Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Tentang Masa Lalu

Bab 11 Tentang Masa Lalu

Lucky menatap Susan dengan heran, sekaligus terpana. Bagaimana tidak, sejak dua puluh menit yang lalu bibir gadis itu tidak berhenti melengkung, membentuk senyum yang sangat manis dari bibir tipisnya. Yang membuat Lucky heran, apa bibir gadis itu tidak pegal senyum selama itu. Tetapi tak urung, Lucky juga tidak bisa mengalihkan pandangannya dari senyum Susan.

Susan menghirup udara sedalam-dalamnya, mencoba meresapi udara segar yang merasuki hidungnya. Entah sudah berapa lama dia tidak menghirup udara sesegar ini. Dia harus berterima kasih kepada Lucky karena telah membawanya kesini.

"Apa kau membawaku ke danau?" Susan bertanya setelah mereka berada di sana cukup lama.

Lucky yang sejak tadi memperhatikan wajah Susan dari samping, tiba-tiba menjadi sedikit gugup ketika Susan menolehkan kepalanya ke arahnya.

"I-iya," jawabnya cepat dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Padahal, kalaupun dia tetap memandangi wajah Susan saat ini, gadis itu tidak akan melihatnya bukan.

"Kau pernah ke tempat ini?" Setelah berhasil menenangkan degup jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan cepat, Lucky kembali menatap wajah Susan yang kini tidak lagi menghadap ke arahnya.

Susan menggeleng pelan sambil tersenyum.

Lantas Lucky mengernyit bingung, "Lalu?"

"Udaranya sangat berbeda. Segar dan aromanya sangat khas, aroma pepohonan."

Lucky terkekeh kecil mendengar penuturan Susan.

"Benarkah?" tanya Lucky sambil mencoba mengendus aroma yang dimaksud Susan. "Aku tidak mencium aroma apa pun. Mungkin yang kau maksud adalah aromaku, karena aku merasa aromaku sangat segar hari ini. Akui saja kalau kau diam-diam memujiku. Iya kan?" Lucky berujar dengan percaya diri bermaksud menggoda Susan. Dan berhasil, terbukti dari ekspresi wajah gadis itu kini berubah menjadi cemberut tidak terima atas ucapannya.

"Aku tidak memujimu!" bantah Susan dengan penegasan di setiap katanya.

"Ayolah, akui saja. Aku tidak keberatan jika kau memang memujiku," ucap Lucky tidak berhenti menggoda Susan.

"Aku tidak...." Susan mendengus kesal, "kau sangat mengesalkan!"

Seketika tawa Lucky berderai saat Susan menyelesaikan kalimatnya dengan wajah yang kesal. Lucky merasa terhibur dengan wajah gadis itu saat ini, benar-benar terlihat lucu. Tawanya tidak berhenti saat dia melihat wajah Susan semakin memerah dengan raut bingung yang sangat jelas.

Beberapa saat kemudian, dia menoleh ke arah Lucky. "Kau mengerjaiku?!" tanyanya memastikan.

"Menurutmu?!" Bukannya menjawab, Lucky malah balik bertanya sambil berusaha menahan tawanya saat menatap wajah Susan yang saat ini tepat berada di depannya.

"Kau!!" Susan berteriak, kemudian memukul Lucky dengan kedua tangannya untuk melampiaskan kekesalannya. Tetapi, bukannya merasa kesakitan, laki-laki itu justru semakin tertawa dengan sangat puas.

Susan kemudian menghentikan aksinya setelah dirasa apa yang dilakukannya hanya sia-sia. Tiba-tiba dia tersenyum, setelah dipikir-pikir dia juga merasa lucu termakan oleh permainan Lucky.

"Lucky, apa aku boleh meraba wajahmu?"

Dalam sedetik kemudian Lucky menghentikan tawanya.

"Kau, apa?" tanya Lucky masih sedikit terkejut sekaligus bingung dengan ucapan Susan.

"Bolehkah aku meraba wajahmu?" tanya Susan lagi dengan nada serius.

"A-aaku...tentu s-saja," ucap Lucky ragu-ragu.

Susan tersenyum manis, dia lalu mengulurkan tangannya, memberikan isyarat kepada Lucky untuk membimbing tangannya menyentuh wajah Lucky sesuai keinginan gadis itu. Masih dengan perasaan ragu, Lucky memegang tangan mungil Susan dan membawanya ke arah wajahnya.

Saat tangan Susan bersentuhan dengan kulitnya, tiba-tiba jantung Lucky berdetak dengan cepat. Lucky merasa ini salah, benar-benar salah karena hal itu membuat efek aneh padanya. Saat Lucky berniat ingin menjauhkan tangan Susan dari wajahnya, tetapi terlambat karena kini kedua tangan Susan sudah berada di sana. Meraba wajahnya yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus di pipinya.

