Bab 4 Saling Menyimpan Pertanyaan part-1
Aku berjalan memasuki rumah sembari memikirkan kejadian demi kejadian hari ini.
"Kenapa Re, kenapa lu bingung coba. Justru ini kesempatan lu buat deket sama Brian. Tapi lu malah bingung nentuin sikap lu" grutuku pada diri sendiri.
Ku dapati mama sedang duduk di ruang keluarga menonton saluran channel tv kesukaanya.
"Assalamualaikum" kataku sembari berjalan ke arah mama.
"Walaikumsalam, loh kok lemes gitu anak gadis mama"
Tanpa menjawab ku rebahkan tubuhku pada sofa panjang persis disamping mama.
"Ganti baju dulu trus makan siang. Oh ya, sekolahmu tadi gimana?" Mama berusaha membuatku kembali bersemangat.
"Ya gitu ma, ngomong ngomong mama pernah gak suka sama cowo atau nge-fans gitu sama senior waktu mama SMA"
"Emm.. kenapa?, wah.. kayanya ada yg lagi jatuh cinta nih. Sama siapa? Kenalin dong sama mama"
"Ih.. mama apaan sih"
Kalimat mama barusan benar-benar membuatku bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar.
Kuputar mp3 player di kamarku dan ku kencangkan volume pada speaker agar musik yang ku putar terdengar keras, ku dengarkan lagu lagu kesukaanku dan mengantuk lalu tertidur.
Hari semakin sore, ku lirik jam sudah menunjukan pukul 16.30.
Aku bangun dan menangkap hal aneh dikamarku, ku lihat Randy sedang duduk dimeja belajarku sambil bermaen game online di hp-nya.
"Ngapain lu disini" tanyaku penasaran seraya bangun dan duduk bersandar pada salah satu boneka big panda ditempat tidurku.
"Sante aja kali tanya-nya, tadinya gue mau ajak keluar. Kata nyokap lu, lu lagi dikamar. Pas gue samperin eh lu lagi molor mana ngiler lagi. Jadi gue nunggu lu bangun"
"Paan sih, sejak kapan gue ngiler" sambil ku lempar bantal kearahnya.
"Yaudah buruan mandi trus ganti baju, gw tunggu di luar"sembari melangkah keluar kamar.
"Tutup pintunya" pintaku seraya melempar boneka kearahnya.
Randy memang sudah leluasa untuk masuk ke rumahku, mama dan papa sudah menganggapnya sebagai anak. Sedikit cerita, Randy itu awalnya teman kakaku, karna sering maen bareng akhirnya suatu ketika Randy datang kerumah malam malam dan dalam keadaan basah kuyup karna hujan, dengan wajah yang memar serta tak memakai alas kaki. Kata kakaku sih papa-nya itu kadang suka mukulin dia kalo lagi marah trus dia kabur deh kesini. Kejadian itu ketika aku masih kelas 3 SMP dan Semenjak hari itu juga aku jadi akrab denganya, awalnya karna aku penasaran dengan ceritanya saja, cerita mengapa dia sampai dipukuli oleh papa-nya sendiri tapi lama lama kita jadi makin sering ngobrol dan keluar bareng.
Setelah menungguku mandi dan berganti baju, kami-pun berpamitan pergi. Sementara itu kakaku seperti biasa bilang padanya untuk menjagaku baik-baik dan minta dibawakan makanan.
"Aduh !!!! sakit tau" kataku kesal karna randy tiba-tiba menarik rambutku yang kali ini kubiarkan terurai dan hanya dihiasi pita merah kecil sebagai pemanis.
"Lagian nglamun"
"Lu ngapain ngajak gue ke taman begini"
"Temenin gue makan es krim bentar, abis itu baru deh temenin gue ke cafe"
Aku hanya diam dan memakan es krim yang dia beli di pintu masuk taman tadi.
Letak taman ini tidak jauh dari rumah, terdapat beberapa tanaman bunga yang tertata rapi serta beberapa tempat duduk. Tempatnya tenang, hanya ada beberapa anak kecil sedang bermain.
"Gue tau, tadi lu pulang bareng Brian kan" katanya sambil mengamati anak-anak yang sedang bermain di taman.
Aku tersedak mendengarkan perkataanya, seperti maling yang sedang tertangkap basah saja rasanya.
"Kok lu bisa tauk?" kataku tanpa menjawab pertanyaan Randy.
"Lain kali gak usah bohong"
"Gak gitu, tadinya gue mau bilang. Cuman... terakhir kali gue liat kan lu sama dia adu jotos tuh.. yah gitu deh, intinya gue gak enak sama lu"
Dia hanya tersenyum sambil menghabiskan es krim ditanganya, entah apa yg membuat dia tersenyum seperti itu.
"Dah, yuk temenin gue. Ngomong-ngomong gue mau ketemu sama seseorang di cafe"
"Cewe apa cowo ni ?, tar gw jadi nyamuk lagi"
"Hahahahaha, dah. Lu liat sendiri aja entar"
Kami-pun pergi ke cafe tempat biasa kami nongkrong, cafe deket sekolah.
Sesampainya disana, aku tak melihat seseorang yang Randy maksut. Mungkin saja memang belum datang.
Kami duduk dan memesan beberapa makanan ringan sambil menunggu.
"Siapa sih Ran, cewe lu?"
"Bukan, Kalo gue punya cewe lu pasti taulah"
"Truss sapa?, temen kelas kita?"
"Bawel lu ah, makan aja makan deh Ren. Pusing ni gue denger lu banyak tanya"
Aku hanya cemberut mendengarnya dan memakan beberapa cemilan.
Tak lama kemudian datang seorang gadis, saat ku perhatikan... dia terlihat tidak asing, seperti pernah melihatnya entah dimana. Oh ya tuhan... diakan gadis yang terlibah cekcok dengan Brian dan menyiram mukaku dengan latte.
Sontak aku langsung berdiri dan menatapnya dalam-dalam, namun anehnya dia bertingkah seolah belum pernah melihatku sebelumnya.
"Kenalin Re, ini Luna. Dia anak SMA Bima"
"Luna.." Dia menyebutkan namanya sembari mengajaku bersalaman dan tersenyum lebar.
Tentu saja aku enggan untuk bersalaman denganya. Lagian kenapa juga Randy bisa kenal dengan dia.
"Rena" balasku singkat tanpa menyambut tanganya.
"Oke, lu mau pesen apa lun?" Randy menawarkan menu sembari tanganya mencubitku
"Ihh, sakit tau" suaraku tertahan dan mataku melotot menatap Randy yang juga sedang menatapku.
"Engga Ran, gue cuman bentar aja. Gue ngewakilin anak basket SMA Bima mau nawarin team lu latian bareng sama anak basket Bima. Si Tio selaku kapten basket gak bisa nemuin lu, berubung gue juga kenal sama lu jadi gue bantuin dia buat ngomong ini sama lu. Lu berkenan kan Ran?" Jelasnya.
"Nanti gue bakal omongin dulu sama team gue masalah ini, besok gue kabarin lu jadinya gimana. Nomor Hp lu masih yang lama kan?"
"Iya, masih. Oke kalo gitu, gue ke toilet dulu ya"
"Hemm, oke" jawab Randy
Tak lama setelah Luna pergi, akupun merasa ingin ke toilet.
"Ran.. gue ke toilet ya"
"Beser amat, minum segelas belum abis aja langsung deh beser"
"Brisik lu" Kataku sembari berjalan ke arah toilet
"Jangan lama-lama" teriak-nya
Di dalam toilet tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang lalu lalang keluar masuk toilet.
Aku segera masuk di salah satu bilik yang ada di toilet tersebut.
"Ah.. lega" Kataku setelah buang air kecil.
Aku bergegas keluar dari bilik dan mendapati Luna yang sedang bercermin.
Aku berjalan tanpa menghiraukanya.
"Sorry ya" Katanya tanpa melihatku dan tetap menatap cermin sambil memoles bibirnya.
Hal itu membuatku berhenti melangkah. Dengan rasa penasaran aku mendekatinya.
"Kenapa waktu itu lu sampe nyiram minuman ke gue?, emang salah gue apa?" tanyaku dengan nada marah.
"Lu gak salah apa-apa, hanya saja lu berada diposisi yang salah" Katanya sembari berbalik menatapku.
"Maksut lu apa?"
"Gini ya, gue persingkat.." Luna mendekatiku dan seolah berbisik padaku.
"Lu gak tau sebrengsek apa Brian, jadi.. kalo lu mau hidup lu baik-baik aja sebisa mungkin lu jauhi Brian" Katanya sembari berjalan ke luar toilet.
Aku hanya terdiam mendengar ucapanya tanpa menjawab apapun. Ada apa dengan Brian dan Luna, isi kepalaku terasa penuh dengan pertanyaan itu.
Sampai akhirnya aku tersadar dari diamku dan bergegas keluar toilet.
Luna hanya meliriku dan tersenyum pada randy lalu pergi meninggalkan kami.
Aku kembali duduk dan terdiam sejenak.
"Woy ! nglamun?" Tanya Randy
"Ah, engga" Kataku dan kembali meminum minumanku.
Randy mengajakku bicara hal-hal ringan. Namun aku hanya menanggapinya dengan kata-kata seperti tidak tertarik mendengarkanya. Namun.. Randy tetap saja bercerita hal ini dan itu.
Karna waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, randy mengajaku pulang.
Sebenarnya banyak yang ingin ku tanyakan, namun ku urungkan niatku. Mungkin besok saja disekolah akan-ku tanyakan semua pada Randy.
Angin malam terasa dingin seakan menembus kulitku yang malam itu hanya memakai t-shirt biru lengan pendek dan celana jeans.
Suara motor randy menembus keheningan, kami tidak saling berbicara selama perjalan pulang. Entah karna tak ada tema yang dibahas, atau kami punya pertanyaan di kepala masing-masing yang membuat kami terdiam.