Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. Sedang Kambuh

"Sebentar aja Mel, aku mau merasakan tubuhmu yang hangat. Wangi tubuhmu nikmat sangat memikat Melda."

Tubuhku di tarik tarik Tuan Azka hingga kamu pun berakhir di atas ranjang.

***

"Tuan!" Jeritku saat tangan besar itu menyusup masuk.

Aku menghalanginya dengan tanganku seadanya. Tak ada bandingannya tangan kecilku dan tangan kekar Tuan Azka.

Ia bahkan berhasil merobek daster murahanku dengan mudah dari kedua sisinya.

"Buka Mel!" Pintanya sedikit mengeraskan suaranya.

"Tuan! Jangan Tuan! Nanti Nyonya marah Tuan? Ingat Tuan Nyonya Lisa adalah istri Tuan" Aku mencoba menyadarkan Tuan Azka agak tak nekat melakukan lebih.

"Lisa? Dia tak mau melayani aku Melda. Makanya dia mengirimmu kemari, padahal kalau dia mau harusnya dia yang memuaskan hasratku ini. Tapi mengapa dia malah membuatku menunggu di sini dan memintamu masuk. Lalu dengan senang hatinya ia mengunci kita di sini Melda. Kamu paham gak sih?" dengan suara berat Tuan Azka berusaha menjelaskan.

"Nyonya? Mengunci kita? Pintunya Nyonya yang Kunci?" tanyaku Ulang ulang.

"Iyaaaa!" Tuan Azka menekan suaranya.

Tuan Azka melepaskan tangannya dari bawah dasterku, aku awalnya lega, tapi ternyata tangan itu malah meraih pinggangku dan melingkat bebas di saja.

Membuat tubuh dan tubuh Tuan Azka melekat sempurna

"Tuan?" Aku tak bisa berlama lama dalam posisi ini.

"Sebentar aja Mel, aku mau merasakan tubuhmu yang hangat. Wangi tubuhmu nikmat sangat memikat Melda."

Tubuhku di tarik tarik Tuan Azka hingga kamu pun berakhir di atas ranjang.

Aku berada di atas tubuh Tuan Azka. Aku ketakutan. Sangat takut, apa yang sedang kami lakukan ini apa benar? Apa boleh? Apa gak bahaya?

"Tuan, kita coba cari jaollan keluar aja Tuan, biar kita bisa keluar dari sini." Ajakku, dan aku berharap Tuab Akza setuju.

Tapi Nyatanya tidak, Tuan Azka malah mengecup leherku dengan lembut.

Aku tak bisa mendapat perlakukan seperti ini pun merasa risih dan menghindar sebisaku.

Tapi Tuan Azka tak mungkin tidak ada ide.

Ia menurunkanku dari atas tubuhnya lalu gantian ia yang berada di atasku.

Aku pun mulai meronta, semua ini tak benar. Sungguh tak benar. Aku takut akan terjadi hal hal yang lebih parah dari sekedar tindih menindih.

Tuan Azka mendekatkan wajahnya dan wajahku, aku tak bisa mengelak karena Tuan Azka menangkup kedua pipiku.

Dan ... Bibir tebal dan seksi milik Tuan Azka menyentuh bibirku yang tipis. Bibirnya sangat lihai, lihat meraup dan di lanjutkan oleh lidahnya yang malah mengabsen seisi mulutku lalu menarik lidahku untuk membalas aksinya.

Aku tak bisa memberontak, melarangnya pun aku tak bisa. Mulutku di bungkam bibir hangat Tuan Azka. Tuan Azka tak ragu mengajakku bertukar saliva. Melihatku yang tak berkutik lagi akan pengutannya, ia melepaskan tangannya dari pipiku.

Bagaimana aku bisa mengelak, bibirku terkadang di gigit, di buka, di seka. Aku hanya memilih pasrah.

Kini tangan Tuan Azka menahan kedua tanganku. Di angkatnya ke atas agar ia lebih leluasa lagi.

Tuan Azka melepaskan pengutannya hingga membuat bunyi decapan yang cukup nyaring.

"Aaaahhhh Tuan, stop Tuan Melda takut" Pintku. Apakah terdengar seksi? Yang bahkan membuat Tuan Azka terkekeh

"Aku gak minta lebih Mel. Aku cuma mau istirahat, beristirahat di tubuhmu"

Tuan Azka menaruh kepapanya di salah satu gunung kembarku. Di tindihnya dengan kepalanya.

Tiba tiba, Tuan Azka mengangkat kepalanya lagi. Apa karena tak sebesar milik Nyonya Lisa?

Tuan Azka menatap miliku itu. Entah apa pikirannya saat menatap dadaku.

Salah satu tangannya melepas tanganku. Kemudian tangan itu meraih sesuatu di puncak dadaku.

"Aaaahhhhhhhhh! Tuan! Jangan Tuan"

"Kamu gak pake dalaman kalau malam?" Tanya Tuan Azka.

"Tuan" Rengekku malu.

Jari jari Tuan Azka mala memplintir plintirkannya. Aku? Aku tak bisa menahan rasanya, aku pun merintih karena sentuhan Tuan Azka benar benar paten di tempatnya. Ini pertama kalinya aku merasakan di plintir plintir, biasanya hanya kuremas biasa saat mandi. Dan yang membuat beda adalah, tanga yang menyentuh ini adalah tangan seorang pria.

Ikat rambutku yang tadinya rapi kini berantakan tak beraturan. Beberapa anak rambutku lepas dan menghalangi wajahku.

Dasterku? Di bagian bawahnya terobek dan di lagian dadaku, ada yang menonjol tapi bukan bakat.

Akibat dari permainan plintir plintiran Tuan Azka. Ia memainkan tak hanya satu pula tapi kedua duanya.

Rasanya? Awalnya aku menolak dan risih akan plintiran Tuan Azka. Tapi lama kelamaan aku malah menikmati cubitan cubitan kecil Tuan Azka.

Mataku sayu karena terbuai dan terlena.

Kulirik Tuan Azka yang sangat memperhatikan arena itu, di basahinya bibir yang kering dengan lidahnya.

Lalu ...

Hap ...

"Aaaaaahaaaaahhh! Aaahh Tuan!"

Aku tak bisa melarangnya, tubuhku menggeliat tapi bukan lawan tubuhnya kekar.

Aku mulai merasakan dasterku basah. Basah oleh saliva tuan Azka.

Tonjolanku masuk ke dalam lumatan mulut Tuan Azka.

Tangannya mulai bergrilya lagi, kini tangan itu menjamah dan meremas bulatan di dadaku. Di remas lagi lagi dan lagi hingga aku merasakan bagian ini semakin kencang. Apakah normalnya seperti ini?

Tuan Azka melepas lumatannya di tonjolanku. Di lipat bibirnya ke dalam.

"Besarnya pas. Pas untuk di sedot sedot."

Ia berpindah ke sebelahnya lagi. Melakukan hal yang sama dan sesukanya.

Di hisap, di sedot, dan jamah dan di remas remas hingga kencang.

Padahal ia memiliki istri yang cantik, mulus, putih, bersih, dan seksi pula. Aku sering membedakan diriku dan Nyonya Lisa, ia memiliku body goals yang teramat indah. Bagian dada yang sintal, tubuhnya tinggi dan cantik pula.

"Tuan? Tuan punya istri yang cantik! Badannya indah, seksi pula. Kenapa Tuan gak melakukan ini pada Nyonya Lisa?" tanyaku karena kesal.

"Justru, karena dia cantik dan seksi alasan dia gak mau layani aku Mel." Sahut Tuan Azka.

"Hah?"

Tuan Azka mengakat tubuhnya, di tatapnya aku yang masih di bawah tindihannya. Ia menggerakan tangannya di kedua gunungku. Kembali di remasnya sesuka hati.

"Lisa gak aku sentuh seperti ini Mel. Dia takut miliknya akan rusak" Cicit Tuan Azka.

"Rusak?"

"Iya, Punya dia buatan"

"Apa!" Pekikku.

"Punya asli'kan Mel"

"Asli Tuan, untuk apa juga yang palsu." Sahutku tegas.

"Makanya enak di remas remas. Sebesar tangkupan tangaku. Aaaahhhh aku suka Mel" Tuan Azka semakin meracau.

"Tuan, aku takut kalau Tuan terus mendesah" aku merengek.

"Hahahaha, kenapa?"

"Desahan Tuan, terlalu erotis" Cicitku.

Karena benar saja, suara dasar Tuan Azka bass. Sementara suara Bass seperti itu sangat seksi di pendengaranku.

"Lisa dan aku sudah menikah selama 2 tahun ini. Aku melamarnya dan dengan mudahnya ia menerimaku. Kami menikah hingga sekarang tapi ada hal yang baru ini aku ketahui. Mungkin karena aku juga yang banyak menyembunyikan sesuatu dari dia"

Tuan Azka mulai melanjutkan ceritanya tapi dalam kondisi tangannya masih terus menjamah gunungku.

###

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel