Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

[4]

Niel memarkirkan mobilnya dengan asal setelah ia sampai di pelataran rumahnya. Anak itu melemparkan kunci mobil pada salah satu tukang kebun yang berada di sana, lalu melangkah tergesa memasuki kediaman Tirto. Pakaiannya masih sama seperti ketika dirinya meninggalkan rumah. Seragam sekolah yang dirinya kenakan belum berubah meski ia telah berkeliling Jakarta.

“Mas Niel, ini diapain mobilnya?!” Sang Tukang Kebun mengikuti Niel dari belakang.

“BAKAR!”

Pria itu cukup tercengang setelah mendengar perintah anak majikannya. Melihat kode dari Sang Nyonya Rumah, pria setengah baya tersebut membungkuk lantas pergi keluar. Ia tak mungkin ikut nimbrung pada perdebatan kesekian kali yang dilakukan oleh para bosnya.

“Nathaniel Tirto!”

Niel sendiri terus melangkah menaiki tangga rumah, mengabaikan seruan tinggi sang mama di ruang keluarga. Ia lelah. Kamar adalah tujuan utamanya untuk mendinginkan kepala. Rasanya seluruh energinya telah terkuras habis sampai tak bersisa.

“Mau jadi apa kamu Niel?! Berhenti Mama bilang! NIEL!” Jerit Amel. Putranya benar-benar tidak tahu aturan. Anak itu pergi dan pulang seenaknya di saat semua orang sedang kebingungan mengurus perjodohannya yang hampir batal. Entah dimana otak anak itu berada. Usia yang seharusnya bisa membuatnya bersikap dewasa justru tak pernah terlihat keberadaannya. Niel selalu saja membuat ulah hingga menghasilkan permintaan sepihak keluarga Zeusyu.

Secara pribadi, tak berselang lama dari kepergian anak kesayangannya, Zeusyu datang bersama sang mama. Mereka meminta Amel untuk membatalkan perjodohan. Kesalahan yang Niel perbuat sudah melampaui batas dari apa yang bisa Zeusyu berikan. Hati calon menantu pilihannya tersebut tak lagi dapat menerima luka yang Niel sebabkan.

Sangat ironis memang.. Amel tentu tak dapat memberikan restu begitu saja pada niat Zeusyu. Ia merayu anak itu, berharap Zeusyu kembali dapat mempertimbangkan keputusannya. Malam nanti Amel berjanji akan memberikan jawaban, tentu setelah ia melihat respon Niel kala Zeusyu mengutarakan keinginannya dihadapan semua orang.

“Mel udah. Anak itu mungkin masih kecewa karena kita bohongi.” Sukma menggenggam lengan menantu kesayangannya. Ia menggelengkan kepala meminta Amel agar membiarkan saja cucunya. Niel butuh waktu— begitu pikir Sukma.

“Percaya sama Mama, Mel. Niel nggak akan rela perjodohannya batal. Lihat seberapa kacau dia waktu Zeu ada di rumah sakit tadi kan?!”

“Anak itu nggak sadar sama perasaannya, Mah. Nanti kalau sudah ilang beneran, mau gimana?! Anaknya Sarah udah terlanjur sakit hati!”

“Udah, udah! Percayain ini sama Mama. Mereka nggak akan ke mana-mana. Mama yang bakalan cegah kalau semisal mereka mau pergi” Ujar Sukma menenangkan. “Mending kamu pilih makanan apa yang baik buat nanti malem.”

SAMPAI di depan pintu kamarnya, Niel terdiam. Ia memandang atap sebelum menghantamkan kepalan tangannya pada objek yang tidak bersalah. Perasaan bersalahnya muncul tanpa sebab yang dirinya ketahui dan ia sadari benar, kepada siapa perasaan tersebut ditujukan.

“Sialan!” Maki Niel pada udara yang memeluk kehampaan dirinya.

Niel meraih gagang pintu, membukanya sebelum membanting keras satu-satunya akses masuk dan keluar ke dalam kamarnya. Ia tak peduli pada seisi rumah yang mendengar— Otaknya terlalu penuh, memikirkan hal tak logis yang baru saja terjadi padanya.

Sungguh, Niel tak mengerti. Ia tak bisa mempercayai dirinya sendiri. Mengapa ia sampai memikirkan Zeusyu saat mencium Meyselin?! Mungkinkah karena rasa bersalah setelah melihat betapa hancurnya Zeusyu siang tadi?! Meskipun begitu, tak sepantasnya ia melihat Zeusyu dalam diri kekasihnya.

“Semua gara-gara Zeu!” Hardiknya mendendam. Seandainya tidak ada Zeusyu di dunia ini, kehidupannya mungkin akan baik-baik saja. Ia tak perlu merasakan perasaan aneh yang membelenggu dirinya hingga kacau balau seperti sekarang.

Niel menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Tangannya membuka beberapa kancing kemeja sekolah yang dirinya kenakan, sebelum bergerak tak karuan arah untuk melampiaskan kekesalannya.

Apa yang akan Meyselin pikirkan tentang perilakunya tadi?! Gadis itu pasti bertanya-tanya mengenai tindakan bodoh yang dirinya lakukan.

“Lo goblok banget Niel! Sumpah!” Rutuknya pada diri sendiri.

SORE telah berganti. Ketukan pada daun pintu kamarnya membuat Niel membuka mata. Ia tidak sadar jika sekelumit beban di otaknya ternyata mengantarkan dirinya pada rasa kantuk yang membuatnya terlelap. Sudah lama ia tak pernah merasakan tidur siang.

“Ya?!” Balas Niel memberitahu jika dirinya mendengar ketukan.

“Mas Niel.. Kata Bapak, Mas ditunggu di ruang makan.”

Niel menggeliat. Ia berteriak, meminta waktu beberapa menit untuk menyiapkan diri. Menumpukan lengan di wajah, Niel kembali memejamkan mata. Ia tidak tahu sihir apa yang digunakan Zeusyu sehingga bisa mampir ke dalam mimpinya. Gadis itu menangis, memohon kepada sang mama agar melepaskan ikatan yang membebani dirinya.

Jadi bersamanya adalah sebuah beban belaka?!

Niel hanya bisa terkekeh. Seharusnya ia-lah yang mengucapkan kalimat itu, bukan Zeusyu. Meskipun hanya di dalam mimpi, ego yang Niel bangun setinggi gunung nyatanya merasa terluka. Jika ada orang yang meninggalkan, itu adalah dirinya. Hanya dirinya yang berhak menggoreskan luka setelah apa yang Zeusyu lakukan padanya dan Meyselin. Akan ia pastikan Zeusyu mendapatkan sakit melebihi apa yang gadis itu berikan pada kekasihnya.

“Shit! Zeu bangsat!”

Ia harus segera bersiap atau mamanya mungkin akan menerobos masuk membawa teflon andalannya. Ia melirik jam weker di atas nakas, menghela napasnya dalam mengetahui denting waktu yang berjalan– ternyata ia mati suri hanya karena seorang gadis yatim piatu. Betapa mengesalkannya hidup!

Langkah yang tadinya ringan tiba-tiba saja menjadi sangat berat. Di meja makannya, Niel tak hanya menemukan anggota keluarganya, melainkan tetangga depan yang juga sepertinya tengah siap menerima makanan geratis.

“Nggak punya lauk sendiri sampai numpang makan di rumah orang?! Gaji Om Alex nggak cukup ya buat masak?!” Sarkasnya sebelum memilih duduk jauh dari gadis yang dirinya klaim sebagai penghancur kehidupannya.

“NATHANIEL!!” Sukma sudah memberikan banyak kesempatan tapi cucunya sepertinya tidak mengerti dengan kelembutan hatinya. “Minta maaf atau kamu kemasi semua barang-barang kamu dari rumah ini.”

Amel sang mama bernyanyi pelan, mengejek Niel. Akhirnya tetua Tirto menunjukkan taringnya untuk menangani Niel. Ia sudah menunggu momen ini sangat lama. Sekali-kali Niel memang harus diberi pelajaran. Anak itu tidak bisa bertingkah semaunya lalu menagih harta warisan tanpa menuruti keinginan mereka. Ada harga yang harus dibayar dari setiap kemudahan yang didapatkan.

“Emang enak.” Kicau Amel.

“Minta Maaf Niel!” Sukma menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya. Ia tak mengizinkan anak keturunannya untuk menghina orang kepercayaannya, terlebih itu Sarah– Wanita yang telah ia anggap seperti anaknya sendiri.

“Keberadaan kamu di dunia ini tidak lebih penting dari Tante Sarah, jangan pancing Oma! Siapa saja berhak menduduki kursi Tirto selanjutnya. Kamu hanya salah satu kandidat, jadi jangan berbuat hal di luar batas!” Meski berada di atas kursi roda, kegaharan Sukmana Tirto tidak pernah lenyap. Wanita itu masih bisa menggunakan nada tingginya pada setiap anggota keluarga Tirto yang tidak dapat diatur.

“Maaf Om, Tante.” Melawan sang oma merupakan satu-satunya jalan yang akan Niel tempuh. Ia bisa melawan siapa saja, tapi tidak pemilik istana megah Tirto. Konon kabarnya, wanita yang melahirkan papanya tersebut memiliki kekuatan spesial sehingga sampai sekarang malaikat mau belum menjemputnya.

“Langsung saja,” Sukma tidak menyukai basa-basi. Malam ini dirinyalah sosok yang memegang kendali penuh atas pertemuan yang menantunya selenggarakan. “Zeusyu ingin membatalkan perjodohan kalian dan Oma setuju.”

Gelas ditangan Niel melorot tanpa bisa dicegah. Pria muda itu kontan berdiri untuk menghindari pecahan kaca dan air yang sempat membasahi kaosnya. Ia terpaku menatap kehancuran yang berada di depan matanya. Piring dan gelas yang akan dirinya gunakan telah hancur berkeping-keping.

Sama seperti..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel