Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Makan Bersama Brian

"Ngapain juga sih Brian kesini, ada perlu apa coba sama kaka, trus kenapa juga gak kabarin dulu kalo mau kesini. Dia itu manusia apa jin sih, selalu aja tiba tiba muncul disana sini" grutuku di kamar.

Aku mengeringkan rambutku menggunakan hair drayer dengan muka cemberut karna kesal serta membersihkan kakiku yang mulai ditumbuhi bulu bulu halus sesuai rencanaku menggunakan obat waxing.

Mama mengetuk pintu lalu masuk sambil tersenyum.

"Kenapa gak ada yang bilang sih kalo ada tamu" grutuku pada mama

"Gimana mau ngasih tau kamu sayang, lah orang kamu aja di kamar mandi" jawab mama dengan sedikit tertawa.

"Ngomong-ngomong Brian itu siapa kok gak pernah di kenalin ke mama dan papa?" Lanjutnya

"Tanya kakak dong, itu kan temenya kak Reno"

"Loh, dia kesini bilangnya mau ketemu kamu kok"

"Hah??"

"Hayo.. cepet bilang siapa. Pacar kamu?"

" Mama apaan sih ngledek mulu"

"Tuh kan tuh kan bohong pasti ni" ledek mama.

"Yaudah buruan dandan-nya, kasian dia udah nunggu dari tadi" pinta mama sembari jalan keluar kamarku.

Ku kira Brian datang kesini untuk ketemu ka Reno, aku lupa kalo sekarang aku ini Pacarnya, jadi wajar jika dia datang mencariku.

Aku memakai T-Shirt hitam lengan pedek yang ku padu padankan dengan rok pink pastel selutut sedang rambutku, ku gerai begitu saja.

"Udah lama" sapaku, mencoba untuk tidak gugup di depanya.

"Lumayan" jawabnya singkat.

"Reno, gue ajak Rena keluar bentar ya. Om.. tante.." pamitnya.

"Jangan pulang malem ya" Mama mengingatkan

"Iya tante" jawabnya singkat

Kamipun pergi ke sebuah restoran tidak jauh dari rumahku, tadinya kami ingin ke cafe namun karna sama sama belum makan siang akhirnya kami laper deh dan mencari tempat makan yang terdekat.

Sembari kami menunggu pesanan datang, kami memilih kursi yang letaknya dekat dengan jendela.

"Kanapa gak bilang sih mau kerumah" aku memulai pembicaraan

"Emangnya kalo aku bilang kamu bakal bolehin?"

Aku hanya meringis dan tersenyum tanda mengerti apa maksutnya berkata seperti itu.

"Emm.. Papa mama-mu belum tau kita pacaran?"

"Hehehehe, belum kak. Papaku gak mau denger aku pacaran jadi mungkin tunggu papa kasih lampu hijau baru deh aku bilang"

"Yahhh.. lama gak?"

"Hemm.. gak tau juga"

"Sedih deh aku dengernya"

"Oh ya, katanya mau ceritain aku. Mulai kapan kaka suka sama aku"

"Oh itu, dari awal kamu baru masuk di SMK"

"Hah?, kok bisa?"

"Inget gak waktu kamu MOS (Masa Orientasi Siswa) kamu disuruh minta tanda tangan ke beberapa kaka kelas"

"Iya, inget. Kenapa?"

"Kamu waktu minta tandatangan Tony disuruh ngapain, inget gak?"

"Tony... ?? Toni mana?"

"Salah satu anak OSIS (Organisasi siswa intrasekolah), inget?

"Oh iya inget, aku disuruh aegyo (membuat gerakan imut ala-ala artis korea)"

"Iya, sebelah ruang Osis ada UKS kan. Aku pas itu lagi di UKS karna sakit perut. Trus aku liat kamu dari jendela. Kamu lucu"

"Ah, apanya yang lucu" Aku tersipu malu

Makanan yang kami pesanpun akhirnya datang.

Aku meminum minumanku dahulu karna aku haus dan lanjut membicarakan hal lain, tentunya sambil kami menghabiskan makanan yang kami pesan.

"Trus waktu ada anak tauran di deket toko buku kok kaka bisa disana?" Tanyaku lanjut.

"Oh, aku lagi ikut temenku mau ke rumahnya, kebetulan lewat situ dan liat kamu lagi berdiri di depan toko buku. Aku takut kamu kenapa kenapa jadi aku batalin untuk main ke rumah temenku dan lari ke kamu deh" jelasnya..

"Lari ke aku??"

"Iya, maksutnya nolongin kamu" katanya sambil memasukan makanan ke dalam mulutnya.

"Ohh..., aku masih boleh tanya lagi gak?"

"Boleh dong sayang.." Dia tersenyum sambil meletakkan kedua tanganya di pipiku dan sedikit menggerakan kepalaku lalu melanjutkan makan.

Lucu sekali rasanya, selama ini aku hanya melihat dia yang pendiam dan seringnya memasang ekspresi dingin meskipun akhir-akhir ini dia mulai terlihat hangat dan itu hanya kepadaku, namun yang tadi itu benar-benar baru pertama kali dia seperti itu.

"Luna itu mantan kaka?"

Dia langsung tersedak ketika aku menanyakan hal itu.

"Sorry sorry Re" katanya sembari mengusapkan tissue dibajunya dan tanganya.

"Sorry, tadi kamu tanya apa?" Iya memastikan pertanyaanku.

"Luna itu mantan kaka?" Aku mengulangi pertanyaanku tanpa ragu.

"Dari mana kamu kenal Luna?, oh.. dari Reno ya?"

"Em.. dari Randy. Luna itu yang nampar kaka di Cafe itu kan?"

Seketika raut wajahnya berubah dingin saat ku ucapkan nama randy.

"Iya, dia mantanku" jawabnya singkat dan meminum Es Jeruk yang dipesanya lalu berhenti makan.

Dia terlihat tidak nyaman dengan tema pembicaraan ini.

"Aku boleh tanya lagi kak?" Aku mencoba memastikan bahwa dia masih mau membicarakan tema ini.

Dia hanya tersenyum tanda mengiyakanku.

"Aku tau ini masa lalu kakak, tapi apa boleh aku tau kenapa kaka putus sama Luna"

"Kamu yakin mau bahas ini re?" Tangan kananya memegang tanganku

"Iya kak, aku penasaran aja kenapa dia nampar kaka di cafe waktu itu sampe aku juga ikut-ikutan di siram latte sama dia"

"Oke kalo itu mau kamu, aku bakal cerita.. jadi Aku sama Luna memang pernah pacaran waktu SMP itu juga. Seiiring berjalanya waktu aku liat dia nongkrong di kantin belakang sekolah sama temen-temen dia. Mereka tanya-tanya seputar hubunganya denganku, awalnya gak ada kata-kata yang salah yang dia ucapin, tapi sampe pada akhirnya aku denger dia bilang bahwa sebenernya hanya karna aku ini tajir dan populer dia deketin aku dan masih banyak kata-kata dia yang bandingin aku dengan cowo ini dan itu. Beberapa kali juga temenku ngeliat dia jalan sama cowo lain di belakang aku yang bikin aku mutusin buat jauhin dia dan mutusin dia adalah keputusanku" dia menjelaskan sambil menatapku dan masih menggenggam tanganku.

Ohh.. jadi ini yang buat Brian diemin Luna sebelum akhirnya mereka putus. Tapi kenapa Randy gak tau kalo Luna begitu, apa karna Brian gak pernah Bicara apa-apa sama mereka ya.

"Apa kaka sebelum mutusin hubungan, kaka jelasin ini ke Luna?" Tanyaku ingin detailnya.

"Engga, karna memang dia salah. Tanpa aku jelasin seharusnya dia tau apa salahnya. Ngomong-ngomong udah mau magrib, aku anter kamu pulang ya" ajaknya seraya melepaskan genggaman tanganya.

Aku menunggunya diluar, sementara dia membereskan pembayaran.

Kami pulang dengan merasa sangat kenyang, sebenarnya masih banyak yang ingin ku tanyakan. Namun... hari ini kufikir sudah cukup, bisa ku tanyakan lain waktu saja.

Kami sampai rumah pukul 18.25 WIB. Seperti biasa, dia mengantarku sampai ke depan gerbang dan turun dari motornya.

"Masuk sana" dia tersenyum sembari mengacak-acak rambutku sedikit.

"Iya, kamu hati-hati ya di jalan oh ya kak, satu pertanyaan lagi boleh?"

"Iya boleh.. yang penting kamu bisa tenang dan gak mikirin aku yang aneh-aneh" katanya seolah-olah dia tau apa yang sedang aku pikirkan.

"Kaka masih suka sama luna?"

"Engga.."

"Masih cinta?"

"Engga.."

"Kaka masih sering ngobrol sama dia?"

"Engga sayang..."

"Syukur deh..."

"Syukur kenapa?"

"Ya syukur lah kalo engga. Emang mana ada cewe yang mau pacarnya masih sering berhubungan dengan mantanya?. Hampir lupa, trus kenapa waktu itu dia marah-marah sama kaka di cafe?"

"Gak tau... mungkin dia gak suka liat aku deket sama kamu. Udah.. jangan terlalu mikirin dia ya"

Aku hanya mengangguk mendengar permintaanya.

"Aku pulang dulu ya, salam buat papa dan mama-mu. Bilangin calon menantunya minta maaf gak bawa apa-apa?" Katanya sembari tersenyum.

Aku yang mendengarnya malah tertawa.

"Hati-hati ya kak, kabarin nanti kalau udah sampe rumah"

Dia mengangguk, aku memasuki pintu pagar rumah dan berjalan ke dalam diiringi dengan suara motor Brian yang berangsur-angsur menghilang pergi.

Halaman rumahku lumayan luas, mama sangat suka dengan bunga asoka merah, sebagian besar bunga yang ditanam di halaman rumah adalah bunga asoka, katanya memberi kesan rapi. Terdapat juga sebuah ayunan yang biasa aku duduki saat aku sedang ingin menikmati angin malam.

Aku duduk sebentar pada ayunan sembari sedikit memaikanya, tiba tiba ayunanku seperti ditahan seseorang.

"Randy??"

"Dari mana?, kata Reno tadi Brian kesini?"

Aku gugup setelah mendengarnya menanyakan itu.

"Oh, iya.." Jawabku mencoba santai dan tersenyum padanya

"Sejak kapan Brian sedeket itu sama Lu"tanyanya lebih lanjut.

Aku melihat Randy mulai menyebalkan, atau lebih tepatnya aku tidak suka pembicaraan ini dilanjutkan

"Apaan sih Ran, kepo banget. Seterah gue lah" jawabku sembari berdiri dan berjalan menjauhinya.

Dengan sangat cepat dia memegang tanganku dan seperti menarik. Aku kehilangan keseimbanganku dan akan terjatuh... aku jatuh dipelukanya.

Tidak sengaja ku rasakan detak jantungnya karna posisi kepalaku persis didadanya. Suara jatungnya sangat tidak beraturan dan mata kami saling bertatapan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel