?" kata Brian.

Aku terkejut bukan main mendengarnya, Ema semakin terlihat marah padaku. Saat ia hendak pergi, Brian melanjutkan bicaranya.

"Siapapun yang menyulitkan dia, itu berarti menyulitkan saya"

Setelah mendengar itu, Ema berlari menjauh sembari menangis entah kemana.

Dengan perasaan marah aku menatap Brian, dan seketika itu aku menamparnya.

"Jangan pernah ngomong lagi kalo lu pacar gue ! Apalagi di depan Ema. Lu gak ngerti gimana dia suka dan cinta sama lu. Satu lagi, mungkin semua cewe di sekolah ini suka sama lu termasuk gue, tapi gue gak sama kaya mereka. Jangan mentang mentang lu tau gue suka sama lu trus lu seenaknya perlakuin gue. Jangan pernah temuin gue lagi!" Bentakku.

Aku berlari mengejar Ema yang sudah hilang dari pandanganku..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel