BAB. 6 Saling Suka
Masa Orientasi Sekolah yang berlangsung selama tiga hari di SMA CIPTA NUSANTARA akhirnya selesai juga. Para siswa-siswi baru, dengan seragam putih abu-abu yang masih terlihat baru dan bersih, mulai berbaris rapi di lapangan sekolah yang luas. Cahaya matahari pagi yang terang benderang menambah kesan hangat pada suasana hari itu.
Di depan barisan anak-anak, terlihat Ibu Zizi, kepala sekolah yang selalu tampil anggun dan tegas, siap memberikan sambutan di hari terakhir Masa Orientasi Sekolah bagi para siswa-siswi baru.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Zizi dengan senyum hangatnya. Suaranya terdengar jelas melalui mikrofon, menciptakan kesan yang penuh kehangatan namun tegas.
“Selamat pagi, Bu Zizi!” Suara riuh siswa-siswi terdengar mulai membahana.
"Baiklah, anak-anak. Khususnya bagi siswa-siswi yang baru saja menyelesaikan masa orientasi sekolah. Saya selaku kepala sekolah mengucapkan selamat datang di SMA CIPTA NUSANTARA. Kalian telah melalui tiga hari masa orientasi sekolah dengan baik. Saya berharap kalian bisa segera beradaptasi dan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa-siswa senior di sekolah kita iini. Semoga kalian semua bisa berprestasi dan membawa nama baik sekolah kita."
Siswa-siswi baru mendengarkan dengan seksama semua penuturan dari Bu Zizi, meski beberapa dari mereka terlihat gugup. Di dalam barisan ada Kezia, seorang siswi senior yang selalu tampil percaya diri namun hari itu terlihat sedikit gelisah menatap ke arah panggung dengan mata yang tajam, memperhatikan setiap gerakan dan ucapan Bu Zizi. Sepertinya gadis itu sedang menunggu seseorang naik ke podium menggantikan sang kepala sekolah untuk berpidato.
Lalu beberapa setelah Bu Zizi selesai berbicara, mikrofon diserahkan kepada Arnold Zafazel, ketua OSIS yang terkenal di sekolah tersebut. Arnold, dengan wajah tampan dan senyum yang memikat, naik ke podium dan mulai memberikan sambutannya.
"Selamat pagi teman-teman semua! Saya, Arnold Zafazel, ketua OSIS di SMA CIPTA NUSANTARA. Saya ingin mengucapkan selamat datang kepada adik-adik semua. Saya berharap kalian bisa segera berbaur dengan kami, siswa-siswa senior, dan bersama-sama kita bisa membuat kenangan indah selama menuntut ilmu sekolah ini."
Namun, perhatian para siswa-siswi baru bukan sepenuhnya tertuju pada apa yang Arnold katakan. Wajah tampan Arnold membuat banyak dari mereka yang begitu sangat terpana, bahkan lupa dengan isi sambutannya. Kezia yang berada di barisan depan merasa terganggu melihat siswi-siswi baru lebih tertarik dengan penampilan Arnold daripada sambutannya.
"Ini benar-benar konyol," gumam Kezia dalam hati.
"Bukannya fokus pada apa yang dikatakan oleh Arnold! mereka malah sibuk mengagumi wajahnya," kesalnya dalam hati.
Arnold, meski sedang berbicara di depan umum, namun matanya sesekali melirik ke arah seorang siswi baru yang tampak berbeda dari yang lain. Siswi itu berdiri dengan anggun, wajahnya cantik dan memiliki senyuman yang menawan. Arnold merasa tertarik pada pandangan pertama.
"Teman-teman, ingatlah bahwa di sini kita bukan hanya untuk belajar akademis, tapi juga untuk belajar berorganisasi, bersosialisasi, dan mengembangkan diri kita secara keseluruhan," lanjut Arnold sambil terus melirik ke arah siswi baru yang menarik perhatiannya.
Selesai memberikan sambutan, Arnold turun dari podium dan berbaur dengan para siswa-siswi baru. Dia berusaha mendekati siswi yang menarik perhatiannya tadi. Siswi itu bernama Jasmine, dan dia juga tampak menyadari bahwa Arnold memperhatikannya.
"Hei, namamu Jasmine, kan?" sapa Arnold dengan senyum hangatnya.
Gadis itu tersenyum malu-malu. "Iya, aku Jasmine. Kamu Arnold, ketua OSIS, ya?"
"Iya, benar sekali. Aku berharap kita bisa berteman dan kamu bisa cepat beradaptasi di sini," jawab Arnold dengan penuh keramahan.
“Terima kasih, Kak Arnold. Saya permisi dulu.” Lalu pamit kepada sang ketua OSIS. Karena Zera dan Mary, kedua sahabat Jasmine, memanggil-manggil dirinya untuk segera berlalu dari kerumunan tersebut.
Joseph dan Farez yang tadinya ingin mendekati Mary dan Zera, kedua sahabat dari Jasmine terpaksa mengurungkan niat mereka untuk mendekati kedua gadis itu.
“Sial! Gagal lagi mendekati Mary!” kesal Joseph.
Sedangkan Farez hanya mampu menatap kepergian Zera dari hadapannya.
“What? Tinggal selangkah lagi? Tapi Zera malah pergi begitu saja?” ujar Farez gusar dari dalam hatinya.
Padahal ada Thalita dan Lena yang dari tadi berusaha mendekati kedua pria tampan itu, namun sama sekali tidak digubris oleh mereka.
Sementara itu, Kezia yang memperhatikan dari kejauhan merasa semakin kesal karena Arnold yang terus mencoba mendekati Jasmine. Bahkan para siswi baru lainnya juga mulai mendekati Arnold.
"Apa mereka tidak sadar jika Arnold hanya milikku!" gumam Kezia dengan kesal.
Tidak jauh dari situ, siswi-siswi baru juga sedang membicarakan Arnold.
"Wah, Kak Arnold ganteng banget ya!" kata salah satu dari mereka.
"Kira-kira dia punya pacar nggak, ya?"
"Iya, aku juga penasaran. Dia baik dan ramah banget," tambah yang lain.
Kezia mendekati mereka dan mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Hei, siswi-siswi baru! Kalian dengar sambutannya Arnold tadi? Dia mengatakan jika sangat penting untuk kita segera berbaur dan aktif di kegiatan sekolah! Bukan malah bergosip tentang Ketua OSIS!" geramnya mencoba meredam kekesalan hatinya.
"Oh, iya benar juga. Tapi wajahnya Kak Arnold itu lho, nggak bisa dilupakan," jawab salah satu siswi dengan tertawa kecil.
Lalu tiba-tiba,
"Anak-anak, mari kita berkumpul di aula untuk penutupan acara masa orientasi sekolah. Jangan lupa untuk selalu menjaga kedisiplinan dan semangat belajar kalian," ujar Bu Zizi.
“Siap, Bu!”
Siswa-siswi pun mulai bergerak menuju aula, dengan perasaan campur aduk antara senang dan gugup.
Di aula, acara penutupan berlangsung dengan meriah. Ada penampilan dari beberapa siswa senior yang menunjukkan bakat mereka dalam bidang seni, seperti menyanyi, menari, dan bermain musik. Jasmine, Zera, Mary dan teman-teman barunya menikmati setiap penampilan dengan penuh antusias.
Di atas panggung yang sederhana namun penuh semangat, tiga pria muda berdiri bersiap-siap dengan instrumen mereka. Farez, dengan rambut yang sedikit berantakan, duduk di belakang set drum dengan senyuman percaya diri. Arnold, si tinggi dan atletis, mengenakan kemeja flanel dan jeans robek, memegang bass dengan mantap. Di tengah panggung, Joseph berdiri dengan gitar di tangan, suaranya yang merdu dan penampilannya yang karismatik membuatnya menjadi pusat perhatian. Ketiganya telah berganti pakaian dari seragam sekolah menjadi kostum yang lebih casual. Mereka adalah trio populer dari SMA CIPTA NUSANTARA, dan ketiganya siap untuk menggebrak penutupan masa orientasi sekolah.
"Siap, Guys?" tanya Joseph sambil melihat ke arah dua sahabatnya.
"Lebih dari siap!" balas Arnold sambil mengepalkan tangan, memberikan semangat pada Farez yang tersenyum lebar.
"Lets rock this place!" Farez mengangkat stik drum di udara dan mulai menghitung tempo.
Penonton sudah berkumpul di depan panggung, sebagian besar siswa-siswi baru yang masih dalam euforia awal tahun ajaran. Namun, perhatian Joseph, Arnold, dan Farez tertuju pada tiga gadis yang berdiri agak di belakang, Jasmine, Mary, dan Zera. Tiga gadis itu tampak berbeda dari yang lain, mungkin karena mereka adalah siswi baru. Jasmine dengan rambut panjangnya yang terurai, Mary dengan senyum manisnya yang membuatnya terlihat cantik, dan Zera yang selalu tampil sporty.