Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Saling menyimpan pertanyaan Part-3

Bel pertanda berakhirnya kegiatan belajar mengajarpun berbunyi, kurapihkan buku pelajaran sembari memperhatikan pak Suripto guru Mata pelajaran Kejuruan memberikan wejangan terakhir, kurang lebih sih intinya kami disuruh langsung pulang kerumah jangan mampir kemana-mana. Oh ya, di SMK ini ada 4 jenis Kejuruan. Pertama Akuntansi, kedua Administrasi Perkantoran, ketiga Marketing dan yang terakhir TKJ.

Aku masuk di kelas Administrasi Perkantoran, makanya aku dapat mata pelajaran seperti mengetik ataupun hal-hal yang mengacu pada kegiatan Administrasi.

"Udah?" Tanya Randy

"Udah, yuk pulang" ajakku kepadanya.

Kami berjalan bersama ke luar kelas, namun betapa kagetnya ketika Brian sudah ada di depan kelasku, bersandar pada pembatas lantai 2 sambil tersenyum ke arahku.

"Kak, kak Brian?" ucapku yang bingung dan terkejut

Entah kenapa aku langsung menatap wajah Randy, jelas sekali jika Randy tak menyukai pemandangan ini. Randy dan Brian saling bertatapan, tanpa senyum dan dingin.

"Ayuk, aku antar kamu pulang" ajak Brian sambil berjalan dan berdiri tepat di sebelah kiriku, itu membuat Randy sedikit bergeser ke belakang karna posisinya berdiri telah ditempati oleh Brian, tanganya meraih tangan kiriku dan tersenyum lalu menariku agar ikut berjalan.

Randy langsung saja menarik tangan kananku. Dan kini mereka berdua saling bertatapan sembari masih memegang tanganku. Hal ini membuatku semakin bingung harus bagaimana.

"Re, lu pulang sama gue" pinta Randy kepadaku dengan mata yang tetap menatap Brian.

"Yuk" Brian mengulangi ajakanya

"Gak Re, lu harus balik sama gue" terang Randy

tanpa mereka sadar, mereka berdua bergantian menarik tanganku dan itu membuatku menjadi kesal..

"Bisa gak kalian gak tarik-tarik tangan gue, sakit tau. Gue yang nentuin gue mau balik sama siapa"

Mereka secara bersamaan melepaskan tangan mreka dari tanganku.

"Gue pulang sendiri" ucapku ketus

"Re !!??" Saut mreka bersamaan

"Apa lagi?, gini ya. Ran.. lu memang temen kaka gue sekaligus sahabat gue tapi lu gak berhak atur-atur gue mesti pulang sama lu ataupun orang lain, dan Kaka.. aku tu bingung sama kaka, kenapa sih kaka tiba tiba antar aku, jemput aku, ramah sama aku, padahal kita sama sekali gak deket sebelumnya atau bahkan kaka gak kenal siapa aku. Kalian bedua itu nyebelin tau gak"

Aku berjalan cepat meninggalkan mereka berdua yang masih tak bergeming mendengarkan ucapanku tadi.

Hari ini sudah kuluapkan beberapa hal yang mengganjal di kepalaku. Siang ini bagiku mereka terlihat seperti berebut mainan saja.

Aku segera mendapatkan Bus, pulang dalam perasaan yang masih tak percaya mereka berdua bisa memperlakukanku seperti itu.

Tanda pesan whatsapp berbunyi, itu pensan dari Randy, hanya tertulis satu kata "maaf..". Aku hanya membacanya tanpa ingin membalasnya.

Ku pasang headset ditelingaku, ku putar lagu lama Melly Goeslaw yang berjudul Bimbang.

Aku suka lagu-lagunya, semua makna yang disampaikan selalu dapat kupahami.

Mendengarkan lagunya sambil menatap keluar jendela, kebetulan aku mendapat tempat duduk di samping jendela.

Cukup membuatku sedikit tenang dan meredam rasa marahku.

Beberapa lagu Melly Goeslow yang lain mengiringiku sampai ke tempat pemberitianku. Aku melepaskan headset dan turun dari Bus, untuk jalan menuju rumah dari halte sekitar 15 menit saja.

Aku berjalan sambil memakan permen karet dan mencoba beberapa kali membuat balon kecil dari permen yang ku makan.

Tiba tiba aku dikagetkan oleh suara klakson motor.

Ku tengok kearah sumber suara.

"Apa lagi?" Suaraku kesal

"Hp-mu mana?" Suara Brian pelan

Aku hanya menatapnya heran tanpa menjawabnya.

"Hp kamu mana?"

"Ini, ada. Kenapa?" Sambil ku keluarkan dari saku.

Brian langsung saja mengambilnya dari tanganku, dilanjut dengan dia mengetik nomor lalu menyimpanya di Hp-ku.

"Ini nomorku, kamu bisa hubungi kapan aja"

"Maksutnya?"

"Re.. aku minta maaf atas apa yang aku lakuin tadi di sekolah, kamu mau kan maafin aku"

Aku tak butuh kata-kata maaf itu, yang aku butuh penjelasanya, yang ku butuh jawabnya atas semua pertanyaanku, yang aku butuh itu.

"Jawab aku dulu kenapa?"

"Okey, aku bakal jelasin semua ke kamu Re.. tapi gak sekarang"

"Ya terus kapan?"

Dia maju beberapa langkah mendekatkan dirinya padaku, mengusapkan tanganya pada rambutku lalu sedikit menunduk menyesuaikan tinggiku agar mata kami sejajar, aku akan jelasin, tapi bukan sekarang, sekarang yang aku butuh kamu percaya sama aku. Aku gak punya niatan buruk sama kamu.

Tinggi tubuhku dan Brian lumayan berjarak. Dia lebih tinggi dariku, sekitar... aku ini hanya setinggi dagunya saja. Tinggiku 167cm dengan berat badan 49Kg.

"Iya, aku coba buat percaya kaka" kataku dengan raut muka yang terlihat sekali terpaksa.

"Nah gitu dong, mau ku antar?"

"Gak usah, bentar lagi sampe kok"

"Yaudah aku pulang ya"

"Iya.."

Dia tersenyum dan menaiki motornya kembali sambil tersenyum lalu dia memutar balik motornya dan berjalan pergi.

Aku melanjutkan berjalan pulang.

Apa kalian kira aku percaya padanya begitu saja?, tidak.. aku hanya merasa untuk kali ini, ini sudah cukup. Tapi aku belum bisa percaya sepenuhnya padanya, semua terlalu tiba-tiba, meskipun aku menyukainya namun bukan berarti aku tak berhak untuk curiga juga kan?. Rasanya terlalu cepat aku mempercayainya untuk saat ini. Ya begitulah.. aku bukan orang yang mudah percaya begitu saja.

Sesampainya dirumah, ku rebahkan tubuhku di tempat tidur. Kufikirkan kejadian siang tadi, rasanya masih sebal jika diingat.

Getar Hp mengagetkanku, ku lihat nama pada panggilan masuk tersebut. "Si bawel"...

Ku angkat telpon tersebut sembari aku membuka buku pelajaran di meja belajar untuk melihat PR yang diberikan guru hari ini.

"Hai Re, masih marah ya.. sorry deh sorry"

"Sorry sorry, lu kira gue gak sebel apa digituin"

"Iya deh iya, maaf ya please... gue beliin es krim deh. Mau rasa apa ? Coklat atau rasa yang laen ? Gue deket rumah lu nih"

"Hemm.. gimana ya??"

"Maafin dong.. ya.. ya.."

"iya deh gue maafin, awas aja lu begitu lagi. Coklat aja"

"Giliran es krim aja, cepet jawabnya. Giliran di chat aja di baca doang"

"Lu jangan mulai lagi, lu mau gue BT lagi sama Lu?"

"Hahahahaha, gak. Takut Gue. Yaudah.. bye"

Randy langsung mematikan teleponya, aku melanjutkan dengan mengerjakan beberapa PR sembari mendengarkan musik.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel