Bab 10 Sadar Diri
Bab 10 Sadar Diri
Mata Tora berbinar ketika satu-satunya kain yang menutupi tubuh Susan sudah terlepas dari sana. Tora kemudian mengelusnya dengan pelan. "Sangat cantik," puji Tora membuat wajah Susan memerah.
Tora menyisipkan satu jarinya di lipatan itu, menggesek-geseknya hingga membuat Susan mendesah pelan. Dia terus melakukannya, hingga Susan tidak bisa menahannya lagi, sesuatu sepertinya akan keluar.
"Aah... Ahh... Aku--"
"Jangan menahannya," bisik Tora ambil mengendus leher Susan. Membuat tanda merah di sana.
Susan mengikuti ucapan Tora. Sesaat kemudian dia merasakan cairan keluar dari daerah kewanitaannya. Rasanya, entahlah Susan baru merasakan kali ini. Perasaan ini.
Bibir Tora beralih semakin bawah dan melahap payudara Susan. Dia menyedotnya dengan keras membuat rasa sakit dan geli bercampur menjadi satu di payudara Susan. Susan semakin membusungkan dadanya membuat Tora memperdalam ciumannya di payudara Susan.
"Aah..."
"Aku akan melakukannya sekarang," ucap Tora tidak tahan lagi.
Dia kemudian membuka handuk yang sejak tadi melilit pinggangnya. Melempar handuk itu ke lantai. Karena Susan tidak bisa melihat. Dia jadi tidak bisa melihat sebesar apa milik Tora.
Tora kemudian mendekatkan kejantanannya ke arah kewanitaan Susan, menggesekkannya di lipatan merah muda yang kini sedang menggodanya.
"Hmm...," desah Susan.
"Kau siap?" tanya Tora dengan suara seraknya.
Sebelum Susan menjawabnya, dia lebih dulu menekan kejantanannya dengan satu kali hentakan dan membuat Susan menjerit kesakitan.
"AAAH," teriak Susan. Dia merasa selangkanya telah dirobek dengan paksa, dan membuat kesakitan yang luar biasa di pusatnya. Air matanya bahkan sampai menetes karena dia tidak bisa menahan sakitnya.
Tora tidak langsung menggerakkan pinggulnya, dia segera mengecup mata Susan yang terpejam dan berbisik dengan lembut. "Aku tidak bermaksud menyakitimu. Tapi kau memang benar-benar sempit. Aku pastikan kali ini kau tidak akan merasakan kesakitan lagi."
Susan tidak membalasnya, dia terisak kecil karena merasa selangkanya perih saat ini. Elusan tangan Tora di kepalanya lama-lama membuatnya tenang.
"Apa kau merasa lebih baik?" tanya Tora lagi dengan sura rendah.
"Ya." Susan mengangguk pelan.
Setelahnya Tora menggerakkan badannya dengan perlahan, agar membuat Susan lebih terbiasa. Satu tangannya meremas payudara Susan, mencoba membangkitkan kembali gairah Susan.
Sebenarnya Tora ingin melakukannya dengan cepat, kewanitaan Susan benar-benar menjepit miliknya dengan sangat kuat. Dia memakluminya karena ini adalah kali pertama gadis itu. Tetapi karena hal itulah juga yang membuatnya ingin bergerak dengan keras. Dia ingin menghujamnya lebih dalam, agar dia bisa merasakan kenikmatannya.
"Apa masih terasa sakit?"
"Tidak, sekarang lebih baik," balas Susan menahan desahannya yang ingin keluar.
"Jangan tahan desahanmu Susan. Aku ingin mendengarnya. Aku ingin mendengar kau menyebut namaku ketika kau mendesah."
"Aaaah...," desah Susan saat Tora menjilat pelan telinganya. Gerakan Tora di bawah sana membuatnya semakin terlena. Dia baru merasakan rasa seperti ini, rasa mengganjal dan rasa nikmat secara bersamaan.
"Aah- apa kau bisa lebih cepat."
Tora tersenyum puas mendengar permintaan Susan. Dia tau gadis gairah gadis itu kini sedang berada dipuncak saat ini. Dan tentu dia senang karena hal itu.
"Tentu. Apa pun untukmu," ucap Tora lalu mempercepat gerakannya. Tangan dan mulutnya juga tidak tinggal diam. Dia mengulum dan menggigit puting kecil milik Susan, dan satu tangannya meremas dengan keras.
"Toraa... Aaah."
"Ya, sebut namaku seperti itu." Tora berkata sambil mempercepat gerakannya lagi.
Tora terus melakukannya. Berganti posisi setiap saat untuk mencari rasa kenikmatan yang berbeda. Susan tidak bisa memprotes, karena dia pun menikmatinya.
Saat merasa tenaganya sudah habis, tidak sadar Susan terlelap disaat Tora masih menggerakkan pinggulnya dari belakang dengan Susan yang tengkurap.
Saat pria itu mencapai klimaks dia langsung menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh polos Susan. Setelahnya dia pun terlelap.
***
Susan terbangun saat hari sudah menjelang pagi. Dia kemudian meraba kasur di sebelahnya, dia tidak menemukan apapun dan siapapun.
'Kapan dia pergi?' batinnya.
Tidak dipungkiri dia merasa sedikit kecewa. Kemarin pria itu begitu lembut kepadanya. Walaupun awalnya dia juga terkejut karena perubahan sikap pria itu, tetapi dia menikmatinya.
Lalu sekarang, tanpa berkata apapun dia meninggalkannya sendiri di tempat ini. Lagi.
Susan menghela napasnya pelan. Untuk apa dia memikirkannya, bukankah memang seharusnya, dia hanya wanita yang disewa. Dan dia harus selalu mengingat hal itu.
Susan kemudian meraba tubuhnya, dia mengerutkan kening ketika mendapati tubuhnya yang sudah memakai baju. Bahkan dia juga sudah memakai celana longgar. Ketika dia memikirkan siapa yang memakaikannya baju, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar. Susan menjadi panik, bagaimana jika itu orang jahat.
Dia kemudian berteriak, "siapa di sana?"
"Ini saya nona. Tuan Tora meminta saya untuk mengantar anda pulang ketika bangun," jelas suara yang di kenal Susan. Itu pasti Lucky, supir muda yang selalu mengantar dan menjemput Susan ketika Tora menyewanya.
"Apa nona sudah bangun?" tanyanya lagi.
"Hmm, ya. Aku sudah bangun," jawab Susan. Dia kemudian bangkit untuk duduk. Seketika Susan bingung, bagaimana caranya agar dia bisa mencapai pintu kamar. Tora tidak menjelaskan detail kamar ini kepadanya.
Dia kemudian berucap ragu, "Lucky apa pintu itu terkunci? Aku tidak bisa menemukan arah pintu kamar."
Tidak lama setelah Susan mengatakannya, terdengar bunyi 'cklek' yang artinya pintu tidak dikunci sama sekali. Susan bernapas lega mengetahui hal itu.
"Ayo, nona. Saya akan mengantar anda pulang," ajak Lucky.
Susan mengangguk. "Baiklah. Ayo," ucapnya dengan mengangkat tangannya bermaksud meminta Lucky untuk bisa membawanya keluar.
Jika Susan bisa melihat, maka pasti dia akan menatap Lucky dengan bingung saat ini. Pria muda itu tersenyum lebar ketika Susan menyodorkan tangannya ke arahnya. Entah apa yang ada dalam pikiran laki-laki itu.
Dia kemudian meraih pergelangan Susan, menariknya secara perlahan untuk membantu Susan berdiri. Setelahnya mereka berdua berjalan ke luar dari kamar dan menuju basement hotel.
"Lucky, apa aku terlihat aneh memakai baju ini?" tanya Susan ketika perjalanan pulang. Pikirannya tidak tenang sejak tadi, dia membayangkan bahwa dia sedang memakai baju laki-laki kebesaran dengan celana kebesaran juga. Dia bahkan berpikir bahwa dia sedang memakai baju Tora.
Lucky mengalihkan perhatiannya, dan menatap ke arah baju yang dipakai Susan.
"Tidak, nona. Aku rasa tidak ada yang aneh dengan baju tidur yang anda pakai," ucap Lucky yang membuat wajah Susan tiba-tiba memerah.
"Apa anda baik-baik saja nona? Wajah anda memerah?" Lucky menatap Susan dengan ekspresi khawatir.
Susan lantas menggeleng dengan cepat. "Tidak. Tidak. Aku baik-baik saja," ucapnya.
Setelahnya hening. Susan tidak berbicara lagi. Dia menyandarkan kepalanya di pintu mobil. Kenapa dia bisa berpikir bahwa Tora akan memakaikan bajunya di tubuhnya. Memikirkan hal itu, membuatnya kembali merasa malu. Bagaimana mungkin dia bisa terpikat hanya karena perubahan sikap pria itu.
Dia hanya wanita sewaan. Dia tidak pantas membayangkan pria itu akan sebaik itu kepadanya. Dia harus sadar dengan hal itu.
"Lucky, bisakah kau tidak membawaku pulang sementara waktu?"