Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Gairah Mbok Jinah

“Pokoknya harus, Nar! Aku nggak main-main ini! Kamu mau aku buat nggak bisa jalan kayak pas pamitan mau nikah sama si Anto! Hah!??” Devan mengambil paksa tas Narti lalu menghimpit tubuh wanita itu di dinding ruangan. Bersiap untuk menikmati tubuh wanita itu lagi untuk ke sekian kali.

Narti panik, dia harus segera menyusul Sarinten dan Nardi ke peternakan. Jika tidak, maka bisa-bisa dia diadukan sama Nardi pada Darto.

“Maaas, Dev, jangan gitu to Mas.. please..” rengek Narti padanya.

“Laiya, aku cuma mau kepastian dari kamu! Kapan?” Desak Devan padanya.

“Lusa saja ya, Mas? Besok aku libur, Mas. Ada acara kondangan di komplek sebelah..” ucapnya.

“Kondangan masa seharian penuh! Ya sudah, besok aku telepon kamu! Awas saja kalau nggak diangkat! Aku bikin merah pepek kamu biar nggak bisa berkedut!” Ancam Devan lagi lalu memberikan cubitan kecil pada benjolan organ intim Narti.

“Akhhh, aaahhh, Maaaas!” Narti menjerit agak keras sambil membuka lututnya ke samping.

“Tuh kan, respon! Kamu itu suka aku sentuh! Ayo ngaku!?” Devan mengukir senyum nakal dan jahil. Wajah Devan terlihat semakin tampan saat tersenyum seperti itu.

“Iya Mas, besok ya..” Narti akhirnya setuju.

“Nah, gitu dong, Nar. Nanti aku kasih uang jajan, layani aku agak lama’an dikit ..mau kan?”

“Iya, Mas, aku mau. Mas Dev datang ke rumah ya? Habis pulang kondangan aku sendirian di rumah.” Ucapnya sambil mengukir senyum.

“Sip! Besok aku pasti datang, aku tunggu pesan kamu!” Ucapnya dengan senyum sumringah lalu melumat bibir Narti sejenak seraya meraba-raba organ intim Narti di dalam rok milik wanita itu.

“Mas, ssshhh, ouhh, sudah Mas.. ahh..” Narti sangat menikmati sentuhan Devan.

“Basah terus Nar, aku pengen genjot lagi.” Bisik Devan dengan napas memburu.

“Sshh, ouhh, Mas Dev, nanti aku telat ke peternakan.”

Devan yang super jahil menolak melepaskan jemarinya dari organ intim Narti. Pria itu malah melumat kembali bukit kembar kenyal Narti. Memainkan kedua ujung bukit kembar milik Narti sambil mengocok liang sempit penuh cairan di antara paha wanita itu.

“Maaaaaass! Aaaakkkhhhhh! Oukhhh!” Narti memekik keras sekali. Wanita itu sudah kembali mencapai klimaksnya.

“Ouhh, Nar, kedutannya, ouhhh, Nar, kamu keluar lagi..” desis Devan dengan penuh semangat.

“Iya, Mas. Basah lagi, ouhh, Mas, sudah. Tarik tanganmu Mas..” pintanya pada Devan sambil menatap roknya yang terus bergerak di bawah sana lantaran Devan menolak menghentikan permainan jemari tangannya.

Narti semakin pasrah, bahkan Devan malah mengangkat satu kaki Narti. Pria itu menahan kaki Devan menggunakan satu lengannya sambil mendorong tongkatnya masuk ke dalam celah sempit basah tersebut.

“Nar, ouuhh, enak Nar! Ouhhh, seksi sekali kamu Nar, bokongmu padat sekali!” Devan meremas-remas bongkahan pinggul Narti sambil terus mengacak-acak liang basah miilik Narti sampai Narti merintih-rintih akibat ulahnya.

“Oukkhh, aahhh, Mas.. ouhhh!” Narti mengerjap nikmat. “Mas, cepat keluarkan.. ouhh. Mas aku sudah nggak kuat, kakiku gemetar.” Ujarnya pada Devan.

Devan mengernyitkan keningnya. “Masa sih? Padahal aku biasa pakai kamu delapan sampai sepuluh kali Nar. Ini baru tiga kali sudah gemetar.” Tanyanya sambil menyodokkan tonggaknya dengan kuat dan cepat.

“Akkhhhh, Mas, aakkk, akh, ak, akkkhh, auuhh, Mas, emmhh, ahhh, sshhh, ouhh!” Tubuh Narti bergetar dan berguncang cepat. Wanita itu menyandarkan punggungnya di dinding ruang makan. Devan masih menahan satu kakinya. Semakin lama bermain maka Devan akan semakin lama untuk sampai pada klimaksnya.