Jari-jari Susan bergerak pelan menyusuri seluruh bagian wajah Lucky, mulai dari dahi, mata hidung sampai dagunya tersapu oleh jari-jari kecil Susan. Saat ini wajah Susan sangat serius dan fokus, dia berusaha membuat bayangan sendiri bagaimana rupa dari laki-laki di depannya ini. Entah kenapa dia merasa nyaman berada di dekat laki-laki ini, dan dia rasa dia harus mengenalnya, bukan hanya sifatnya tetapi dia juga ingin mengenal bentuk wajahnya.

Tangan Susan kini berhenti tepat di bibir Lucky yang sedikit tebal. Gadis itu mengernyit bingung. "Kau tersenyum? Kenapa? Apa ada yang lucu?" tanya Susan beruntun saat merasakan bibir laki-laki itu melengkung tipis. Apa wajahnya terlihat lucu melakukan hal ini.

"Tidak," jawab Lucky lembut sambil memegang tangan Susan yang masih berada di bibirnya. "Kamu terlihat sangat cantik saat sedang serius seperti ini."

Blush

Seketika rona merah menjalar di kedua pipi Susan, dan buru-buru dia menarik tangannya menjauh dari wajah Lucky. Pasti laki-laki itu sengaja menggodanya lagi. Susan mendengus kecil walaupun rona merah di wajahnya belum hilang lagi. "Jangan menggodaku lagi!"

Lucky menggeleng, walaupun dia tahu Susan tidak akan melihatnya tetapi dia tetap melakukannya. "Tidak, aku serius. Kau sangat cantik."

Susan diam, tidak tahu harus membalas apa. Diam-diam hatinya sedikit meninggi karena pujian kecil Lucky. Saat ini dia sangat berusaha keras agar tidak tersenyum, dia tidak ingin Lucky melihat bahwa dia senang dengan pujian itu.

Beberapa menit keduanya tetap diam, menikmati angin yang berhembus pelan. Walaupun cuaca siang saat ini sangat terik, tetapi mereka tetap merasa sangat sejuk karena duduk di bawah pohon, ditambah lagi pemandangan danau yang tenang di depan mereka. Susan benar, rasanya sangat damai di tempat ini.

Saat Susan memintanya untuk tidak kembali dulu, Lucky teringat tempat yang mungkin saja membuat Susan tenang. Dan berhasil, gadis itu menyukai tempat ini.

Teringat sesuatu, Lucky buru-buru menatap Susan, dan berkata, "ayo kita pulang, Mamamu pasti sedang menunggumu di rumah." Tiba-tiba Lucky merasa sedikit takut, bagaimana jika ibu gadis itu marah karena telah membawa Susan ke tempat yang tidak seharusnya.

Tetapi Susan menggeleng, menolak ajakannya. Gadis itu mengatakan dia masih betah di tempat ini, dan meminta lebih lama lagi di sini. Lucky tidak bisa menolak, karena gadis itu bersikeras. Pada akhirnya Lucky menuruti kemauan gadis di sampingnya ini.

"Lucky," panggil Susan setelah terdiam cukup lama.

"Hmm." Lucky menoleh dengan tatapan bertanya.

"Aku ingin tahu tentangmu."

Lucky terkejut untuk kesekian kalinya. Entahlah, ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan atas sikap gadis yang saat ini ada di dekatnya. Perasaan senang dan bingung. Tetapi kenapa. Lucky bertanya dalam hatinya.

"Sebaiknya kita pulang, sebentar lagi akan sore. Mamamu pasti akan khawatir."

"Aku ingin lebih lama di sini. Aku ingin mendengar tentangmu. Ayolah." Susan terdengar sedikit memohon dan lagi-lagi membuat Lucky tidak bisa menolaknya.

Sesuai keinginan Susan, Lucky menceritakan tentang kehidupannya. Tentang dia yang dibuang oleh kedua orang tuanya. Tentang bagaimana orang-orang tidak menginginkan keberadaannya. Saat Susan menanyakan kenapa, sampai saat ini dia pun tidak tahu kenapa pastinya orang-orang memperlakukannya sebagai manusia yang tidak diharapkan.

"Aku pernah berpikir, bahwa semua orang sama. Sama-sama jahat. Aku pernah berpikir untuk pergi dari sini, dari dunia ini. Tidak ada yang bisa aku lakukan disaat semua orang tidak menginginkanku," jelas Lucky di akhir ceritanya.

Susan diam, dia tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang lebih menderita dari dirinya. Dan Lucky, dia merasa laki-laki itu sangat kuat karena bisa bertahan sampai hari ini. Lalu bagaimana dengannya yang pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tidak menerima takdirnya.

Lalu, satu pertanyaan terlintas di kepala Susan.

"Apa kau memiliki kekasih?"

"Ya, aku memiliki kekasih..."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel