Bab 12 Tidak Pantas
Bab 12 Tidak Pantas
"Ya, aku memiliki kekasih...." Lucky diam beberapa saat. Teringat pada seorang wanita yang dulu pernah dicintainya. Dulu mereka sangat bahagia, walaupun berada di tengah-tengah orang yang selalu mengucilkannya, terutama Lucky.
Wajah wanita itu terbayang dan membuatnya seketika tersenyum, jenis senyuman pahit. Dia lalu melanjutkan, "tapi dulu. Sebelum pria kaya lebih menarik baginya dibandingkan dengan pria sepertiku."
"Maaf," ucap Susan tiba-tiba merasa sedikit tidak enak.
"Tidak apa-apa. Lagi pula itu hanya masa lalu, aku sudah tidak memikirkannya lagi," ucap Lucky enteng. "Justru aku merasa lega, karena dengan kedatangan pria itu, aku menyadari bahwa wanita itu memang bukan yang terbaik untukku."
Susan lantas mengangguk, lalu kembali bertanya, "bagaimana rasanya memiliki kekasih?"
"Kau tidak pernah...maaf maksudku..." Lucky tidak bisa menahan kekehannya mendengar pertanyaan Susan. Bagaimana mungkin gadis secantik Susan tidak pernah merasakan jatuh cinta. Lucky sedikit tidak percaya mengetahui fakta itu.
"Aku serius!" Susan berucap dengan sedikit kesal, karena merasa Lucky tidak percaya dengan ucapannya, bahkan terkesan mengoloknya. "Lagipula aku baru berumur sembilan belas tahun. Jadi, wajar bukan aku belum merasakannya," ucap Susan membela dirinya.
Seketika Lucky menyemburkan tawanya. Ucapan polos Susan benar-benar mengocok perutnya. Sedangkan Susan, gadis itu semakin kesal mendengar tawa Lucky yang seperti mengejeknya. Dia diam, membiarkan laki-laki itu puas dengan suara tawanya.
"Maaf ... maaf. Aku tidak bermaksud menertawaimu. Tetapi aku sedikit heran, umurmu bahkan lebih dari cukup untuk mengenal rasanya jatuh cinta. Sudahlah, aku minta maaf, oke." Lucky memegang tangan Susan dan mengusapnya lembut. Entah dia mendapat keberanian dari mana bisa melakukan hal itu. Tetapi dia juga sedikit senang karena Susan pun tidak menolaknya.
"Kau serius? Mama selalu melarangku untuk memiliki kekasih, dia mengatakan aku belum cukup umur," ucap Susan. Dia kemudian bertanya lagi, "baiklah lupakan. Jadi bagaimana rasanya jatuh cinta?"
Lucky tersenyum sambil menatap danau di depannya. Membangkitkan kembali perasaan dulu yang pernah dirasakannya. "Kau akan merasa sangat bahagia tanpa sebab. Tersenyum ketika melihatnya, bahagia saat kau bisa melihat senyumnya. Selalu ingin dekat dengannya."
"Benarkah?" tanya Susan dengan senyum di bibirnya. Dia bisa membayangkan apa yang dikatakan oleh Lucky. "Lalu--"
"Jatuh cinta sebuah jebakan," ucap Lucky memotong ucapan Susan sambil menatap gadis itu yang seketika menjadi diam mendengar ucapannya.
"Kenapa?" tanya Susan dengan penasaran.
"Karna saat kau jatuh cinta. Kau akan membantah segala akal sehatmu hanya karena rasa cintamu. Kau akan dibuat jatuh sangat dalam dengan harapan-harapan yang kau bangun sendiri. Kau akan dibuat kecewa hanya karena beberapa janji yang selalu diingkari. Jika kau tidak siap untuk jatuh maka aku sarankan jangan pernah mengenal cinta. Karna tanpa jatuh, kau tidak akan bisa merasakan cinta yang sebenarnya."
Susan bungkam. Apa jatuh cinta semenyakitkan itu. Bukankah Lucky mengatakan jatuh cinta membuat seseorang merasa bahagia. Lalu, jika jatuh cinta juga bisa membuat orang menderita, kenapa banyak orang mengharapkan cinta.
Tiba-tiba Susan kemudian teringat dengan Tora. Apa pria itu juga memiliki kekasih. Bukankah sangat mudah untuk memiliki kekasih jika pria itu memiliki banyak uang. Wanita manapun pasti tidak akan menolaknya.
'Ya, pria itu pasti memiliki banyak kekasih,' batin Susan dalam hati.
Lalu bagaimana dengan dirinya. Jika pria itu memiliki kekasih, kenapa dia menidurinya, merebut kesuciannya. Apa Tora tipe pria yang selalu mempermainkan seorang wanita.
Seketika Susan merasakan perasaan sedih yang menyeruak ke dalam hatinya. Dia merasa dirinya sangat kotor. Sangat mudah bukan untuk Tora menyewa wanita sepertinya. Apapun bisa dilakukannya dengan uang. Dan itulah yang juga sedang dilakukan oleh Susan, dia melakukan semuanya demi uang.
"Kau benar, Lucky. Semua orang memang jahat," ucap Susan dengan suara pelan, membenarkan ucapan Lucky. Bukan hanya Tora, dia bahkan merasa takdirnya benar-benar jahat. Sudah lama dia menerimanya, tetapi ketika dia mengingatnya lagi, rasanya dia tidak sanggup menjalaninya. Merasa sikap ibunya yang saat ini sudah mulai memaksanya untuk melakukan pekerjaan kotor ini, dia semakin merasa tidak berdaya.
Lucky menoleh dengan cepat ke arah Susan, menatap gadis itu dengan kerutan di dahinya. "Kau baik-baik saja?" tanya Lucky ketika melihat wajah Susan yang terlihat muram.
Gadis itu menggeleng pelan, lantas berkata, "tidak. Aku ingin pulang. Apa kita bisa pulang sekarang?"
"Tentu saja," ucap Lucky tidak ingin bertanya lebih jauh, walaupun saat ini dia benar-benar bingung dengan perubahan gadis itu. Beberapa saat tadi, dia bahkan sangat bersemangat menanyakan semua hal, dan tiba-tiba kini wajahnya berubah menjadi sedikit muram.
Lucky kemudian menuntun Susan untuk kembali ke mobil yang ada di pinggir jalan. Dia masih sedikit bingung dengan gadis itu yang tiba-tiba terlihat sedih. Lucky merasa tidak mengatakan sesuatu yang salah tadi. Tetapi kenapa gadis itu tiba-tiba menjadi sangat sedih. Bahkan saat perjalanan pulang pun, dia tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Lucky menatap Susan saat mobil berhenti di lampu merah. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya lagi karena tidak tahan melihat gadis itu diam. "Apa aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaannmu? Jika iya, aku minta maaf."
Susan menggeleng cepat. "Tidak. Kau tidak mengatakan sesuatu yang salah. Aku hanya kelelahan, aku rasa aku butuh istirahat."
"Hmm, baiklah. Jangan sungkan untuk memberitahuku jika aku membuatmu merasa sedih."
Susan tersenyum manis. "Baiklah, Lucky."
Lucky ikut tersenyum. Hari ini benar-benar beda dari hari sebelumnya. Dia sangat menikmatinya, menikmati waktu bersama Susan, gadis sewaan bosnya. Sebenarnya Lucky tidak ingin mengakuinya, tetapi dia tidak bisa menyangkal faktanya, bahwa gadis yang membuatnya tertawa di danau tadi adalah gadis sewaan atasannya sendiri.
Mungkin Susan memang merasa kelelahan. Dia merasa jadi bersalah karena membiarkan gadis itu terlalu lama di luar. Semoga saja gadis itu tidak sampai sakit, dan yang terpenting semoga ibunya tidak marah karena dia tidak membawa Susan pulang tepat waktu.
Setelah beberapa menit perjalanan, mobil yang dibawa Lucky sampai di depan gerbang rumah Susan. Dia membunyikan klakson, dan saat gerbang rumah terbuka dia kembali menjalankan mobil hingga ke dalam pekarangan rumah Susan yang luas.
"Kita sudah sampai." Lucky bersuara untuk memberitahukan Susan. "Sebentar...," ucapnya lalu keluar dari mobil dan beralih ke sisi pintu mobil Susan.
"Ayo, aku akan mengantarkanmu ke dalam." Lucky membantu Susan keluar dari mobil dengan hati-hati.
"Terima kasih," ucap Susan tulus. "Kau tidak perlu repot mengantarku sampai ke dalam. Aku hafal jalan ke dalam rumahku." Susan terkekeh kecil saat Lucky benar-benar menuntunnya sampai di depan pintu rumahnya. Bahkan laki-laki itu sudah memencet bel rumahnya beberapa kali.
"Tentu saja harus. Aku harus bertanggung jawab penuh atas keselamatanmu sampai kau masuk ke dalam rumah," ucap Lucky serius.
"Ha ha ha. Baiklah, terserah kau saja."
Beberapa saat kemudian suara pintu rumah terbuka, dan muncullah wanita paruh baya dengan jubah mandi yang melekat di tubuhnya. Lucky sedikit takut saat wanita itu menatap Susan dengan sedikit tajam.
"Apa dia sudah menidurimu?!"