Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Mulai Membingungkan

Kami berhenti disebuah rumah tidak jauh dari sekolah, aku turun dengan keadaan yang bingung, benar-benar tak tau Brian membawaku kemana.

"Ini rumahku ren" Jelas Brian seakan dia mendengarkan isi kepalaku

"Ohh..., ngapain kesini?" Tanyaku bingung

Dia tidak menjawab dan menarik tanganku sembari tersenyum.

Kuperhatikan setiap sudut rumah itu, rumah itu terlihat elit ditambah halaman yang terisi banyak tanaman bunga cantik yang terlihat sekali bahwa mreka sangat terurus dengan baik.

"Bajumu kotor ren, sebentar ya aku ambilin kaos buat kamu ganti. Oh ya silahkan duduk, anggap saja rumah sendiri"

"Ha? Apa ? Gak.. gak usah kak gak usah, bajuku gak terlalu kotor kok" ucapku mendadak gagap.

Lagi lagi dia tak menghiraukanku dan langsung saja meninggalkanku yg masih berdiri di ruang tamu.

Aku mencoba menenangkan diriku dengan duduk di sofa mewah berwarna gold itu. Mataku seolah takjub dengan isi rumah ini. Semua benar-benar tertata rapi dan bersih.

Seorang wanita yang terlihat berusia tidak muda lagi muncul sambil membawa segelas minuman serta beberapa toples cemilan ringan.

"Diminum non" Katanya

"Iya.." Jawabku sembari tersenyum sambil memikirkan mungkin dia asisten Rumah Tangga disini.

"Saya ke belakang dulu ya non" Suaranya sopan

"Oh iya.." Aku hanya kembali tersenyum

Tak lama Brian muncul sembari membawa kaos polos hitam ditanganya.

"Pake ini, ini kayanya cocok dikamu ukuranya. Ini kaos cewe kok"

"Ha?"

"Kamu ha he ha he mulu dari tadi, kenapa ?" katanya sambil terkekeh karna menurutnya itu hal yang lucu.

"Ya bingung aja, ini kaos pacar kaka?"

"Bukan.. itu baju adek aku, persis sekamu. Cuman dia gak tinggal disini sekarang, orang tuaku sudah bercerai satu taun yg lalu jadi dia ikut papa, aku ikut mama disini. Sesekali dia pulang kesini"

"Ohhh... maaf kak, aku gak bermaksut...."

Belum sempat ku lanjutkan kalimatku, dengan cepat dia duduk disampingku dan memegang tanganku.

"Re.. kamu cantik"

Sontak saja aku kaget mendengarnya, segera ku tarik tangaku dari genggamanya.

"Kenapa?" Tanya-nya sambil tersenyum

"Gakpapa" jawabku gugup

"Emm.. kak, balik ke sekolah lagi yuk. Nanti aku ganti baju di sekolah aja. Aku mesti liat Randy tanding, kalo gak nanti dia bisa ngomel berhari-hari..."

Lagi lagi.. belum selesai aku bicara, tiba tiba saja dia membelai rambutku sembari berkata..

"Re.. bisa gak, kalo kamu lagi sama aku jangan bahas orang lain"

Aku tak tau kenapa jantungku serasa mau mencuat keluar, aku takut.. takut aku akan benar benar jatuh cinta padanya bukan lagi sekedar rasa suka lagi jika seperti ini terus.

"Okey.. ayuk ku antar ke sekolah"

"Bik Inah... Bik.." Suara Brian yang sedikit berteriak namun masih dapat terdengar sopan.

Terlihat seorang wanita yang berlari dari arah belakang.

"Iya den.. iya" Katanya ketika sudah berada tepat di depan kami.

Brian yang sedari tadi duduk di sampingku langsung berdiri menatap Bik Inah.

"Bik.. kenalin ini Rena" Aku tersenyum kearah Bik inah dan di balas senyum sambil mengangguk oleh Bik Inah.

"Oh ya, tadi mami pesen minta tolong pindain kotak barang yang di kamar mami ke gudang"

"Iya den"

Bik Inah segera malaksanakan ucapan Brian barusan.

"Yuk, sekarang ku antar" Suara Brian mengagetkanku yang masih menatap ke arah Bi Inah berjalan.

Aku hanya mengangguk saja tanda setuju.

Kami bergegas ke sekolah dan tak lama akhirnya sampai. Tanpa banyak bicara aku turun dari motor Brian dan berlari menuju lapangan. Belum jauh jarakku dari Brian terdengar dia memanggilku, akupun berhenti dan berbalik menatapnya.

"Pulang nanti ku jemput" katanya sedikit berteriak

Sebelum ku jawab dia sudah menutup kaca helm dan pergi begitu saja.

Aku langsung bergegas menuju lapangan untuk melihat pertandingan Randy, untungnya masih sempat. Aku berusaha masuk menembus jejeran siswa siswi yang menonton agar aku dapat posisi berdiri paling depan.

Kulirik poin pertandingan, Ah syukurlah... kataku dalam hati. Aku tersenyum karna team sekolah kami menang jauh dari team sekolah lain. Randy memang tak pernah mengecewakan.

Pertandingan berlangsung sangat baik dan akhirnya selesai.

Randy berlari ke arahku, aku yang sudah memegang botol air mineral melemparkan ke arahnya dan langsung ditangkap olehnya dengan tepat.

"Lu kemana tadi"

"Hah ? Ohh.. tadi gw ke cafe dulu sama...." tiba-tiba aku teringat terakhir kali Randy dan Brian terlibat perkelahian. Jadi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat kalo aku kasih tau bahwa tadi aku pergi dengan Brian"

"Maksutnya, tadi aku ke cafe trus ketemu anak-anak kelas ngobrol ngobrol bentar, trus kesini lagi" jelasku mencoba memberi alasan yang logis.

"Ohhh... yaudah. Lu bawa bawa kaos siapa. Trus itu baju lu kenapa kotor amat"

"Ha?, oh ini emm.. ini tadi lagi bercanda kan sama anak-anak trus kena latte yaudah dipinjeminlah sama Meli kaos biar gue bisa ganti baju gue yg kotor ini"

Meli itu salah satu temen kelas kita, anaknya setinggiku trus rambutnya ala ala polwan tapi tetep terlihat manis. Denger-denger dulu sempet suka sama Randy tapi Randynya gak suka sama dia. Bener atau engganya cuman mreka berdua dan tuhan yang tau.

"Ohh.. yaudah ganti gih. Abis itu ikut gue yuk sama anak anak basket rayain kemenangan"

"Ran.. gue gak ikut gapapa kan?, gue pulang duluan aja"

"Emm.. yaudah bentar gue ambil motor dulu, tadi pagi gue bawa motor"

"Loh mo ngapain"

"Anter lu dulu pulang baru deh gue samperin anak anak di Cafe"

"Eh eh gak usah Ran, gak enak sama yg lain. Lagian ini kan kemenangan team lu, gak enak banget masa leader team-nya telat, udah.. gue pulang sendiri aja"

"Yaudah kalo gitu, gue pergi ye!"

Ku jawab dengan anggukan sembari tersenyum, aku bergegas mengganti bajuku yang kotor di toilet. Aku bercermin sebentar melihat bagaimana penampilanku dengan kaos dari Brian. Rambutku yang panjang sampai melewati bahu sudah berantakan sekali, jadi Ku kuncir kuda (diikat satu) rambutku, yang membuat penampilanku terlihat lebih ringkas dan rapi.

Aku berjalan keluar sekolah, ketika hendak menyebrang tiba tiba sebuah motor berhenti didepanku.

"Naik" Pinta Brian

Dengan ragu aku akhirnya naik.

"Kita kearah mana?"

"Sana kak" sembari menunjuk salah satu arah

Tanpa menjawab dia menjalankan motornya dengan pelan lalu tiba-tiba berhenti.

Aku masih bingung melihat tingkahnya yang selalu saja tak bisa ditebak.

Tiba tiba dia menarik kedua tanganku..

"Pegangan, bahaya"

Dengan ragu kulingkari tanganku di pinggangnya.

"Udah?"

"Hem" jawabku sembari mengangguk

Sepanjang jalan kami hanya diam, hanya terkadang aku memberi tahu arah mana yang harus dilewati dan setelah 35menit berlalu akhirnya sampai.

"Stop kak, ini rumahku"

Aku turun dari motornya sembari tersenyum.

"Ohhh.. aku boleh masuk?"

"Ha? Ohh emm mungkin lain kali deh kak, takut mama mikir yg aneh aneh" jawabku gugup.

"Maksutnya?"

"Iya.. jadi aku belum pernah ajak temen cowo maen kerumah kecuali Randy. Itu juga karna tadinya Randy temen kakaku"

"Ohh.. okedeh, besok pagi ku jemput jam set 7 pagi ya"

Lagi dan lagi... belum sempat ku jawab dia dan motornya sudah meninggalkanku.

Ah... aku sungguh bingung, apa kata anak-anak sekolah jika mereka besok melihatku berangkat ke sekolah dengan Brian, gimana aku jelasin ke mereka, gimana juga kalo Randy tau nanti. Ah kepalaku pusing.

Aku masuk kerumah dengan menundukan kepala akibat terlalu pusing memikirkan Brian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel