Bab 5 Ada yang Aneh
Bab 5 Ada yang Aneh
Saat tangan gadis itu yang tidak sengaja menyentuh tubuhnya, dan sejak saat itulah tubuh Tora tiba-tiba terangsang. Entah kenapa gadis ini bisa membuat hasratnya sebagai laki-laki bisa terpancing dengan cepat.
Dia yang awalnya tidak suka berbasa-basi dengan orang-orang terlebih seorang wanita, tiba-tiba saja berubah walaupun tetap dengan sikap dinginnya tidak berubah.
Tora dengan sengaja membuat gadis mungil itu ketakutan hingga menangis, tetapi justru hal itu membuat tubuhnya semakin meremang. Melihat tubuh gadis itu yang bergetar dengan suara isakan kecilnya mempengaruhi suhu tubuhnya yang semakin memanas.
Gadis itu kembali memberontak saat dia mengangkat tubuhnya dan membawanya ke arah ranjang. Tora benar-benar sudah tidak tahan, pergerakan gadis itu terus menerus membuatnya semakin terbakar. Segera setelah dia membanting tubuh mungil itu ke atas ranjang, Tora memposisikan tubuh tegapnya tepat berada di atas gadis itu. Dengan sengaja menekan tubuh bawahnya hingga mengenai tubuh sensitive gadis itu yang membuatnya semakin menangis dan memohon kepada Tora.
Tetapi gadis itu salah, jika dia berpikir akan membuat Tora kasihan maka itu tidak akan terjadi. Justru semakin gadis itu terisak dengan tubuh bergetar, Tora semakin mengeras di bawah sana.
“Tolong om, jangan laku—“
“Berhenti memanggilku, Om. Aku bukan Om-mu,” potong Tora yang membuat gadis itu diam seketika.
Telinganya sudah jengah mendengar panggilan om yang dikatakan sejak tadi oleh gadis itu. Apa dia mengira Tora adalah pria tua hidung belang. Tidak bisakah dia membedakan badan yang masih segar dan berotot dengan badan yang sudah buncit dibagian perutnya.
“Ssstt. Ini tidak akan sakit,” ucap Tora berbisik tepat di telingan kanan gadis itu. “Tidak. Tidak. Hanya sedikit sakit diawalnya saja,” lanjut Tora semakin menekan tubuh bawahnya ke bagian bawah tubuh gadis itu.
Tora benar-benar tidak tahan lagi. Walaupun badan mereka masih terhalang oleh dress yang dikenakan gadis itu tetapi Tora bisa merasakannya dengan jelas bahwa milik gadis itu pasti belum terjamah. Terlebih sang mucikari sudah memberitahunya bahwa gadis ini masih virgin, tidak pernah tersentuh.
Tangannya kemudian terangkat menyetuh tali dress yang ada di bahu gadis itu. Tora menariknya dengan pelan. Tetapi tiba-tiba…
“Aku… Aku sedang datang bulan.”
Seketika tangan Tora terhenti. Matanya yang sayu berubah menatap gadis di bawahnya itu dengan tajam.
‘Sial!’ umpatnya dalam hati.
“Jangan coba-coba untuk membohongiku gadis kecil!” desis Tora tajam tepat di depan wajah gadis itu.
Kepala gadis itu menggeleng cepat. “Aku tidak berbohong. Kau bisa memeriksanya jika kau mau.”
“Kau! Ah, sial!” Tora menggeram marah dan menjauh dari tubuh gadis itu. Dia kemudian menatap tubuh gadis itu yang masih berbaring. “Bangun!” perintah Tora tajam.
Ekspresi gadis itu berubah menjadi sedikit bingung di tengah-tengah air matanya yang sudah sedikit mereda. “Ap…apa?”
“Aku bilang bangun! Kau memintaku untuk memeriksa bukan.” Tora tersenyum sinis walaupun dia tahu gadis itu tidak akan melihat ekspresi mengerikannya sejak tadi. Jika gadis itu benar-benar berbohong maka jangan salahkan dia jika dia akan melakukannya dengan kekerasan.
Gadis itu sedikit terkejut. Dia mungkin tidak akan menyangka jika Tora akan melakukan apa yang telah diucapkannya. “Apa kau yakin?!” tanya gadis itu sedikit tidak yakin dengan ucapan Tora.
“Tentu! Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku.”
Dengan sedikit paksaan, Tora menarik tangan gadis itu untuk bangun hingga menjadi berdiri tepat di tepi kasur. Tangannya terulur memegang ujung dress gadis itu yang hanya sebatas pahanya.
Lagi-lagi Tora mengumpat di dalam hatinya. Ada apa dengan gadis ini, kenapa dengan hanya melihat paha mulusnya membuatnya kembali terbakar gairah. Bahkan semakin bergairah ketika dia merasakan jarinya yang menyentuh paha gadis itu yang terasa sangat lembut. Tora mengutuk gadis ini dalam hati.
Tiba-tiba tangan gadis itu menyentak tangan Tora yang akan mengangkat dress merah yang dikenakannya.
“Apa yang kau lakukan?! Dasar pria mesum!” Gadis itu berujar dengan sedikit keras.
Tora sedikit terkekeh ketika melihat wajah gadis itu yang sedikit memerah di kedua pipinya. “Tentu memastikan apakah kau berbohong atau tidak. Tetapi, jika kau benar-benar membohongiku, aku tidak akan mengampunimu malam ini.” Tora melihat tubuh gadis itu menegang dengan matanya yang sedikit melotot walaupun sudah tidak berfungsi.
Tangannya kemudian kembali menyentuh ujung dress gadis itu, mengabaikan ucapan gadis itu yang kembali memprotes tindakannya.
Saat dia melihat apa yang dicarinya, Tora mendengus kasar. Gadis ini nyatanya tidak berbohong. Dia benar-benar sedang datang bulan, terbukti dengan sedikit bercak darah di celana dalam yang dipakainya.
“Kau sudah melihatnya bukan. Dan aku tidak membohongimu.” Gadis itu menepis tangan Tora dan memasang kembali celana dalam miliknya.
Tora diam, mengakui bahwa gadis itu berbicara dengan benar. Tetapi kemudian satu ide terlintas di otak pintarnya.
“Kau memang tidak berbohong. Tetapi kau tidak bisa lalai dalam tugasmu di sini nona,” ucap Tora tersenyum remeh.
“Apa maksudmu? Kau sudah melihatnya bukan, jadi aku tidak bisa melakukannya,” tolak gadis itu mentah-mentah. Tapi tak urung wajahnya juga masih terlihat bingung karena tidak mengerti apa yang dimaksud Tora.
Tora tidak menjawab. Tetapi dia menekan bahu gadis itu hingga dia terduduk di lantai. Sedangkan Tora, dia berdiri tepat di depan gadis itu yang sedang memprotesnya. Tangannya kemudian melepas handuk putih yang sejak tadi melilit di pinggangnya hingga kini dia menjadi telanjang bulat di depan wajah gadis itu yang sudah dipastikan tidak bisa melihatnya.
Tora mengambil kedua tangan gadis itu dan membawanya ke arah benda yang sejak tadi sudah tidak bisa ditenangkan lagi.
“Apa yang—“
Tora memaksa tangan gadis itu menyentuhnya, bahkan Tora memaksa tangan itu menggenggamnya dengan erat. “Aku sudah mengatakannya bukan. Kau harus melakukan tugasmu dengan baik. Dan kau harus bertanggung jawab karena membuatku menahan panas ini sejak tadi,” ucap Tora sambil memejamkan matanya menikmati tangan gadis itu yang begitu lembut ketika menyentuh kulit bawahnya.
Demi Tuhan. Badannya seketika semakin meremang hebat.
“Tidak. A—“
Perkataan gadis itu terpotong ketika tiba-tiba sebuah benda panjang nan besar memaksa masuk ke dalam mulut kecilnya, dia bahkan tersedak karena Tora terlalu memaksanya masuk.
Tora menggeram dengan matanya yang terpejam kuat. Mulut kecil gadis itu terasa seperti menyedot miliknya, sangat basah karena saliva gadis itu. Dia tidak pernah merasakan gairah yang begitu besar ketika bertemu seorang wanita malam. Tetapi entah kenapa kali ini dia sangat-sangat bergairah hanya dengan melihat gadis itu ketakutan.
“Siapa namamu?” tanya Tora dengan suara yang serak. Tangannya sudah berada di kepala gadis itu, menggengam rambut halus gadis itu dan memaksanya untuk mendongak.
“Cepat katakan!” desak Tora tidak sabaran. Dia bahkan mengabaikan gadis itu yang kembali mengeluarkan air matanya. Tetapi bukankah dia sudah mengatakan, semakin gadis itu menangis maka hasratnya akan semakin meningkat.
“Susan.”