“Nikmat sekali, Nar, ouhh, Nartiii, sayangkuuuu! Ouhhh!” Devan menyodokkan kejantanannya dalam-dalam. Sampai Narti terjengkit dan hampir jatuh karena ulahnya.

“Ampuuun, Mas, buruan.. ouhh, Mas, ayolah, ahhh aku nggak kuat..” rajuknya dengan wajah memelas. Narti menatap Devan sambil menggigit bibir bawahnya. Tatapan sayu dari kedua mata Narti membuat Devan semakin bersemangat.

“Iya, ouuh, ah, ah, Nar. Aku keluarkan sekarang.. ouhhh.. Argggggghhhhh, Nartiii..!” Devan melepaskan semua cairannya di dalam organ intim milik Narti.

Puas menuangkan hasratnya, Devan segera melepaskan tubuh Narti.

“Pakai celana dalammu Nar, maafkan aku ya Nar? Aku lama sekali nggak kamu kasih jatah. Jadinya ya agak brutal begini.” Ucapnya sambil menyentuh pipi Narti menggunakan punggung telapak tangannya.

Narti menganggukkan kepalanya, wanita itu sudah memakai kembali celana dalamnya. Berikutnya mengambil tas di sebelah meja.

“Mas, kali ini Narti pamit beneran. Sudah lama banget Narti di sini. Narti takut Tuan Darto curiga sama kita.” Ucapnya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan takut ada yang menguping atau melihat mereka berdua.

“Iya, ya sudah sana.” Devan mengambil rokoknya dari dalam saku bajunya lalu menyulut dan mengepulkan asapnya ke udara.

Narti melawati jalan setapak yang tadi dia lewati waktu berangkat ke pertenakan. Sampai di sana dia melihat para karyawan sedang berkumpul untuk menikmati makan siang.

“Mana Nar, piringnya.” Sarinten mengambil tas dari genggaman Narti lalu membawanya ke atas meja besar di sisi ruangan.

“Mbak, ayo makan!” Seru Susanti pada Narti yang baru tiba di sana.

“Iya San, aku cuci tangan dulu.” Ucapnya seraya berjalan dengan pelan menuju ke samping bangunan untuk mencuci tangannya. Di sana Narti tidak sengaja mendengar suara erangan Samsudin.

“Ouhh, ouhh, ampun Mbok, ouuh, sudah, lepasin, ouuhh!”

“Sam, ouuh, besar sekali Sam, ouuh Sam, aku keluar.. ouukhhhh! Enak sekali Sam punyamu, besar dan kuat! Ouhhhh!”

Narti memberanikan diri untuk mengintip apa yang yang terjadi di belakang bangunan itu. Ternyata Samsudin sedang duduk di atas rerumputan, piring kosong milik pria itu ada di sebelahnya. Sementara Mbok Jinah tukang jamu sedang duduk di atas pangkuan Samsudin seraya menahan kain jaritnya sampai ke pinggang. Paha mulus dan organ intim basah penuh bulu lebat milik wanita itu terlihat sangat jelas sekali di mata Narti Mbok Jinah terus menggoyangkan pinggulnya untuk memanjakan Samsudin.

Setahu Narti Samsudin selalu enggan setiap tukang jamu tersebut menggoda. Tapi kali ini sepertinya Samsudin terkena jebakan Mbok Jinah dan tidak bisa menghindar lagi. Narti segera mencuci tangannya, lalu berbalik untuk kembali masuk ke dalam dan malah menabrak dada Nardi di belakang punggungnya.

“Brukk!” Rupanya Nardi sejak tadi ikut melihat apa yang sedang dia lakukan di sana.

“Nardi..” Narti menahan dada pria itu menggunakan kedua telapak tangannya.

“Iya, ini aku Nar..” Nardi menahan pinggang ramping Narti menggunakan lengan kanannya. “Kamu lihat Mbok Jinah sama Samsudin? Ayo ngaku..” desis pria itu seraya menarik tubuh Narti merapat pada tubuhnya.

“Nardi.. aku mau masuk, perutku lapar. Aku belum makan siang..” ucapnya lirih sambil melengos ke samping lantaran Nardi mulai menciumi pipi dan juga lehernya. Bulu janggut dan kumis halus Nardi yang baru tumbuh setelah dicukur membuat tubuh Narti menggelinjang. “Nar, ouhh, Nar.. sudah hentikan..” Narti meremas lengan Nardi yang sedari tadi menahan pinggang rampingnya.

“Narti, kamu bikin tongkatku bangun. Kamu harus tanggung jawab..!” ucapnya pada Narti tanpa ragu.

Nardi mulai menyentuh paha Narti dari bawah rok mini yang dikenakan oleh wanita itu. Narti menggelengkan kepalanya. Dia teringat dengan janjinya pada Devan agar menolak jika Nardi mengajaknya bercinta.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel