Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ruangan

"Um, Nad, ayo kita lakukan ah," Reno baru saja menutup pintu ruangan sebelah yang disiapkan khusus olehnya.

Reno sedang sudah membuka gaun Nadia hingga turun ke perut dan memangku Nadia duduk. Reno sedang rakus menikmati dia bongkahan kenyal milik Nadia. Dia menjilat mengesap dan mengulumnya dengan rakus. Tak membiarkan Nadia bergerak dalam dekapannya hingga saat melakukan itu tangan Reno bebas menarik gaun bawahnya hingga perut.

"Ahh hmm enak banget, Ren, umm!" Nadia bak cacing kepanasan di pangkuan Reno dan dia tak sabaran juga membuka resleting celana milik Rena dan Nadia yang hanya menggunakan kain penutup di intinya hanya seujung jari memudahkannya masuk kepemilikan Reno dengan sempurna.

"Ahh nikmat banget, Nad. Ayo goyang yang dalam umm ahh," Reno melepaskan belitan mulutnya di dua benda kenyal milik Nadia, kini Reno meremasnya dengan kuat saat Nadia sedang bergoyang di atasnya.

"Umm, Reno itu benaran istri kamu," selidik Nadia, dia sebenarnya kecewa saat harus datang ke resepsi pernikahan Reno.

"Iya, aku baru menjemputnya tadi. Dia gadis sederhana, nggak liat seperti kamu, Nad, ahh lebih kencang lagi Nad, ah disitu enak banget Nad!" Rancu Reno menikmati hentakan dari Nadia yang sedang bekerja keras diatasnya.

Meski dalam kondisi menikmati tubuh Nadia. Reno nggak mungkin kejebak dengan ucapan Nadia yang sedang menyelidikinya. Dia tahu, Nadia menyukai sejak lama. Bahkan Nadia rela memberikan perawannya untuk Reno, tapi sejak dulu Reno memang sangat sulit ditaklukkan hatinya. Nadia hanya bisa dekat dengan Reno saat Reno membutuhkan dirinya di ranjang. Sama seperti adiknya, Rama, Nadia juga menjadi pemuas gairah mereka saat sedang membutuhkan.

Nadia rela melakukannya karena perusahaan Nadia memang membutuhkan sokongan dari keluarga Baskoro. Jadi, jika hanya harus mengorbankan diri untuk kelangsungan perusahaan peninggalan ayahnya, Nadia rela. Hanya saja, dia terbawa perasaan saat bercinta dengan Reno. Dia jatuh cinta, sedangkan meski Rama mirip dengannya, Nadia hanya melakukan dengan cinta saat bersama dengan Reno.

"Sungguh dia istrimu, kalau begitu kita sudah nggak bisa begini lagi dong," Nadia berkata lirih sesaat menghentikan goyangannya.

"Ahh jangan berhenti, Nad. Kamu gila, lagi enak enaknya, sebentar lagi aku mau keluar!" Reno sedikit meninggalkan suaranya saat Nadia menghentikan gerakan. Selama bercinta dengan wanita manapun. Baik Reno atau Rama, mereka berdua nggak mau bekerja keras, mereka membiarkan wanita yang memberikan kepuasan bagi mereka.

Reno dan Rama kembar identik hampir tidak ada yang tahu perbedaannya. Bedanya di Rama, dia kidal sedangkan Reno tidak. Tapi, kadang tidak ada yang menyadari itu karena diam diam Rama mempelajari bagaimana cara mengendalikan tangan kidalnya. Karena saat dibutuhkan sebagai pengganti mendadak oleh kakaknya, Rama harus terlihat mirip dengannya.

"Akhh, umm, aku mau keluar, Nad, menyingkirkanlah dan buka mulutmu," saat mendengar tanda dari Reno, Nadia segera bangun dan tepat saat Nadia membuka mulutnya. Reno menyumpalkan miliiknya hingga laharnya masuk semua kedalam mulut Nadia.

Inilah keduanya, Reno dan Rama, saat mereka bercinta dengan wanita manapun mereka selalu memastikan cairan mereka tidak tertinggal di rahim manapun. Karena mereka berdua akan menggunakan wanita yang sama saat berhubungan. Tapi, cairannya hanya akan di buang ke lantai atau ke mulut wanita itu.

"Datanglah besok ke kantor, kau bisa menemui aku atau Rama. Sama saja, dia akan mengurus kontrak perusahaanmu," Reno bergegas merapikan celananya.

"Apa aku juga tetap harus melayani, Rama saat meminta kontraknya?" Tanya Nadia sedikit kesal. Sebenarnya dia nggak mau melakukan itu.

"Tanya saja dengan Rama langsung, aku nggak bisa memutuskan. Bagian kontraknya dia yang menyetujui. Kalau dia menginginkannya kau berikan saja. Ini kan bukan kontrak pertama kamu, masih aja kamu mempertanyakan itu, Nad. Sudah aku mau keluar kasihanan istriku kalau kelamaan sama Rama," ucap Reno.

Nadia cuma bisa menggigit jari saat Reno berkata seperti itu. Sebenarnya dia nggak mau hanya jadi pemuas ranjang kakak beradik itu, tapi besarnya nama perusahaan Reno dan memiliki banyak cabang di dalam dan luar negeri membuatnya mau nggak mau menuruti kemaun Reno dan Rama.

Setelah sentuhan yang meresahkan bagi Maya dari tangan Rama, dia segera menjauh. Dia nggak mau mendekat dengan Rama, meskipun Rama sepertinya enggan berjauhan dari Maya.

"Kakak ipar kok jauh banget duduknya, sini dong. Aku kan cuma pengen dekat dan ngobrol bareng kakak ipar," goda Rama, dia sedikit terkejut saat Maya menepis tangannya dengan kasar.

Biasanya, wanita manapun, hanya di lirik oleh Reno atau Rama langsung meleleh kayak es batu, tapi kasus itu nggak berlaku untuk Maya.

Duk! Maya terkejut saat merasakan tubuhnya di peluk dari belakang. Tangan seseorang melingkar dipinggang dan kepalanya tertunduk lelah dibahunya.

"Aku lelah banget sayang, kita pulang saja ya. Ini kan malam pertama kita. Aku ingin segera mencicipi kamu," bisiknya. Seketika Maya menghindari, menarik tubuhnya dan brukk Maya malah tak sengaja merobohkan tubuhnya ke pelukan Rama yang tepat di hadapannya.

Kedua benda kenyal milik Maya tak sengaja menggesek di dada Rama. Membuat Rama kalang kabut dan kaget. Pasalnya sejak tadi dia sudah menelan air liurnya. Rama tak sabar ingin mencicipi dua benda kenyal milik kakak iparnya. Seperti itulah yang terlihat di benak Rama. Dia merasa, wanita manapun yang dibawa kakaknya boleh dia ikutan mencicipi.

Tapi kali ini ada yang berbeda dari sikap Reno. Dia menarik tubuh Maya dengan cepat. Bersikap posesif pada Maya. Seakan Maya nggak boleh disentuh oleh siapapun. Dan itu sangat disadari oleh Rama karena kakaknya tanpa bicara membawanya pergi.

"Wanto, kamu tunggu saja disitu," Reno mencegah supir sekaligus asistennya masuk mobil. Wanti mengerti dan mengangguk.

Brukk! Maya terkejut saat dirinya dilemparkan kasar lagi ke mobil.

"Aw, sakit sih Mas Reno, pelan-pelan. Aku ini manusia bukan barang," Celetuk Maya kesal karena laki-laki itu seenaknya saja berbuat yang dia mau.

Reno menarik sudut bibirnya kecut, dia paling nggak suka dibentak atau diperintah oleh orang lain. Tapi, saat Maya yang melakukannya dia merasa sedikit lucu dan menggemaskan.

"Buka resleting gaunmu atau aku yang akan melakukannya!" perintah Reno.

"Bu-buka? Nggak, nggak mau. Aku kan sudah bilang, aku nggak jual diri, Mas," ucap Maya menolak permintaan Reno.

"Cih, sejak dokter menangani perawatan ibumu, kamu itu sudah menjual diri padaku. Aku harap kamu masih perawan agar uang yang aku keluarkan sebagai uang muka dirumah sakit nggak sia sia," celetuk Reno sudah membuat kedua mata Maya membulat lebar.

"Maksudnya?" Maya sedang bingung dengan perkataan Reno.

Reno yang nggak sabar, padahal belum lama dia sudah menikmati tubuh Nadia, tapi saat melihat tubuh Maya, benda miliknya semakin nggak busa dikendalikan dan terus menerus mengeras untuk meminta dikeluarkan.

"Ahh umm sshh," Maya terkejut saat tubuhnya ditarik Reno kepelukan dan tangan Reno dengan lincah menurunkan resleting miliknya hingga dua benda kenyal milik Maya keluar tanpa ada kain penghalang.

"Umm bibir kamu ternyata manis juga May, ahh dan ini sejak tadi menantangku terus," Maya spontan merebahkan kepalanya di pundak Reno saat tangan Reno mulai memilin kedua benda kecil milik Maya agar makin menegang dan kencang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel