Bab 5 Saling Menyimpan Pertanyaan Part-2
Bunyi alarm dari jam di meja belajarku memaksaku untuk bangun dipagi ini, kemudian disusul oleh triakan mama yang mencoba memastikan bahwa anak gadisnya ini benar-benar bangun.
Aku duduk sebentar di tempat tidur lalu mulai mengingat ingat sesuatu.
"Pagi ini Brian mau antar aku ke sekolah. Hemm.."Suaraku pelan belum menyadari bagaimana nantinya jika hal itu benar-benar terjadi. Setelah beberapa detik kemudian aku baru menyadari itu hal yang akan membuat se-isi sekolah gempar.
"Apa ?!!! Apa???!!! Nganter ??!!! Gimana nanti kalo papa dan mama liat aku bareng dia, trus gimana nanti pas di sekolah. Aaaaaaa aku pengen bolos aja" rengekku yang kembali tiduran sembari mengacak ngacak selimutku.
"Bolos gimana, siapa yang mau bolos" tiba tiba mama masuk ke kamar dan tak sengaja sedikit mendengar cuitanku tadi.
"Upss!!, nggak ma. Aku mandi dulu" jawabku sambil tertawa canggung mencoba menyembunyikan perkataanku tadi.
Aku langsung menuju kamar mandi, Kutinggalkan mama yang sedang membuka jendela kamarku.
Suasana pagi dirumahku cukup tenang, tidak banyak keributan, hanya beberapa kali kakaku usil. Kami hanya dua bersaudara, jarak umurku dan kakaku hanya satu tahun saja, jadi wajar teman main kami sama. Kakaku sekolah di SMA 1 jurusan IPS beda denganku yang memilih sekolah di SMK, anaknya badung dan gak pintar, hobinya hanya maen. Dia juga jago dalam memainkan alat musik terutama gitar, suaranya juga lumayan untuk soal menyanyikan lagu. Wajar saja banyak gadis-gadis di sekolahnya yang nge-fans denganya. Pernah suatu ketika, kami pergi kesalah satu toko swalayan dekat alun-alun kota. Tiba tiba saja seorang gadis muncul entah darimana datangnya memakiku sambil mengatakan hal yang tidak tidak. Kakaku hanya tertawa seakan gadis itu sedang melakukan hal yang lucu. Akhirnya kakaku menjelaskan jika dia itu pacarnya dan mreka baru saja jadian sehari yang lalu makanya dia belum kenal bahwa aku ini adiknya, jadi dia fikir aku ini selingkuhan kakaku.
Ya begitulah nasib seorang adik yang punya kaka hampir sepantaran dan punya banyak fans.
Apakah kalian ada yang senasib denganku?, semoga saja tidak ada.
Kuhabiskan sarapanku lalu berpamitan berangkat ke sekolah lebih dulu dari kakaku.
Apa kalian berfikir kenapa aku tidak diantar kakaku ke sekolah ? Hahahahahaha aku dan dia tidak sedekat itu, tidak seperti di film-film yang adeganya penuh dengan hubungan harmonis kaka beradik.
Betapa kagetnya aku setelah keluar. Ku lihat Brian sedang duduk dimotornya sambil memasang headset di kedua telinganya dan memainkan Hp-nya, pastinya dia sedang mendengarkan musik.
Rasanya aku gugup, ingin lari tapi hati enggan. Jadi kuputuskan untuk menyapanya saja. Aku berjalan dengan rasa canggung yang datang entah darimana, hal itu membuat jalanku sedikit kaku. Semakin dekat jarak antara kami berdua dan ku coba untuk menyapanya meskipun suaraku seperti tak mau keluar dari mulutku.
"Kak..." suaraku sedikit tertahan.
Namun dia tak bergeming, masih terfokus pada Hp-nya bahkan seperti tidak sadar aku sudah berdiri persis disampingnya.
"Kak !!!" Ku keraskan suaraku sembari menepuk pundaknya.
"Oh, sorry" sambil melepas headset yang iya gunakan dari telinganya.
"Iya, gakpapa"jawabku masih sedikit gugup
Dia berdiri mendekatiku perlahan, aku tanpa sadar juga mundur perlahan.
Dia semakin mendekat, merapihkan poniku dan tersenyum lalu dia memakaikanku helm. Biar aman katanya.
"Yuk, naik"
"Iya" jawabku singkat
Aku bingung setelah duduk dibelakangnya, apa aku harus perpegangan denganya lagi atau tidak.
Tiba-tiba saja dia menarik tangaku lagi dan lagi - lagi aku hanya menuruti saja tanpa mengatakan apapun.
Sepanjang jalan kami hanya diam, rasanya aku ingin bertanya kenapa ?, kenapa dia melakukan ini padaku?, kenapa tiba-tiba? Tapi ku-urungkan niatku karna waktunya tidak tepat.
Setelah menghabiskan waktu yang tidak sebentar akhirnya kami sampai di sekolah.
"Stop kak stop"
"Kenapa?" Brian melambatkan laju motornya
"Aku turun disini aja kak"
"Kenapa gak di parkiran aja bareng aku, nanti ku-antar ke kelas"
Ya tuhan... demi apa dia bilang begitu, sungguh aku sangat mau. Tapi rasa mauku itu kalah dengan rasa maluku, bagaimana nanti se-isi sekolah melihat kami, ditambah aku harus berurusan dengan tatapan tatapan sinis para penyuka Brian, ah.. membayangkanya saja aku sudah menyerah, aku tak siap jadi pusat perhatian.
"Kok malah diem"
"Ha? Oh ngga kak"
"Engga apa?"
"Maksutku, aku turun disini aja. Makasih ya" sambil turun dari motor Brian.
Dia hanya diam saja melihatku begitu memaksa untuk turun didepan gerbang.
"Sekali lagi makasih kak, aku duluan"
Dia hanya tersenyum. Aku berjalan sedikit cepat ke kelas dengan perasaanku yang masih campur aduk, dan segera duduk di dalam kelas
"Ahh, lega" sembari menghela nafas panjang.
"Apanya yang lega" sela ema.
"Engga, eh gak ada PR kan ya?" Tanyaku mengalihkan perhatian.
"Nggak... apaan tadi yang lega?" Seolah ema sangat tau aku hanya basa basi.
"Heheehehe, gak ada. Beneran"
"Eh ngomong-ngomong kemaren gue denger dari anak sebelah. Katanya dia liat lu gitu sama kak Brian di cafe. Emang iya ya?
(Mati gw, secepet itu beritanya ? Gimana gue jelasin sama ema)
"Oh, iya.. cuman gak sengaja ketemu di cafe kok" jawabku sedikit gugup.
"Ohh.. iya, gw percaya sama lu. Lu tau kan gue naksir sama Kak Brian dari dulu. Setau gue dia gak pernah makan bedua sama cewe yang satu sekolah sama kita, berdua lagi, makanya gue kaget waktu ada berita lu makan di cafe berdua sama dia. Secara gitukan, syukur deh kalo cuman gosip"
"Oh.. hehehehe iya" aku menyeringai canggung.
"Dan lagi lu kan udah punya Randy Re..."
"Hah? Jangan ngaco deh lu. Randy itu sohib gue, iye kali gue pacarin. Udah ah jangan ngomong yang aneh-aneh"
"Eh, tapi kalo di liat-liat Randy kayanya suka deh sama lu" Lanjut Ema
"Ihhh apaan sih, udah ah"Aku merasa kesal karna Ema terus menerus berbicara yang tidak tidak.
"Tuh yang diomongin dateng, panjang umur dia" kata Ema sembari matanya menatap Randy yang datang.
Randy datang dengan sedikit berlari dan nafas tersenggal-senggal.
"Kenapa lu?" Tanyaku pada randy
"Lu gak liat gue abis lari biar gak telat" jelasnya
Aku dan ema saling menatap dan tertawa bersama
"Yeee, malah pada ketawa" grutu Randy
Bel tanda masukpun berbunyi, kami mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa dengan baik.