Bab 7 Alasan
Bab 7 Alasan
Tora menghembuskan asap rokok yang dihisapnya dengan tenang. Saat ini dia sedang duduk di sofa dengan baju yang sudah rapi, matanya menatap tajam ke arah tubuh gadis mungil yang dia ketahui namanya adalah Susan.
Setelah beberapa kali dia memaksa gadis itu untuk melakukan blowjob, tiba-tiba saja gadis itu pingsan tak sadarkan diri. Tora tidak panik, justru entah kenapa dia semakin bergairah melihat tubuh mungil yang saat ini sedang tidak berdaya di atas ranjang.
Dia sampai bingung ada apa dengan gadis ini, kenapa dia begitu cepat terangsang hanya dengan melihat tubuh gadis itu saja.
Matanya masih tetap menatap tubuh Susan di atas ranjang. Hingga pikirannya terlempar jauh ke masa lalunya. Masa lalu yang sangat dibencinya.
Terlahir dari keluarga kaya tidak menjamin kebahagiaannya. Nyatanya, masa kecilnya dilalui dengan rasa sakit hati yang selalu datang menghampirinya.
Tora adalah remaja yang sangat pintar di sekolahnya dulu. Kecerdasannya sudah terlihat saat dia masih di sekolah dasar. Berbagai lomba yang diikutinya selalu bisa dimenangkannya. Sampai pada jenjang memasuki usia remaja dia tetap mempertahankan prestasinya.
Alasan yang sederhana, dia ingin membanggakan kedua orang tuanya. Dia ingin membuktikan bahwa dia sangat unggul dan pantas untuk dibanggakan. Tetapi dengan ekspektasinya yang terlalu tinggi, membuatnya merasakan rasa sakit yang begitu dalam. Kelurganya tidak peduli sama sekali atas pencapaiannya. Apa yang telah dicapainya selalu dianggap angin lalu oleh orang tuanya.
"Tora, jangan ganggu papa dengan kertas-kertasmu yang tidak berguna ini."
"Tora, apa kamu sengaja membuang sampah di kamar mama."
"Tidak bisakah kamu menjauh dari papa. Papa banyak kerjaan."
"Mama tidak bisa datang ke sekolahmu. Ada pertemuan dengan komunitas sosialita mama."
Kenyataan menamparnya saat kedua orang tuanya menganggap piala dan sertifikat-sertifikat penghargaannya tidak berguna dan hanya sampah bagi mereka. Tidak tahukah mereka bagaimana perjuangan Tora untuk mendapatkan itu semua. Dia rela tidak menjadi remaja pada umumnya, tetapi justru dia menyibukkan dirinya hanya untuk mendapatkan kasih sayang orang tuanya.
Tora sadar, apa pun yang dilakukannya tidak pernah bisa dilihat oleh orang tuanya. Tidak saat dia masih kecil maupun saat dia remaja. Mereka berdua sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing. Papanya yang selalu sibuk dengan urusan perusahaannya, dan Mamanya yang sibuk dengan komunitas-komunitas sosialitanya. Sebuah alasan basi yang selalu dikatakan oleh orang tuanya adalah semua yang dilakukannya untuk kebaikannya.
Tora tidak mengerti, kebaikan apa yang dimaksud orang tuanya. Dia bahkan seakan tidak hidup di dunia. Dia selalu sendirian karena nyatanya dia adalah anak tunggal. Dia tidak memiliki seorang teman, dia sibuk belajar hingga tidak memikirkan seorang teman. Dia tidak memiliki waktu untuk itu.
Sikapnya kemudian mulai berubah, saat dia begitu muak dengan apa yang selalu dilakukan oleh kedua orang tuanya. Dua sosok penggila uang, melakukan banyak cara hanya untuk mendapatkan uang.
Tora mulai menjadi dingin, kaku dan tak tersentuh. Dia mulai mengabaikan keberadaan orang tuanya di rumah. Menganggap setiap perkataan mereka hanya angin lalu. Dia mulai sadar bahwa tidak ada cinta selama ini di keluarganya. Hanya uang.
Tora mulai menjalani kehidupannya dengan kepribadiannya yang baru. Dia semakin di jauhi oleh teman-teman sekolahnya karena menganggap dia kaku dan tidak asik. Tora tetap mengabaikan mereka. Dia juga merasa tidak membutuhkan orang-orang seperti mereka. Tora menganggap semua orang seperti orang tuanya. Selalu tidak menganggapnya. Jadi, buat apa dia peduli lagi.
Tora membangun lingkungannya sendiri, tidak membiarkan orang-orang memasuki lingkaran kehidupannya. Dia selalu menunjukkan sikap dinginnya ketika ada orang yang ingin mendekatinya. Tidak peduli apakah orang itu akan terluka dengan perkataan tajam yang selalu dilontarkannya.
Kemudian muncul satu sosok yang membuat dia sedikit membuka dirinya. Seorang gadis cantik yang tidak pernah lelah mengejarnya. Tidak peduli dengan kata-kata tajam dan sikap dinginnya. Tora tentu tersentuh, dan lama kelamaan dia bisa menerima gadis itu dikehidupannya. Dia adalah seorang gadis yang memiliki mata sipit, dengan rambut yang bergelombang. Sangat cantik menurut Tora.
Singkatnya, mereka berdua menjalin hubungan spesial. Tora sangat mencintai gadis itu. Dia selalu menjaga dan mengikuti kemanapun gadis itu pergi. Gadis itu bisa membuatnya merasakan kehangatan dengan sikap manja yang selalu ditunjukkan gadisnya.
Tora tidak membiarkan orang-orang mendekati dan mengganggu gadis itu. Selalu menjadi orang yang paling pertama jika gadis itu dalam masalah. Tora selalu memberikan apa yang diinginkan oleh kekasihnya. Membelikan barang-barang branded yang diinginkannya, perhiasan, dan bahkan sebuah apartemen. Dia melakukan semuanya agar gadis itu bahagia dan tidak akan meninggalkannya.
Hari-hari Tora menjadi sedikit berubah saat kedatangan gadis itu. Tora menikmati saat-saat dimana dia berduaan dengan gadis itu. Hingga pada suatu hari, saat dia tidak sengaja melewati gudang sekolahnya, dan lagi-lagi dia mendengar kenyataan yang mampu meruntuhkan segala kepercayaannya. Membuatnya membenci seorang wanita, bahkan selalu menghindari mereka.
Kenyataan bahwa gadis yang sangat dicintainya hanya tertarik dengan hartanya saja benar-benar membuatnya marah, benci dan sangat jijik. Saat itu dia sadar, selama mereka bersama gadis yang sudah membuat harinya berubah tidak sungguh-sungguh mencintainya.
Lagi-lagi dia tidak dianggap, dan kala itu membuat hatinya sangat sakit. Sejak saat itu pula dia kembali dengan sikap dinginnya, bahkan lebih dingin dan kaku dari biasanya. Dia meninggalkan gadis itu tanpa mengatakan apapun.
Tora menyeringai. Dia kemudian bangkit dan mendekati tubuh Susan yang masih terbaring tanpa selimut di sana. Tora hanya membaringkan tubuh Susan tanpa berniat menarik selimut untuknya.
Tora teringat dengan mantan kekasihnya yang dulu hanya memanfaatkannya. Kali ini dia benar-benar tidak akan membiarkan siapa pun berani mempermainkannya. Tidak akan. Dia melakukan ini hanya untuk membalas dendam, dia akan memperlakukan semua wanita seperti ini.
Matanya menelusuri tubuh Susan dari kaki hingga tatapannya berakhir di wajah bulat Susan. Bibir tipis gadis mungil itu menarik perhatiannya. Mulut itu yang sejak tadi memuaskan nafsunya. Tora kembali merasakan kehangatan mulut Susan.
"Sial!" umpatnya ketika dia kembali mengeras. "Sekarang kau bisa selamat dariku nona kecil. Tapi lain kali, jangan harap kau bisa melakukannya lagi. Kau harus membayarnya dan akan ku pastikan kau akan melakukannya." Tora mendesis tajam dan segera pergi dari sana. Membiarkan Susan tertidur pulas di hotel mewah itu sendiri.
Tora kemudian mengambil handphone yang sejak tadi menyala di meja samping tempat tidur. Dia tersenyum sinis ketika dia melihat sebuh video yang terputar di sana. Lihat saja, bagaimana dia akan memperlakukan seorang wanita dalam hidupnya.
Setelah puas melihat video itu, Tora melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Meninggalkan Susan di hotel ini sendiri.