Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5

"Ma ... Kayak suara Abi teriak minta tolong. Bener gak sih? Apa cuma perasaan Papa aja," ucap Arga sambil membangunkan Nita yang masih belum tersadar dari tidur lelapnya.

"Hemmm ... Cuma mimpi kali. Halusinasi. Abi kan kuat, ngapain juga teriak -teriak di kamar. Kamra tidurnya juga selalu terkunci rapat," ucap Nita dengan suara serak.

"Mungkin takut dengan tokek atau ada cicak kawin," ucap Arga spontan.

"Ini Amerika bukan Indonesia," ucap Nita sekenanya.

"Lalu? Hubungannya apa?" tanya Arga bingung.

"Gak ada si Pa. Udahlah biarin aja," ucap Nita lirih karena kedua matanya memang masih lengket dan mengantuk.

"Papa mau bangun. Mau lihat Abigail dulu. Takutnya ada apa -apa. Mama kalau mau tidur ya tidur saja," ucap Arga langsung berdiri dan berjalan menuju lantai atas di kamar Abigail.

Nita mengalah dan ikut bangun mengikuti dibelakang Arga.

"Suutttt ...," bisik Arga menyuruh Nita diam.

Nita menganggukkan kepalanya dan menatap ke arah kamar Abigail yang tertutup tapi terdengar suara teriakan Abigail

Eittttss ... Kali ini suara itu berubah, bukan hanya suara Abigail yangberteriak keras, melainkan suara Zia yang berteriak histeris seperti sedang dipaksa untuk melakukan sesuatu.

"Pa ... Kok suaranya berubah?" tanya Nita bingung.

"Papa juga bingung Ma. Tadi suara Abigail kenapa sekarang suara Zia? Atau jangan- jangan?" ucapan Arga yang ikut cemas sendiri.

"Ahh ... Papa gimana dong. Masa ada maling di Amerika? Selama ini aman lho," ucap Nita takut.

"Udah ... Mama diem sekarang ikut aja, jalan di belakang Papa," titah Arga berbisik sambil membawa tongkat bisbol untuk memukul bila benar ada penyusup ke dalam rumahnya.

Arga dan Nita berjalan semakin mendekat dan teriakan itu semakin jelas.

"Jangan Bi!! Tolong ... Jangan lakukan itu BI!! Kita berteman sudah lama. Jangan rusak pertemanan kedua orang tua kita," ucap Zia keras sambil menatap tajam ke arah Abigail yang berdiri di depan pintu sambil berdecih kesal dengan sikap Zia.

"Kamu gila Zia!!" ucap Abigail sinis sambil mengetuk -ngetuk pintu kamarnya dengan kencang.

Zia denagn berani berdiri dan berjalan ke arah Abigail sambil merobek -robek pakaiannnya agar terlihat seperti telah terjadi sesuatu. Rambut Zia sengaja di buat acak -acakkan dan celana pendek itu sengaja di lepas dan di lempar sesuka hati Zia.

"Aku memang sudah gila!! Gila karena kamu Bi!! Aku tidak terima kalau ubungan kita hanay sandiwara," ucap Zia dengan geram.

"Sinting kamu!! Pah!! Papah!!" teriak Abigail tak mempedulikan Zia. Abigail tahu, Zia sengaja membuat kegaduhan dan ingin merusak nama baiknya dengan melakukan perbuatan tak baik ini.

BRAK!!

Arga menendang pintu kamar Abigail dan dengan sigap, Zia langsung memeluk Abigail dari belakang, namun Abigail melepaskan tangan Zia dan Zia berpura -pura terjatuh di lantai.

"Papah!! Mamah!!" teriak Abigail begitu melihat Arga mendobrak pintu amar Abigail.

Nita melotot melihat Abigail berada di dalam kamar bersama Zia.

"Apa yang kalian lakukan di dalam. Kalian masih sekolah," ucap Nita terbata. Nita tak habis pikir dengan kejadian malam ini. Arga pun tak percaya dengan pemandangan ini. Melihat Zia yang sudah setengah telanjang di lantai kamar Abigail.

"Kami tidak melakukan apa -apa Ma, Pa. Percaya sama Abi," ucap Abigail dengan raut wajah yang begitu cemas meyakinkan kedua orang tuanya bahwa tidak pernah terjadi apa -apa antara dirinya dan Zia.

Seketika Zia langsung menangis dan menutup sebagian tubuhnya dengan kedua tangannya. Akting yang begitu sempurna sekali.

"Om ... Tante ... Abi ...," ucapan Zia langsung terhenti saat Abigail langsung menyela dan membentak Zia.

"Kamu perempuan gila!! Kamu yang mendatangi kamar saya!! Kamu yang merobek pakaian kamu sendiri. Tapi kamu jebloskan saya dalam keadaan yang rumit. Jahat kamu Zia!! Papa dan Mama harus percaya Abi. Selama ini Abi sangat menjaga harga diri dan nama baik keluarga. Untuk apa Abi melakukan hal buruk yang malah merusak citra Abi sendiri!!" ucap Abigail yang berlalu dari kamarnya dan tak peduli lagi apa pemikiran kedua orang tuanya nanti,

Seharusnya kedua orang tua Abigail lebih bijak menyikapi dan berpikir memakai logika. Kalau saja ABigail menginginkan Zia, tentu Abigail akan mendatangi kamar Zia bukan sebaliknya.

"Abi!! Papa mau bicara!! Abi!! Bantu Zia, Ma," titah Arga pada istrinya.

Nita langsung membantu Zia berdiri dan membawa Zia masuk ke dalam kamarnya. Nita mengajak Zia duudk di kasur dan mencoba bertanya tentang kejadian yang baru saja etrjadi.

"Ganti baju dulu Zia," titah Nita pada Zia.

"Iya Tante," jawab Zia langsung mengambil daster pendek dan mengganti pakaiannya di kamar mandi.

Zia mulai menceritakan cerita bohong yang telah di siapkan untuk menjatuihkan nama baik Abigail. Menurut Zia, cara ini bakal ampuh untuk lebih cepat mendapatkan Abigail.

"Jadi begitu Tante ceritanyaa," ucap Zia dengan wajah sendu.

"Maafkan Abigail. Sekarang kamu istirahat sudah malam. Besok kamu harus sekolah," titah Nita pada Zia yang tidak bisa memberikan keputusan apapun.

Zia hanay mengangguk kecil dan langsung menuruti kata -kata NIta. Nita juga segera beranjak dari kamar Zia dan keluar lalu menutup pintu kamar Zia.

Nita penasaran dengan kejadian sebenarnya. Dari tatapan Zia, Nita tahu, Zia berbohong. Nita kembali masuk ke kamar Abigail dan mencari sesuatu bukti yang mungkin bisa di temukan.

Nita menatap meja belajar Abigail yang makin di penuhi oleh foto -foto Dara. Nita tahu, sejak dulu Abigail menyukai putri ketiga dari Clara, sahabatnya. Tak heran, kamarnya selalu di penuhi senyum Dara yang selalu membuat Abigail bersemangat.

Nita memungut kunci kamar Abigail yang ada di keranjang sampah. Kunci itu tak cuma satu tapi ada dua. Satu kunci berwarna emas dan kunci lainnya berwarna silver. Sudah di pastikan, salah satunya adalah kunci duplikat.

***

"Masih sedih Kak? Masih cari tahu dimana Dara?" tanya Puspa yang sengaja masuk ke dalama kamar Dimas.

"Mau apa kamu ke kamar Kakak? Semua ini gara -gara kamu!!" ucap Dimas penuh emosi.

"Kok jadi Puspa yang disalahkan?" ucap Puspa merasa dirinya benar.

"Terus mau nyalahin siapa?" tanay Diams melotot ke arah Puspa.

"Salahkan diri Kakak sendiri. Buakn nyalahin orang!! Lagi pula kejadian itu udah lama. Masa sih gak bisa move on dari Dara," ucap Puspa kesal.

"Kamu sahabat Dara, lho. Kenapa kamu malah tidak pernah berempati dengan apa yang menimpa Dara. Terus, Kakak lihat, kamu juga seperti sennag melihat Dara tidak lagi sekolah disana? Ada apa? Ada masalah apa kamu sama Dara?" tanya Dimas penasaran.

"Gak ada. Jangan nuduh dong," ucap Puspa langsung pergi dari kamar Dimas.

Dimas merasa ada sesuatu yang tidak beres anatara Puspa dan Dara. Sepertinyaaku harus cari tahu soal ini. Jangan samapi berlarut salah paham ini, batin Dimas di dalam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel