Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

"Kalian sudah kenal?" tanya Grace penasaran menatap Dara yang tak berkedip menatap Abi dan Zia yang kini duudk disamping Abi sambil menggeser duduknya agar lebih merapat kepada Abi.

"Eh ... Kenapa grace? Gak fokus tadi," ucap Dara sedikit gugup.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Grace mengulang.

"Gak kok. Kita gak kenal. Ekhemm ... Dara mau ke kamar mandi dulu ya," ucap Dara mantap lalu berdiri dan pergi dari sana.

Hatinya mulai di selimuti keresahan. Dara mulai tidak percaya dengan ucapan laki -laki. Tidak ada laki -laki yang bisa di pastikan ucapannya kecuali Papahnya, Kak Lio dan Kak Radit, iparnya.

Dara masuk ke dalam kamar mandi dan menatap ke arah cermin yang ada di kamar mandi lalu membasuh kedua tangannya.

"Kak Abi? Syukurlah kalau sudah punya pacar. Ternyata pacarnya adalah Kak Zia," ucap Dara dengan senyum kecut.

Dara beberapa kali main ke rumah Tante Nita dan Om Arga karena di ajak Mama Clara. Setiap main kesana pasti bertemu dengan Abigail yang selalu pulang malam di ikuti dengan Zia di belakang Abigail. Dari situ, sikap Abigail mulai berubah dan tak seperti dulu.

"Kenapa? Panik ya?" ucap seseorang yang tiba -tiba sudah berdiri di belakang Dara. Ya, Zia mengikuti Dara ikut ke kamar mandi.

Dara menoleh ke belakang menatap Zia. "Panik? Panik kenapa?"

Zia melangkah dan berdiri di samping Dara lalu mengeluarkan pouch dari tas kecilnya untuk mengambil lipstik dan bedak.

"Soal Abi," ucap Zia merasa menang.

"Terus? Hubungannya sama Dara apa?" tanya Dara bingung.

"Dia lupa sama kamu," ucap Zia tertawa keras karena senang.

"Dasar wanita aneh," umpat Dara kesal lalu pergi begitu saja dari kamar mandi dan kembali ke meja bersama kedua temannya.

Zia hanya tersenyum sengit. Akhirnya Zia bertemu langsung dengan gaadis yang sleama ini Abi sukai. Zia menatap cermin dan merubah senyumnya tadi menjaadi mimik marah penuh kebencian.

Semua telah menerima pesanan makanann dan mulai menikmati makanan masing -masing. Zia baru saja kembali dengan raut wajah yang begitu jelek dan baju yang basah. Semua oraang memandang Zia dengan tatapan bingung.

"Bi ... Pulang," cicit Zia manja. Abigail yang sedang tenang menikmati makanan di depannya pun langsung menoleh ke arah Zia yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kamu kenapa?" tanya Abigail pada Zia. Abigail menatap Zia dari ujung kaki sampai ujung kepala yang berantakan dan basah.

"Dia tuh gara -garanya!! Kenal enggak, malah di kunci di kamar mandi terus di guyur dari atas," ucap Zia menuduh hingga smeua orang menatap Dara.

"Apa? Dara maksudnya. Enak aja!! Dara gak begitu!!" ucap Dara emosi.

"Iya kamu kan tadi dorong aku terus ngunci dari luar karena kamu benci sama aku!! Aku bisa dapetin Abi. Abi pacarku, dan kamu cemburu!!" ucap Zia terlalu bersemangat hingga membuat Abigail marah.

Brak!!

Kedua telapak tangan Abigail menggebrak meja dan bicara dengan keras.

"Cukup Zia!! Ayok kita pulang," tegas Abigail pada Zia.

Abigail langsung menarik tangan Zia yang kemudian menoleh ke arah Dara dan tersenyum penuh kemenangan.

Gea menyenggol lengan Dara dan berbisik, "Tuh cewe gila? Aneh banget."

Dara tak menanggapai dan menyelesaikan makannya.

"Kamu Daranya Abi?" tanya Keanu ragu.

"Daranya Abi? Aku Dara, bukan Daranya Abi," ucap Dara jelas.

"Ekhemm maksud aku gini. Abi itu selama ini gak pernah mau pacaran, dia selalu bilang memiliki cinta sendiri. Namanya Adara, itu kamu kan? Soalnya foto di meja Abi itu cuma ada foto -foto kamu. Makanya tadi sempat bingung, kayak pernah lihat tapi dimana," ucap Keanu tertawa kecil sambil menatap Sophia.

Dara berusaha tenang dan santai. Agak cemburu juga lihat pemandangan tadi. Abigail tak pernah sedetik pun mendiamkannya dan perlakuan manis selalu untuk Dara. Apa mungkin ini tanda -tanda alam, bahwa Dara memang harus tidak memikirkan makhluk yang di sebut laki -laki?

"Ada banayk nama yang sama di dunia ini. Ada banyak wajah yang juga sama sehingag terlihat pasaran. Dara mau ke Toko Buku dulu. Yuk, ke Toko Buku dulu mau beli binder sama alat tulis," ucap Dara pada dua sahabatnya.

Hari ini ternyata menjaadi hari yang buruk bagi Dara. Sepulang dari pergi, Dara mengurung diri kembali di kamarnya yang kecil.

"Uh uh ..." Dira dan Raka masuk ke kamar Dara dan mulai beraksi mencari sesuatu yang mereka anggap unik dan bis adi mainkan.

Suara cadel anak kembar berusia dua tahun yang baru bisa berjalan lempeng pun membuat Dara melotot.

"Ngapain masuk ke dalam? Hus hus hus ... Keluar nanti kamar Kka Dara berantakan," ucap Dara langsung menggandeng adik kembarnya keluar dari kamar.

Clara sudah ada di ruang tengah menatap Dara tajam.

"Kok ngusir adiknya kayak ngusir anak ayam sih? Hus hus hus," ucap Clara memanggil kedua anak kembarnya dengan melambaikan tangannya.

"Habis resek. Nanti berantakin kamar Dara," ucap Dara membela diri.

"Belajar ngurus adik yang bener. Jangan begitu, gimana adiknya mau deket sama kamu, Ra. Kalau kamu judes dan galak begitu," ucap Clara pada putrinya.

"Bukannya memang begini seharusnya. Biar gak di deketin laki -laki. Itu kan maunya Papah!" ucap Dara ketus.

Rey melirik ke arah Calar dan begitu juga sebaliknya. Clara langsung mengajak kedua anak kembarnya bermain di taman depan.

Dara langsung berbaalik dan masuk ke adalm kamar.

"Dara!!" panggil Rey keras.

"Apa Pah? Dara capek mau istirahat," ucap Dara tak suka.

"Papah mau bicara," ucap Rey tegas.

"Apa? Mau bilang ini semua karena Kak Dimas? Mau salahin dia? Gitu?" ucap Dara dengan berani.

"Dara? Papah itu hanya ingin menjaga kamu," ucap Rey tegas.

"Ya udah. Dara mau tidur," ucap Dara lalu masuk ke dalam kamarnya.

Rey hanya bisa mengegelngkan kepalanya pelan.

***

"Kak ... Dimas mohon, Dimas minta alamat Dara sekarang. Dara ada dimana?" pinta Dimas dengan nada memohon dan memelas.

"Cihhh ... Udahlah Dim. Lupain Dara, lupain adik gue. Lo gak pantas dapetin dia. Lo tahu, hidupnya makin terancam kalau bareng sama lo. Lagi pula, lo itu gue kasih kepercayaan malam itu kenapa lo malah mau berbuat senonoh," ucap Lio kesal.

"Maaf Kak. Hanya terbawa suasana. Ingin mengucap selamat dan hanay ingin cium pipi aja gak lebih, tapi Dara malah pergi. Tapi bener Kak, soal itu Dimas juga gak tahu," ucap Dimas melemah.

"Terus lo kemana? Lo gak ngejar adik gue? Lo gak peduli sama adik gue kan?" ucap Lio masih tak bisa memaafkan kejadian yang sudah lama itu.

"Wakti itu, Puspa datang dan minta tolong. Katanya ada yang nguntit dia," ucap Dimas mengingat kejadian malam itu.

"Terus? Lo diemin! Lo biarin adik gue pulang malam -malam sendirian!! Gila lo jadi cowok!!" umpat Lio sangat marah sambil berlalu dari hadapan Dimas.

Dimas berdiri termangu. Ia menyesali kesalahan fatal malam itu. Diams hanya tahu, Dara marah pada dirinya. Dimas semepat menelepon Dara dan meminta maaf sebelum akhirnya nomor Dara di hanguskan. Pupus sudah harapannya untuk mengejar cinta Dara.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel