Pustaka
Bahasa Indonesia

Bukan Sekedar Pembantu

42.0K · Ongoing
Dutanya Anu
43
Bab
8.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Majikanku tak mau melayani suaminya. Ia malah mengurungku dan Suaminya di dalam satu kamar selama semalaman. Ternyata alasan majikanku tak mau melayani suaminya di luar ekspetasiku. Apa aku harus terus melayani Suaminya?

RomansaIstriPerceraianPengantin PenggantiKeluargaPernikahanMemanjakanMengandung Diluar Nikah

Bab 1. Kok di kunci?

"Tu-Tuan? Apa ada yang sakit? Tuan?"

Aku panik melihat Tuan Azka tampak kesakitan.

"Menjauh dariku Mel. Aku ..."

"Tuan?"

Aku tak mendengarkan Tuan Azka, aku tetap mendekatinya dan mengelus elus punggungnya.

Tuan Azka terdiam sejenak. Lalu berbalik ke arahku.

Seketika tubuhnya menegang, Tuan Azka menyentuh area sensitifku.

***

Namaku Melda.

Sudah satu 2 Bulan lamanya aku berkerja dengan Nyonya Lisa.

Dia teramat baik bahkan aku sering di berikannya bonus bonus tambahan jika aku mengerjakan pekerjaan yang di mintanya dan di anggapnya sulit.

Tak ada yang sulit bagiku karena Bu Lisa adalah majikan ketigaku. Semua pekerjaan rumah tangga pernah aku kerjakan.

Bu Lisa tampak muda dan bahkan aku tak percaya jika ia sudah memiliki suami.

Bu Lisa dan Suaminya tinggal di perumahan elit, rumahnya besar dan mewah.

Aku juga jadi kepingin punya rumah seperti ini. Jadi demi impianku, aku berkerja keras seperti ini.

Pagi pagi sekali aku sudah memasak, Majikanku tak bisa memasak jadi akulah yang memasak untuknya dan suaminya.

Nyonya Lisa adalah seorang pramugari salah satu pesawat. Jadi jam terbangnya sangatlah sibuk. .

Sedangkan suami Nyonya Lisa bernama Tuan Azka. Dia bekerja dari rumah karena ia mengelola pekerjaan luar negeri atau biasanya di sebut Remote luar negeri.

Ia berpenghasilan 60 juta sampai 80 Juta. Aku tak paham banyak, tapi seandainya aku paham juga, maka aku akan mencari pekerjaan seperti Tuan Azka.

"Mel, aku buru buru. Pesawatku berangkat pukul 8. Kamu siapin makanan untuk Tuanmu yaa"

"Iya Nya, hati hati Nya"

"Makasih Mel"

Nyonya Lisa sangat terburu buru dan ia sangat ramah juga meski terburu buru.

Tak lama kemudian, turun Tuan Azka dari kamarnya. Ia tampak selalu rapi tak pernah berantakan.

Ia duduk di meja makan dan aku menyajikan masakanku. Tak banyak nuntunnya Tuan Azka makan dengan lahap.

Aku menunggu Tuan Azka selesai makan dari dapur. Jika ia selesai makan akan ada ia memanggilku.

Aku dan Tuan Azka tak pernah bicara atau bertegur sapa seperti aku dan Nyonya Lisa. Tuan Azka akan memanggilku jika ada yang harus aku kerjakan.

"Mel?" panggilnya. Aku segera menghampirnya.

Dapur dan meja makan hanya berbatas tembok jadi aku bisa segara menghampiri Tuanku.

"Ya Tuan?"

"Masakanmu enak. Makasih." Tuan Azka memuji masakanku dan setelahnya ia bangkit dari kursi dan naik menuju kamarnya lagi.

Aku menghela napas lega. Hanya itu pekerjaanku dan aku di upah semaksimalnya. Aku lanjut membersihkan peralatan masakku, juga piring bekas makan Tuan Azka.

Aku masih memiliki waktu untuk mencuci, mengepel lantai lalu aku bisa beristirahat di kamarku. Aaah nikmatnya pekerjaanku. Dengan majikanku yang sekarang aku begitu memuji muji pekerjaanku.

Aku bisa membiayai keperluan adikku yang baru SMP. Aku juga biss menabung untuk masa depanku. 

Saat malam, aku hanya perlu memasak lagi, lalu membersihkan meja makan setelah Nyonya dan Tuanku selesai makan.

Kemudian aku menyetrika baju Nyonyaku yang akan di pakainya besok, lalu tak lupa aku mencuci baju Tuanku juga.

Majikanku belum mempunyai anak, jadi pekerjaanku hanya sekedar mengurus rumah.

Saat sedang asik aku menyetrika baju Nyonya di belakang, Nyonya Lisa datang padaku dengan wajahnya yang terlihat ketakutan.

"Nyonya kenapa?" Tanyaku pada Nyonya.

"Eeemmm Mel, eee besok salah satu sepupuku datang, eemm dua akan menginap di ruang tamu. Jadi aku mau kamu ... Eeee ke kamar tamu, ee maksudnya, bersihkan kamar tamu. Iya gitu" Ujar Nyonya Lisa.

"Ooohh oke Nya Siap. Tapi mungkin abis saya mandi nanti yaa Nya." Pintaku.

"Ooooh tentu Mel, tentu. Baguslah kalau kamu mandi. Bersih mandinya Mel. Biar wangi" Kekeh Nyonya Lisa.

"Emangnya aku bau yaa Nya?" Aku terlalu polos dan mengerti sedikit maksud Nyonya Lisa.

"Aaah gak apa apa. Pokoknya kamu harus wangi. Cantik juga oke. Senang banget aku punya aisten rumah tangga yang cantik. Kamu liat tuh Asisten yang lain. Mana ada yang secantik kamu. Pokoknya kamu tenang aja, skincare dan segala perawatan aku kasih deh. Biar kamu makin glow"

Entah apa yang sedang di bicarakan Nyonya Lisa. Aku hanya mangut mangut mengiyakan.

Selesai dari setrika setrikaan, aku pun membersihkan tubuhku di kamar mandi belakang. Di sana aku bebas menggunakan air, sabun yang ku beli sendiri, juga shampo. Meski aku mandi bermenit menit majikanku tak pernah protes.

"Aaahh segarnya"

Aku kembali ke kamarku dan mencari baju tidur, rencananya sehabis merapikan kamar tamu aku akan langsung tidur dan besok beraktivitas seperti biasa. Aku hanya memiliki daster murahan harga diskon serba 35 ribu berwarna kuning cerah dengan motif bunga mawar berwarna merah. Kainnya tipis dan tak sehalus kain sutra, tapi yang penting cocok di tubuhku dan tak terlalu terbuka menampakan tubuh mungilku.

Aku menyisiri rambutku hingga halus tak ada kusutnya. Lalu ku ikat agar rambut panjangku tak mengganggu ketika aku bekerja.

Aku pun berpindah ke kamar tamu, rupanya kamar itu tak di kunci. Aah mungkin Nyonya Lisa yang membukakannya untukku agar aku tak perlu merepotkannya lagi untuk membukakan pintu ini.

Aku masuk dan menyalakan lampu. Ketika lampu menyala dengan terangnya, aku terkejut melihat Tuanku Azka ada di sini.

Ia sedang telungkup di atas tempat tidur yang berantakan itu.

"Tu-Tuan?" Aku bergegas mendekati Tuab Azka.

Aku bingung harus melakukan apa, tiba tiba aku seperti mendengar pintu kamar ini di kunci dari luar!

Aku langsung berlari ke arah pintu itu dan mencoba memutar knop pintu.

"Lah? Kok di kekunci? Tolong? Nyonya? Nya? Melda dan Tuan Azka terkunci di dalam Nya? Tolong Nya!" Seruku dari dalam kamar.

Tapi sepertinya Nyonya tak bisa mendengarku. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Tuab Azka juga terlihat tak baik.

Aku pun kembali mendekati Tuan Azka.

"Tuan? Ada yang sakitkah? Kenapa Tuan sendiri di kamar ini?"

Tak ada jawaban dari Tuan Azka, ia hanya meremas selimut dan bantal yang ada di tangannya dan di bawa tubuhnya.

"Tu-tuan sakitkah? Melda, Kita terkunci di kamar ini Tuan. Aku panggil panggil Nyonya, tapi Nyonya gak dengar Tuan, Tuan ada bawa ponsel? Kita telpon Nyonya"

"Lisa gak akan dengarkan kamu Mel. Dia ... Biarlah dia" Tuan Azka sedikit merintih kesakitan.

"Sakit banget ya Mas? Aduh gimana nih?"

Tiba tiba tubuh Tuan Azka bergetar, ia membalik tubuhnya dan berusaha bangkit dari tempat tidur.

"Sial!" makinya pelan tapi aku bisa mendengarnya.

Napasnya beradu cepat, keringat mulai bercucuran dari kening hingga dagunya. Matanya menyipit menahan rasa sakit.

"Tu-Tuan? Apa ada yang sakit? Tuan?"

Aku panik melihat Tuan Azka yang tampak kesakitan ini.

"Menjauh dariku Mel. Aku ..."

"Tuan?"

Aku tak mendengarkan Tuan Azka, aku tetap mendekatinya dan mengelus elus punggungnya.

Tuan Azka terdiam sejenak getaran di tubuhnya pun terhenti karena elusanku. Lalu ia berbalik ke arahku.

Seketika tubuhnya menegang, dengan tangannya yang kekar dan lebih besar, Tuan Azka menyentuh area sensitifku dengan cara menyibak dari bawah dasterku.

"Tuan!"