Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Masih Perawan

"Jangan menolak, aku, Maya, atur nafas kamu dan nikmati saja," hembusan nafas hangat dari bibir Reno di leher Maya membuatnya mengelenjir tidak jelas. Tubuhnya meremang dan tak mampu menolak permintaan Reno.

Tangan lincah Reno dengan cepat sedang menikmati permainan meremasnya. Reno tersenyum saat dia berhasil melihat wajah polos Maya yang kini memerah menahan gejolak ingin meminta terus diremas olehnya. Reno terus memutar benda kecil dari kedua bongkahan kenyal Maya.

"Mas, ahh shh umm shh ahh. Aku mohon jangan lakukan ini padaku. Aku berjanji akan membayar semua hutangku padamu, tapi tolong jangan lakukan ini, Mas" kesadaran Maya dengan desahan membuat Maya sepenuh sadar. Tiba-tiba wajah ibunya yang terbaring di rumah sakit membuatnya kembali waras.

Maya menghentikannya, tangan Maya mencengkram kedua tangan Reno. Reno menghentikan gerakan memutar dan meremasnya. Melihat wajah Maya sedih seolah hatinya tersentuh.

"Sampai kapan Maya? Memangnya kamu mau seumur hidupmu melayani aku? Uang yang kuberikan tadi sebagai jaminan tidak kecil, kamu juga tahu itu kan? Aku hanya memintamu sedikit berkorban, memang apa ruginya? Bukankah ini pengorbanan kecil demi kesembuhan ibumu. Bukankah kamu ingin, ibumu cepat sembuh?" dengus Reno.

Kesal saat Maya menolak dan menghentikan pergerakan. Dibawah sana, milik Reno sudah ga sanggup menahannya. Makin mengeras dan menegang saat dia meremas dua bongkahan kenyal milik Maya. Yang mengeras sudah meminta dikeluarkan dan dimanjakan oleh lipatan kenikmatan yang membuat Reno makin penasaran dengan milik Maya yang disembunyikan dibalik gaunnya itu.

Maya terdiam. Tidak berani lagi melawan perkataan Reno, perlawanannya perlahan melemah. Dia tak lagi mencengkam kedua tangan Reno. Dia melepaskannya dengan pasrah. Apa yag dikatakan Reno benar adanya. Dia memang secara tidak langsung sudah menjual dirinya untuk pengobatan sang ibu.

"Katakan padaku, kau masih perawan?" pertanyaan itu sekarang dijawab dengan anggukan lemah oleh Maya.

"Kau memiliki kekasih?" Maya mengangguk pelan lagi. Dia memang memiliki seseorang yang sangat dicintainya.

"Apa saja yang sudah kalian lakukan? Apa kau sudah melakukan sejauh ini?" Reno sedikit kecut saat mengetahui Maya sudah mempunyai kekasih. Padahal sebelumnya, mau wanita secantik dan seseksi apapun, asalkan urusan ranjang dengannya terpenuhi, hal itu bukan masalah buatnya.

Reno penasaran meremas kedua bongkahan kenyal milik Maya, tapi Maya menggeleng. Saat mendapatkan jawaban Maya, Reno tersenyum. Lalu kembali Reno menyambar bibir Maya, tetap sama saat Reno meminta jawaban, Maya tetap menggeleng.

Cih, apa saja yang dilakukan kekasihnya? Mereka berdua bodoh atau si Maya ini yang menolak melakukan itu. Mereka belum melakukan apapun atau kekasihnya tidak normal. Daging begitu kenyal dan nikmat seperti ini dibiarkan begitu saja. Tapi, setidaknya aku benar benar tidak rugi banyak. Dia masih perawan dalam hal apapun.

"Jadi, aku yang pertama melakukan ini?" Maya tertunduk malu mengakuinya. Sekilas tanpa diketahui Maya, Reno tersenyum kembali. Entah apa yang membuatnya tersenyum melihat wajah Maya. Tapi, ada perasaan bahagia saat dia tahu, dialah orang pertama yang melakukannya.

Ceklek! Reno terkejut saat pintu mobilnya dibuka, "Untung saja mobil lo belum jalan. Gue malas nyetir," ucap Rama menerobos masuk dan tanpa sengaja melihat bagian atas Maya yang sudah dibuat toples oleh kakaknya.

Maya melompat memeluk Reno dengan erat, “Cih, kalau masuk bilang bilang, bikin dia terkejut saja!” celetuk Reno, dengan cepat dia menarik resleting Maya, menutup dan membenarkan apa yang sudah dibukanya tadi.

“Heheheh, maaf gue ga sengaja. Biasanya juga tidak apa-apa. Lagian kita kan biasanya menikamtinya bergantian,” ceplos Rama, dia melirik wajah Maya yang masih merah seperti udang rebus. Malu. Sedangkan Reno melingkarkan tangannya dipinggang Maya.

“Kali ini tidak, yang ini tidak bisa lo ikut campur. Dia hanya boleh buat gue, lo mengerti, Rama?” Reno secara langsung memberi peringatan untuk adiknya. Reno tahu, apa yang dia pakai atau gunakan, jika kakaknya bosan atau tidak suka lagi, Rama boleh memilikinya juga sampai bosan.

“Kenapa? Bukannya dia sama saja?” Rama heran karena Reno tak pernah bersikap seprotek ini pada wanita manapun. Baginya, wanita itu, yang dibawa dan diperkenalkannya sebagai istri adalah yang pertama diperlakukan berbeda olehnya.

“Tidak yang ini berbeda. Jangan sentuh, dia hanya milik gue. Gue juga harap lo sudah mulai mencari seseorang juga!” Reno menambah erat pelukannya dan mencium pipi Maya. Dia benar benar ga mau berbagi wanitanya yang ini. Reno mau menikmatinya sendiri sampai dia bosan dan kalau sudah bosan entah apa yang akan dia lakukan terhadap Maya.

“Oke. Heheheh, rupanya kakak ipar gue ini memiliki pesona yang berbeda sampai bikin lo sebegitunya,” Rama memberikan tatapan yang hanya dimengerti oleh mereka.

“Iya, dia beda. Sangat berbeda dan spesial!” celetuk Reno tidak memperdulikan lagi Rama, kini menarik Maya dalam pengkuannya. Maya ingin menolak, tapi tidak berani. Diam dan pasrah yang dapat dia lakukan, tapi tatapan Rama membuat Maya bergidik ngeri.

Maya? Hemm. Sepertinya dagingnya lebih nikmat dari bayanganku. Aku nggak sabar buat mencicipinya juga. Tenanglah, tunggu sebentar lagi kakak ipar, aku pasti kan kau juga bisa merasakan kenikmatan dariku sampai kau tidak bisa membedakannya lagi.

Mobil Reno berhenti disebuah rumah dengan pekarangan yang cukup besar. Rama turun lebih dulu membuka pintu dan diikuti Maya yang didorong keluar untuk mengikuti adiknya.

“Mas, aku mau pulang bisa kan? Acaranya juga sudah selesai, tolong kembalikan tas dan ponselku. Aku mau menelpon Bram kekasihku,” Maya mendekatkantubuhnya. Yang terlihat Rama adalah wanita itu sedang merayu dan mengoda kakaknya.

Cih, apanya yang berbeda. Dia atau wanita manapun tetap sama. Hanya butuh uang dan jabatan dari kami keluarga Baskoro.

“Aku tidak akan mengizinkanmu pulang sebelum aku mendapatkan jatah malam pertamaku. Kau mengerti kan? Yang tadi tidak termasuk hitungan. Aku hanya baru meremasnya sebentar dan,” Reno melihat mata Maya terlihat gelisah. Dia tidak menginginkannya ikut masuk bersama dua saudara yang menurut Maya siap menerkam kapan saja.

“Ti-tidak, aku tidak mau!” Maya spontan berteriak saat Reno menarik tangannya. Rama menoleh sesaat dan melihat Maya menahan keras tubuhnya saat kakaknya menarik paksa.

“Maya aku hitung sampai tiga, kalau kau tetap menolak jangan salah kan aku memaksamu dengan caraku,” Reno mulai memberikan ancaman dan tekanannya. Maya tetap menggeleng kuat. Menolaknya untuk ikut.

“Satu dua tiga,” kini Reno yang menarik keras tangan Maya hingga tubuh mungilnya menghantam tubuhnya. Reno mengangkat Maya di pundaknya. Meski Maya berteriak keras pun tidak di dengarkan oleh Reno.

“Tidak, aku tidak mau. Aku tidak mau masuk. Aku mau pulang, tolong aku!” teriak Maya semakin menjadi dengan ronta di tubuhnya. Sepatu yang dia pakai pun sudah berceceran di lantai.

Hahahah, rupanya kakak iparku ini memang lebih menarik. Pantas saja aku merasa ada yang berbeda tadi, ternyata dia tidak seperti wanita lainnya yang gampang kami taklukan dengan uang. Aku salah menilainya tadi, dia memang benar benar berbeda. Oh, Maya, kakak iparku, bersiaplah aku akan segera mengejarmu. Aku ingin tahu sekuat apa nanti kau menolak pesonaku.

Rama dengan senyuman smirk saat melihat Reno si kakak sedikit kewalahan dengan sikap Maya. Maya berontak seperti gorilla yang sedang mengamuk. Memukul dan menjambak rambut Reno yang sedang membawanya masuk ke kamar pengantin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel