Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6. Awal dari Jalan yang Panjang

Pagi menjelang dengan sinar matahari yang hangat menyelinap melalui celah-celah jendela. Lin Feng bangun dengan tubuh yang terasa segar, meski semalaman ia menjalani latihan intens bersama pria tua misterius itu. Rasa hangat dari Qi yang ia latih semalam masih mengalir perlahan di nadinya, memberinya kekuatan baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Di luar, Huo Ren sudah menunggu di halaman penginapan. Wajahnya tampak lebih ceria daripada hari sebelumnya, mungkin karena akhirnya mereka mendapat waktu untuk beristirahat.

“Pagi ini kita mulai dengan latihan fisik,” kata pria tua itu tanpa basa-basi. Ia berdiri di depan mereka dengan tongkat kayunya, wajahnya serius seperti biasa.

Lin Feng dan Huo Ren saling pandang. “Latihan fisik?” tanya Huo Ren.

“Dasar kultivasi bukan hanya tentang Qi,” jawab pria tua itu. “Tubuh kalian harus cukup kuat untuk menampung Qi yang lebih besar. Jika tubuh kalian lemah, bahkan Qi tingkat rendah bisa membuat kalian hancur dari dalam.”

Tanpa menunggu jawaban, pria tua itu mulai berjalan menuju pinggir desa, memimpin mereka ke sebuah lapangan terbuka. Di sana, tanahnya keras dan berbatu, namun pemandangannya indah dengan bukit hijau yang mengelilingi tempat itu.

“Baiklah, kita mulai dengan dasar-dasar. Berlari mengelilingi lapangan ini sepuluh kali,” kata pria tua itu dengan nada datar.

Lin Feng mengangguk dan mulai berlari tanpa ragu. Namun, Huo Ren mengerutkan kening. “Sepuluh kali? Lapangan ini besar sekali!”

Pria tua itu hanya mengangkat alis. “Jika kau ingin menjadi lebih kuat, berhenti mengeluh dan mulai berlari.”

Huo Ren mendesah, tetapi akhirnya mengikuti Lin Feng.

---

Saat mereka menyelesaikan putaran ketiga, Lin Feng mulai merasakan tubuhnya panas. Napasnya memburu, dan keringat membasahi wajahnya. Namun, ia terus berlari. Ia tahu bahwa berhenti sekarang berarti membuang semua kerja kerasnya selama ini.

Di sisi lain, Huo Ren sudah hampir menyerah. Langkahnya melambat, dan wajahnya memerah karena kelelahan.

“Aku… aku tidak bisa lagi,” gumam Huo Ren, jatuh terduduk di tanah.

Pria tua itu mendekati Huo Ren dengan tatapan tajam. “Kau pikir perjalanan ini akan mudah? Dunia ini tidak memiliki belas kasihan bagi yang lemah. Jika kau menyerah sekarang, kau tidak akan pernah bisa melindungi dirimu sendiri, apalagi orang lain.”

Kata-kata itu menusuk hati Huo Ren. Dengan sisa tenaganya, ia mencoba berdiri lagi dan melanjutkan larinya, meski langkahnya goyah.

---

Setelah dua jam, mereka akhirnya menyelesaikan latihan fisik pertama mereka. Lin Feng terjatuh di tanah, dadanya naik-turun dengan napas yang berat. Huo Ren menyusul beberapa menit kemudian, wajahnya penuh keringat tetapi matanya menunjukkan tekad baru.

“Bagus,” kata pria tua itu. “Kalian berhasil melewati tahap pertama. Tapi ini baru permulaan.”

Lin Feng menatap pria itu dengan napas tersengal. “Apa tahap berikutnya?”

Pria tua itu tersenyum samar. Ia mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke udara. Batu itu melayang di atas kepala mereka, bergerak perlahan seperti melawan gravitasi.

“Qi tidak hanya tentang energi. Ini adalah perpanjangan dari pikiranmu. Jika kau bisa mengendalikannya dengan benar, kau bisa membuat sesuatu yang sederhana menjadi senjata yang mematikan.”

Ia menjentikkan jarinya, dan batu itu melesat dengan kecepatan luar biasa, menancap di batang pohon hingga retak.

“Sekarang, aku ingin kalian mencoba,” katanya. “Ambil sebuah batu, gunakan Qi yang kalian latih semalam, dan kendalikan batu itu untuk melayang.”

Lin Feng mengambil sebuah batu kecil dan memusatkan Qi-nya seperti yang diajarkan. Ia memejamkan mata, merasakan aliran energi dalam tubuhnya, dan mencoba mengarahkannya ke batu itu. Namun, batu itu hanya bergeser sedikit sebelum jatuh kembali.

Huo Ren mencoba hal yang sama, tetapi hasilnya lebih buruk—batu itu bahkan tidak bergerak.

“Kalian terlalu tegang,” kata pria tua itu. “Qi tidak akan merespons jika pikiran kalian tidak selaras. Cobalah lagi, dan kali ini, lepaskan semua keraguan dalam pikiran kalian.”

---

Setelah beberapa kali mencoba, Lin Feng akhirnya berhasil membuat batu itu melayang sebentar sebelum jatuh kembali ke tanah. Ia terengah-engah, tetapi wajahnya berseri-seri. “Aku berhasil!”

Pria tua itu mengangguk. “Itu kemajuan yang baik. Tapi ingat, ini baru tahap awal. Kau harus bisa mengendalikan batu itu dengan stabil dan bahkan menggunakannya untuk menyerang. Baru setelah itu kita akan melanjutkan ke teknik berikutnya.”

Lin Feng merasa hatinya dipenuhi semangat baru. Ia tahu bahwa jalan ini tidak akan mudah, tetapi ia sudah membuat kemajuan kecil yang berarti.

Di sisi lain, Huo Ren masih berjuang untuk membuat batu itu bergerak. Namun, ia tidak menyerah. Dalam dirinya, ia tahu bahwa menjadi lebih kuat adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup di dunia yang keras ini.

---

Latihan itu berlangsung hingga sore hari, dan saat matahari terbenam, pria tua itu memutuskan untuk menghentikan pelajaran.

“Besok, kita akan melatih tubuh kalian lebih keras lagi,” katanya sebelum pergi.

Lin Feng duduk di bawah pohon, memandang langit senja yang indah. Dalam hatinya, ia berjanji bahwa ia tidak akan berhenti sampai menjadi kultivator yang kuat, seseorang yang bisa melindungi dirinya sendiri dan orang-orang yang ia sayangi.

> “Perjalanan menuju keabadian dimulai dari satu langkah kecil, tetapi setiap langkah harus diambil dengan keyakinan penuh.”

Malam itu, Lin Feng dan Huo Ren kembali ke penginapan dengan tubuh yang terasa seperti dihancurkan. Setiap otot di tubuh mereka berteriak karena kelelahan, tetapi di balik rasa sakit itu, Lin Feng merasakan sesuatu yang berbeda—seolah ada kekuatan kecil yang mulai terbangun di dalam dirinya.

Namun, istirahat mereka tidak berlangsung lama. Tak lama setelah mereka berbaring, ketukan pelan di pintu memecah keheningan malam.

"Bangun," suara pria tua itu terdengar dari balik pintu. "Latihan malam ini lebih penting daripada siang tadi."

Lin Feng ingin protes, tetapi tatapan penuh harapan dari Huo Ren membuatnya mengurungkan niat. Ia tahu, meskipun tubuh ini lelah, tekad mereka untuk menjadi lebih kuat tidak boleh padam.

---

Di luar penginapan, pria tua itu sudah menunggu di bawah sinar bulan. Udara malam terasa dingin, namun pria itu tampak tak terpengaruh. Ia memegang tongkat kayu di tangannya, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda—di ujung tongkat itu terlihat percikan kecil cahaya biru yang berkilauan.

"Ini adalah latihan pengendalian Qi melalui alam," katanya. "Kalian sudah memahami dasar-dasar memanipulasi Qi di sekitar tubuh kalian. Sekarang, kalian harus belajar bagaimana menyatukan Qi kalian dengan elemen di sekitar."

"Elemen?" tanya Huo Ren, bingung.

Pria tua itu mengangguk. "Di dunia ini, Qi tidak berdiri sendiri. Ia berakar pada elemen-elemen alam: api, air, angin, bumi, dan lainnya. Dengan memahami elemen-elemen ini, kalian tidak hanya bisa memanipulasi Qi, tetapi juga menggunakannya untuk menciptakan serangan yang lebih dahsyat."

Ia mengarahkan tongkatnya ke sebuah kolam kecil yang berada di dekat mereka. Dengan sekali jentikan, air di kolam itu melayang, membentuk bola besar yang berputar di udara.

"Ini adalah Qi yang diselaraskan dengan elemen air," jelasnya. "Jika kalian bisa mencapai tingkat ini, kalian akan mampu menggunakan alam sebagai senjata kalian."

---

Pria tua itu memerintahkan mereka untuk duduk bersila di tepi kolam. Lin Feng memejamkan mata, mencoba merasakan aliran energi dari air di depannya. Ia merasakan dinginnya, gerakan kecil di permukaan kolam, tetapi setiap kali ia mencoba menyatukan Qi-nya dengan elemen itu, ia selalu kehilangan kendali.

"Kau terlalu memaksa," suara pria tua itu terdengar. "Air adalah elemen yang lembut, tetapi juga kuat. Jika kau mencoba mengendalikannya dengan kekuatan, kau hanya akan menghancurkannya."

Lin Feng menghela napas dalam-dalam dan mencoba lagi. Kali ini, ia membiarkan Qi-nya mengalir dengan lembut, mengikuti gerakan air di depannya. Perlahan, ia merasakan sesuatu—sebuah hubungan kecil yang terbentuk antara Qi di dalam dirinya dan elemen air di kolam itu.

Tiba-tiba, permukaan air bergelombang, dan sebuah percikan kecil terangkat ke udara, melayang sebentar sebelum jatuh kembali ke kolam.

"Aku berhasil!" Lin Feng berseru, matanya berbinar penuh semangat.

Pria tua itu mengangguk, meskipun wajahnya tetap dingin. "Itu langkah awal yang baik. Tetapi, untuk menguasai elemen, kau harus belajar mengendalikannya dengan sempurna. Ingat, elemen tidak akan tunduk pada kehendakmu kecuali kau benar-benar memahami esensinya."

---

Sementara itu, Huo Ren masih berjuang. Meski ia memiliki tekad yang besar, ia merasa kesulitan menyatukan Qi-nya dengan elemen air. Berkali-kali ia mencoba, tetapi hasilnya selalu sama—air di kolam tetap diam, seolah menolak kehadirannya.

Melihat ini, pria tua itu mendekati Huo Ren. "Mungkin elemen air bukan yang paling cocok untukmu," katanya. "Setiap orang memiliki elemen yang sesuai dengan jiwa mereka. Cobalah untuk merasakan elemen lain di sekitarmu."

Huo Ren mengangguk dan mencoba lagi, kali ini memusatkan perhatiannya pada tanah di bawah kakinya. Ia merasakan kekokohannya, kestabilannya, dan tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang berbeda—sebuah aliran energi yang lebih sesuai dengan dirinya.

Dengan hati-hati, ia mengarahkan Qi-nya ke tanah, dan perlahan, sebuah batu kecil di dekatnya mulai bergetar. Batu itu kemudian melayang sedikit sebelum jatuh kembali ke tanah.

"Aku melakukannya!" seru Huo Ren dengan gembira.

Pria tua itu tersenyum tipis. "Itulah elemen yang cocok untukmu, bumi. Mulai sekarang, fokuskan latihanmu pada elemen itu. Dengan memahaminya, kau akan menjadi kultivator yang lebih kuat."

---

Latihan malam itu menjadi awal dari perjalanan baru bagi Lin Feng dan Huo Ren. Mereka menyadari bahwa dunia kultivasi jauh lebih luas daripada yang mereka bayangkan. Untuk menguasai elemen adalah tantangan besar, tetapi itu juga menjadi pintu menuju kekuatan yang lebih tinggi.

Sebelum mereka kembali ke penginapan, pria tua itu memberikan nasihat terakhir. "Ingat, elemen adalah sahabat kalian, bukan alat. Jika kalian menghormati dan memahami mereka, mereka akan memberikan kekuatan yang tak terbatas. Tetapi jika kalian serakah, mereka akan menghancurkan kalian."

Lin Feng dan Huo Ren mengangguk penuh tekad. Dalam hati mereka, mereka tahu bahwa ini hanyalah permulaan dari jalan panjang yang harus mereka tempuh.

> “Kekuatan sejati bukanlah tentang menguasai, tetapi tentang menyelaraskan diri dengan dunia di sekitarmu.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel