Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13 Status Baru Part-2

Setelah pulang sekolah aku dan Ema mampir sebentar ke Cafe Pojok. Sesuai janjiku aku menceritakan semua padanya, bagaimana akhirnya aku dan Brian jadian.

"Oh.. jadi begitu" Suara Ema menandakan dia memahami apa yang ku ceritakan.

"Iya, cuman.. gue boleh minta tolong gak?"

"Minta tolong apa?"

"Em.. gue tau ini bakal kedengeran aneh, tapi.." aku ragu untuk meneruskan.

"Tapi apa?.."

"Em.. gini. Gue minta tolong lu jangan bilang ke siapa-siapa atau ke anak kelas sekalipun itu Randy kalo gue pacaran sama Brian"

"Loh kenapa?, inikan berita bagus dan lagi kok Randy juga termasuk?, kalian bedua kan sahabatan masa dia gak tau lu udah pacaran sama Brian"

"Pokoknya lu harus janji sama gue, ribet deh kalo gue jelasin"

Dia hanya mengangguk saja tanda setuju dengan permintaanku, tak lama setelah itu aku mendapat telepon dari Randy yang mengajakku pulang bareng karna Randy tau jika aku tak langsung pulang ke rumah melainkan nongkrong bersama Ema dulu di Cafe pojok. Randy baru menyelesaikan latihanya sebelum akhirnya dia menjemputku di Cafe.

Sepanjang jalan kami tak banyak bicara, hanya kadang dia menanyakan hal yang berkaitan dengan kakaku. Mengahabiskan waktu 20 menit lebih akhirnya kami sampai didepan rumahku.

"Lain kali kalo boncengin gue jangan ngebut-ngebut. Kaya bawa karung beras aja lu" kataku sembari turun dari motornya.

"Hahahaha, iya iya sorry"

"Yaudah, gue masuk. Thank you ya" pamitku

Dia tak menjawab dan langsung pergi saja dengan motornya yang cenderung mengeluarkan suara brisik.

Ku ingat Brian tidak menghubungiku sedari tadi, ku lihat ponselku dan tak mendapati apa yang ku cari, tak ku lihat pesan darinya ataupun tanda ia melakukan panggilan whatsapp.

Mungkin dia sedang marah karna tadi pagi aku tak mau mengikutinya sampai di parkiran.

Kali ini aku memang merasa bersalah, tak seharusnya aku seperti itu.

Ku rebahkan kepalaku pada meja belajar di kamarku, ku lihat ponselku lagi seakan menunggu sesuatu.

Aku benar-benar tak tahan lagi, kenapa dia harus mendiamkanku hanya karna kejadian tadi pagi itu. Benar-benar cowo yang aneh.

Aku mengirim pesan Whatsapp padanya, menanyakan keberadaanya. Namun hanya dibaca saja olehnya.

Sangat yakin bahwa Brian benar-benar sedang kesal denganku.

Akhirnya kuputuskan untuk meneleponya, dan tentu saja tidak dijawabnya.

Aku menyerah setelah beberapa kali mencoba meneleponya.

Terdengar suara pintu diketuk dari luar kamar.

Mama membuka pintu dan tersenyum padaku lalu melangkah masuk.

"Loh kok masih pake seragam?" Tanya mama sembari melipat tanganya

"Iya iya.."

"Jangan lama ya sayang"

"Hah?, memangnya kenapa ma?"

"Loh, bukanya kamu mau keluar sama Brian?, tu anaknya udah di depan. Buruan ya" ucap mama sembari keluar dari kamarku.

Hah?, bagaimana bisa dia datang kesini. Apa dia sedang mengerjaiku. Aku berfikir seharian ini dia marah padaku, dia mengabaikan chat-ku dan sekarang tiba-tiba berada di rumahku. Kali ini aku merasa kesal padanya karna berfikir dia sedang mengerjaiku saja.

Aku segera mengganti bajuku lalu menemuinya, ku lihat papa sedang ngobrol denganya, entah apa.

Papa beranjak dari ruang tamu setelah melihatku datang.

"Yasudah, nanti hati-hati dijalan. Jangan pulang malem-malem ya. Om titip Rena"

"Ya om" jawabnya singkat sembari tersenyum

Kami berjalan keluar dan diam satu sama lain.

Lalu aku menghentikan langkahku sesaat sebelum menaiki motornya.

"Yuk naik, kenapa berdiri disitu?"

"Kenapa teleponku gak diangkat?"

"Aku ĺagi di motor tadi re"

"Trus kenapa chat-ku dibaca doang"

"Kan aku buru-buru kesini"

Aku hanya cemberut mendengar alasanya, jelas saja itu hanya alasan saja. Yang sebenarnya dia masih marah padaku.

Brian turun dari motornya dan memakaikanku helm sembari menuntunku menaiki motornya.

"Kita mau kemana?" Tanyaku.

"Makan" lagi-lagi jawabnya singkat.

Dia membawaku ke sebuah tempat makan tak jauh dari rumahku, Dengan dekorasi yang kekinian serta lantunan musik Jazz terdengar diseluruh sudut ruangan membuat tempat ini terliat nyaman.

Ku dengar Brian berbicara dengan seorang pelayan menanyakan tempat yang sudah dia pesan. Pelayan tersebut menunjukan sebuah tempat lalu mengantar kami serta memberitahukan ini tempat kami.

Tempat duduk yang berada disamping jendela, membuatku leluasa melihat keluar, pria ini benar-benar tau dimana seharusnya aku duduk.

Dia memesan beberapa menu, sembari menunggu makanan datang aku membuka pembicaraan.

"Kak, kamu gak marah kan sama aku?"

"Iya, marah"

"Maaf ya.."

"Iya"

"Trus sekarang masih marah?"

"Masih"

"Ya trus ngapain ngajak aku makan kalo masih marah"

Dia diam tanpa menjawab apapun.

"Kak, aku tau aku salah tadi pagi minta turun di depan padahal kenapa juga aku perlu takut pandangan orang-orang sedangkan kenyataanya memang aku ini pacarmu. Jadi aku minta maaf ya, besok besok aku gak begitu lagi" kataku mencoba menjelaskan.

"Aku gak marah soal itu"

"Lantas apa?"

Lagi-lagi hanya diam. Rasanya ingin pulang saja.

"Lantas apa?, kakak gak mau kasih tau aku?" Tanyaku lagi dengan nada kesal.

Melihat reaksinya hanya diam aku beranjak dari tempat dudukku ingin pergi.

"Aku gak suka kamu pulang di anter Randy" suaranya membuatku tak jadi pergi dan duduk kembali.

"Kamu.. kamu cemburu kak?, kamu tau kan aku sama randy sahabatan" Kataku setengah tertawa karna tak percaya dengan apa yang ku dengar.

"Ya oke, aku tau. Aku cuman gak suka aja kalo kamu dianter orang lain sedangkan aku ada dan bisa anterin kamu pulang"

Kali ini aku yang terdiam mendengar jawabnya.

Dia memegang jemariku sembari melihat-lihatnya sejenak.

"Kenapa?" Tanyaku

Dia tersenyum dan mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya dan memakaikan padaku. Aku terkejut melihat pemandangan itu, entah mengapa aku tersenyum.

"Nah, kalo gini kan jelas" suaranya sembari masih tersenyum

"Jelas apa ?"

"Iya jelas, jelas kalo kamu pacarku"

Aku menatapnya dan dia juga menatapku, kami terdiam sesaat dan tertawa bersama-sama.

Iya, saat ini aku benar-benar merasa dicintai, dicintai orang yang begitu manis, meskipun kadang menyebalkan.

Suasanya kembali membaik dan kami berbincang-bincang banyak hal termasuk tentang bagaimana dia bisa tau aku pulang bersama Randy hari ini. Ternyata teman satu kelasnya ada yang melihat dan mengadu padanya. Entah karna apa temanya seperti itu tapi hal itu justru membuat Brian marah padaku. Tapi setelah ku jelaskan bahwa aku tadinya nongrong di cafe dengan Ema dan memang bertepatan dengan Randy yang sedang latihan basket. Jadi waktu Randy menawarkan untuk pulang bersama aku terima karna memang posisi kita tidak jauh. Justru aku sebenarnya ingin diantar Brian hanya saja ku fikir dia sedang marah padaku. Brian melirik jam di tanganya yang menunjukan pukul 8 malam, Brian mengajakku pulang karna takut kemalaman.

Hari ini berakhir dengan tawa kami, kadang sesuatu yang hanya mengandalkan kata "kira-kira" itu tidak baik hanya akan menimbulkan salah paham. Lebih baik kita utarakan masing-masing agar semuanya jelas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel