Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. Basah dan licin

Tubuhku bergetar, tubuhku bergelinjang! Tubuhku aaahh! Lemas di jilati Tuan Azka. Tuan Azka menyalurkan semua hasratnya padaku di ranjang ini.

***

"Aku merahasiaian kondisiku dari Lisa. Kondisi di mana aku terkadang ekstra hubungan intim. Aku seorang pengidap hyper Mel. Jika sedang kambuh kambuhnya, bisa bisa semalaman. Dan ternyata itu yang di takuti Lisa. Bukan takut hypernya, tapi takut tubuhnya yang indah dan seksi itu hancur di gempurku, ia takut jika aku melakukannya hingga membuatnya kendur, dia juga takut kalau keseringan melakukan bisa bisa menghasilkan benih rahimnya. Saat pertama kali ya dia masih melayaniku. Tapi lama kelamaan, semakin sering aku memintanya, maka semakin sering dia menolakku dengan alasan tak mau kendur. Dia sering keluar dari kamar demi menghindari aku. Aku berusaha sendiri menahan hasratku. Terkadang rasanya sampai membuatku ingin pingsan."

Aku mendengarkan cerita Tuan Azka dengan seksama. Aku bahkan lupa dengan tangan yang sedang bergrilya.

"Semakin ke sini, Lisa semakin menjauhi aku. Dia bahkan memberikan uang padaku untuk pergi ke diskotik atau klub malam untuk mencari wanita yang bisa memuaskan aku. Gila 'kan? Dan saat aku sudah tak tahan, aku meminta Lisa lagi. Tapi saat aku melakukan ini di area dadanya. Dia terpekik, dia marahi aku. Dia bilang nanti rusak siliconnya."

"Silicon? Berarti?"

"Ya Palsu Mel. Artinya dadanya yang sempurna itu buatan. Lisa mengakuinya dan dia bilang baru 6 bulan ini dia pasang. Seperti yang dia bilang, dia tak mau kendur di bagian manapun. Entah dada, pinggang, bokong, atau yang lainnya."

"Oalaaaahhh"

"Aku gak bisa memuaskan diriku sendiri Mel. Aku sudah coba onani. Tapi rasanya gak enak, aku coba pake karet itu, juga gak enak. Boneka dari silicon pun tak enak karena gak bisa mendesah."

"Heh?" Aku terkejut mendengar ciutan Tuanku barusan.

"Iya, aku punya boneka yang sangat mirip manusia. Dari dari silicon juga, cantik, tapi gak enak. Dia gak bisa mendesah. Aku suka dengan rengekan atau desahan wanita. Sebenarnya aku bukan hyper yang mengharuskan selalu melakukan 'itu' tapi setidaknya aku bisa merasakan, memegang, meremas dan mendengarkan rengekannya."

"Ooohhh gitu"

Aku mulai mengerti kondisi Tuanku.

"Seperti sekarang, aku cuma mau sentuh ini aja. Karena dari segala bagian tubuh wanita. Aku suka ini. Bentuknya, bulatan atau tonjolannya, besarnya, kenyalnya. Aaah aku suka Mel. Punyamu idaman sekali." puji Tuan Azka.

Tuan Azka tak memerikan aba aba, ia langsung merobek dasterku di bagian dada ini, robeklah dasterku dan memperlihatkan isinya yang menyembul keluar.

"Uuuuuhhhh" Desah Tuan Azka.

Terlihat sekali di matanya jika ia sangat menginginkan ini sejak tadi.

Tuan Azka mendekatkan mulutnya yang sudah terbuka lebar.

Di lumatnya lagi seperti awal.

Aku ingin mengelak, mengalihkan dadaku dari jangkauan mulut Tuan Azka. Tapi terlambat, Tuan Azka sudah meraihnya dan menghisapnya seperti bayi yang tengah meminun asi dari Ibunya.

"Tuan! Aaah aaahh aaaahh! Tuan!" Kakiku bergelinjang linjang tak tenang.

"Tenang Mel, aku cuma mau coba. Sebentar aja gak akan lama" Janjinya.

"Aku akan bayar kamu lebih Mel. Gajiku sebulan akan aku berikan padamu"

Kedua tanganku di tahan, di dapan dadaku tepat Tuan Azka, tak ada lelahnya ia terus menyedot dan melumat tonjolan berwarna coklatku. Lelah di bagian kiri, Tuan Azka berpindah ke bagian kanan. Bergantian hingga ia puas.

Kreeeeekkkk!

"Tuan!" Dasterku di sobek lebih besar lagi.

Begitu singkat, Tuan Azka sudah melucuti aku, aku tak menggunakan sehelai benang pun sekarang.

Ia dengan mudah menjama jamah bagian yang di idamkannya.

Aku kira ia akan langsung menghujamku dengan keperkasananya, tapi ternyata tidak.

Tuan Azka hanya menyentuhnya dengan jari jemarinya di buka bukanya bibir di area kewanitaanku.

Beberapa saat kemudian, Tuan Azka bangkit dari tempatnya, ia mendekati wajahku dan memberikan aku kecupan di bibir.

Dari bibir, Tuan Azka malah semakin turun ke leher. Di sana ia meninggalkan beberapa gigitan yang sangat menyakitkan. Kulit leherku seakan di gigit giginya.

Setelah dari leher, Tuan Azka semakin turun ke dadaku. Kedua gunungku pun sama mendapat gigitan dari Tuan. Belum lagi remasannya yang tak akan tertinggal.

Tubuh seperti di capnya miliknya tak ada satu pun titik sensitif yang di lewati Tuan Azka.

Bagian pusarku di masukannya lidah yang berwarna merah merona itu. Aku merasa kegelian hingga beberapa kali aku memanggil namanya.

Ia malah terkekeh dan terlihat puas.

Tuan Azka melanjutkan perjalanan lidahnya hingga ke titik paling sensitif seorang wanita, apalagi jika bukan Kewanitaannya.

Tuan Azka menyapukan lidahnya lembut di antara kedua bibir tipis itu. Membelahnya terbuka dan membasahinya dengan saliva yang ada di lidahnya.

"Ooouuucccchhhhhhhhh! Aaaaah Tuan!" Aku tak sadar mendesah hebat.

"Enak?" Tanya Tuan Azka.

"Tuan? Jangan lakukan lebih tuan! Melda takut" Rintihku.

"Terserah aku! Aku tuanmu" 

"Tuan" Rengekku lagi.

Lagi lagi Tuan Azka hanya terkekeh mendengar rengekkanku, ia sepertinya benar benar suka mendengarku merengek. Baiklah aku akan diam saja.

Tuan Azka mendekatkan wajahnya dan bagian kewanitaanku lagi. Ia mengecup kacang kecilku lalu aku tak tau seperti apa Tuan Azka melakukannya.

Tapi itu berhasil membuatku merintih.

"Aaahh aahhh aahh aaahhh Tuan, stop aaahh! Ooouuucchhh! Aaahh Tuan apakan punyaku?"

Aku tak peduli apakah Nyonya Lisa di luar sana mendengarkan atau bagaimana, aku berteriak dengan kencang sambil terus mendesah dan merintih.

Tuan Azka malah semakin melebarkan pembukaan kedua pahaku. Bebas sekali ia melakukan ini padaku. Apa ini yang namanya mengangkang?

Oooohhh sial, Tuan Azka tak bisa di hentikan.

"Melda Sayang, dengar! Nikmati aja, jangan menolak, coba rileks dan rasakan gerakan lidahku, kamu juga akan menyukainya nanti kalau sudah terbiasa. Buka kakinya yang lebar Mel!" Titah Tuan Azka.

Aku merengek lagi, tapi tak bisa aku mengalahkan kekuatan Tuan Azka yang sudah mengidam idamkan.

"Ssrrruuffff srrruufff ssrrruuffff srrruufff!"

"Aaaaaauuuuuuuhhhhhhh! aaah jangan Tuan!"

Apa yang sebenarnya tengah di lakukan Tuan Azka? Kepalanya maju mundur, kepalanya masih menghadap kewanitaanku, dan bibirnya menempel sempurna di kewanitaanku.

Aku sama sekali tak tau apa yang sedang ia lakukan! Tapi rasanya membuatku mendesah desah bahkan napasku tak bisa kukontrol dengan baik. Dadaku terangkat angkat, Tuan Azka melirik dadaku dari bawah.

Ia mengulurkan tangannya dan meremasnya.

Oohh lengkap sudah. Tapi semakin lama aksi ini, semakin aku terbuai dan seolah mengikuti permainan Tuan Azka. Ketika pinggangku mengikuti gerakan kepala Tuan Azka tubuhku bergetar, tubuhku bergelinjang! Tubuhku aaahh! Lemas di jilati Tuan Azka. Tuan Azka menyalurkan semua hasratnya padaku di ranjang ini. 

"Aaahh aahh aaahhh aahhh Tuan, oohhh yaaa! Ssstttt uuuuuuhhhhhh! Aaaa aa aaa aaa!" Aku mendesah panjang.

Ada rasa yang baru aku rasa barusan. Rasanya kewanitaanku basah dan licin. Entah licin karena saliva Tuan Azka atau karena yang lain.

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel