Bab 12 Status Baru Part - 1
Kami saling terdiam beberapa saat lalu saling menjauh dengan canggung.
"Bisa gak si lu gak narik-narik gue sembarangan, sakit tauk" kataku dengan padanya.
"Abisan lu nyebelin. Gue kan belum selesai ngomong. Lu maen pergi aja" jawabnya dengan kesal.
Entah kenapa aku malah memperhatikan mukanya yang memerah itu, dia terlihat lucu dengan muka yang seperti itu.
"Muka lu merah kenapa?" Ku tanya karna penasaran
"Hah?, mana ada merah" sambil memegang-megang mukanya sendiri.
Aku melangkah mendekatinya, tapi dia malah mundur perlahan.
"Iya, merah.. hahahahaha. Kenapa? jangan-jangan.. Lu suka sama gue ya...?" Tanyaku meledeknya
"Engga, enak aja. Ini tu karna abis nahan badan lu yang berat tauk!"
"Ihh, ngeselin!" Bicaraku ketus seraya berjalan meninggalkan dia di halaman rumahku.
Saat memasuki rumah, aku hanya melihat kaka yang sedang tiduran di sofa sembari menonton youtube di ponselnya. Tak kulihat keberadaan papa dan mama di rumah, kata kaka sih pergi kondangan. Setelah mendengar penjelasan kaka, aku masuk ke kamar dan merebahkan badanku di tempat tidur sembari mengingat pembicaraanku dengan Brian tadi sore.
Sebenarnya Brian tidak salah memutuskan hubunganya dengan Luna, hanya saja dia bukan orang yang mudah menyampaikan apa yang seharusnya dia sampaikan. Kali ini aku sedikit mengerti tentangnya, justru malah merasa kasian padanya karna pasti semua masalah hanya di pendamnya sendiri, pasti dia merasa kesepian.
Ku kirim pesan whatsapp padanya, menanyakan apa dia sudah sampai dirumah. Namun, belum ada balasan darinya yang menandakan dia mungkin belum sampai di rumah.
Sampai setelah beberapa saat ku dengar poselku berdering dan segera ku angkat setelah melihat nama "Kak Brian" di layar depan.
"Hallo?" Sembari mengikat rambutku sedang Hp ku tempelkan diantara telinga dan pundak sebelah kiri.
"Iya Re, ini baru sampe. Kenapa?"
"Engga kak, cuman pengen tau aja udah sampe apa belum"
"Oh.. ngomong-ngomong besok aku jemput lagi ya. Kita berangkat bareng?"
"Iya Kak.." jawabku singkat.
"Re..."
"Hem?"
"I love you.."
Aku tertegun sebentar sejenak aku lupa bahwa Brian sekarang pacarku dan tersadar kembali beberapa detik kemudian, tersadar kini aku pacar orang yang berbicara di telepon itu jadi wajar saja dia berkata seperti itu padaku.
"Iya, i love you too" jawabku sembari tersenyum meskipun Brian tak dapat melihatku.
"Yaudah, kamu istirahat gih Re"
"Hehehe, iya kak"
"Yaudah, nice dream sayang" kata terakhirnya sebelum dia mematikan teleponya.
Malam ini aku hanya mengerjakan beberapa PR dan tidur lebih awal, mungkin karna hari ini banyak kerjadian yang menguras banyak pikiran.
Kesokan harinya, seperti biasa Brian sudah ada di depan pintu pagar rumahku. Tanpa basa-basi kami langsung berangkat ke sekolah. Kami berbincang-bincang sedikit tentang.... seperti apa makanan kesukaan kami masing-masing ataupun hal-hal yang kami anggap lucu.
Beberapa menit menghabiskan waktu di perjalanan, akhirnya kami sampai.
"Stop, stop, stoppppp kak"Pintaku seraya disedikit menarik-narik bajunya.
"Kebiasaan nih kamu, ini masih di depan gerbang Re, Ikut ke parkiran aja ya, nanti ku antar sampe depan pintu kelasmu"
Aku tak menghiraukanya dan bergegas turun dari motornya.
"Disini ajadeh kak, gak enak sama yang lain"
"Gak enak sama siapa?, kamu kan sekarang pacarku. Siapa yang ganggu kamu bilang aja. Aku rasa juga mereka maklum kok"
"Engga ada Kak.. gak ada yang ganggu kok, hehehe. Yaudah aku duluan ke kelas ya"
Brian hanya diam sambil menatapku lalu mengangguk.
Akupun langsung berlari menjauhinya menuju ke kelasku. Ketika sampai di kelas ku lihat Ema sedang mengobrol dengan anak-anak kelas lainya, aku hanya tersenyum padanya lalu ia-pun tersenyum balik kepadaku sambil berjalan mendatangiku.
Aku langsung duduk di kursiku.
"Denger-denger tadi lu di anter Brian ya?" Ema membuka pembicaraan sembari duduk di sampingku
Aku terkejut mendengarnya, takut dia akan marah lagi padaku.
"Oh, itu.. emm..."
"Udah.. gapapa kok Re, gue udah ikhlas lu sama Brian" jelasnya sambil tersenyum. Aku hanya membalas senyum lalu kembali sibuk mengeluarkan buku pelajaran dari tasku.
"Trus, lu jadian kapan?"
Tentu saja pertanyaan itu membuatku lebih terkejut lagi.
"Lu tau dari mana gue jadian sama Brian?"
"Siapapun juga bakal mikir lu ada apa-apa sama Brian, ya secara gitu akhir-akhir ini kan lu deket sama dia pake berangkat aja bareng"
"Lu jangan bilang-bilang sama yang lain ya kalo gue udah jadian sama Brian"
"Hah? Serius lu. Kapan.. Kapan?" Triaknya sehingga membuat semua orang melihat ke arah kami.
"Ema !!" Suaraku memekik pelan sambil memperhatikan isi kelas.
"Uppsss.. sorry, abis lu gak kasih tau gue sih. Gue temen lu bukan sih Re.." rengeknya sembari menggoyangkan pundakku.
"Iya iya sorry.. gue takut lu marah"
"Ya ampun Rena.. yaudah deh gakpapa"
Aku tersenyum padanya yang menandakan bahwa aku senang mendengarnya.
"Tapi ada syarat" dia melanjutkan perkataanya
"Syarat apa?"
"Lu harus ceritain gue gimana bisa lu jadian"
"Ah Ema, ya gitudeh"
Bel tanda masuk berbunyi, membuat kami berhenti mengobrol. Seperti biasa Randy berlarian masuk dan duduk bersandar pada Dito seperti habis dikejar anjing galak.
"Paan nih pagi-pagi gini udah nyender" kata Dito kaget mendapati Randy menyender padanya dengan nyaman
"Engap gue"
"Iya Engap, tapi jangan nyender begini. Kan kalo diliat anak-anak jadi gak enak hehehehe" Kata Dito sambil tersenyum menatap Randy
"Ihhhh geliii, masih normal gue" Randy kembali duduk dengan benar dan sedikit menjauh dari Dito.
Tak lama guru kami pun datang dan meminta kami mengeluarkan PR yang telah ia berikan minggu lalu.
"Pokoknya nanti pulang sekolah harus ceritain" suaranya berbisik
"Oke oke...." jawabku dengan nada pelan.
Kami mengikuti kegian belajar mengajar dengan tertib hingga akhir jam sekolah.