Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8 || Serangan Mendadak.

Mimpi buruk telah berakhir, menyisakan peta-peta kecil yang tergambar tipis pada sarung bantal merah maroon milik Aleta.

Tok! Tok!

Gadis itu mengerjap kala ketukan pintu memenuhi gendang telinganya. "Pembantu sialan!"

Lantas, Aleta beranjak bangun, melempar selimutnya ke dasar lantai, diikuti dirinya berjalan malas menuju cermin.

Ia berdiri di sana, memperhatikan pantulan wajah sendiri sembari menguap beberapa kali.

Hoam!

"Aleta?" Bukan hanya si asisten rumah tangga yang mengusik Aleta tapi juga ayahnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Louison di balik pintu, "ini hari kuliahmu! Kumohon jangan buat aku mati cepat."

"Yes, Daddy!" seru Aleta menjatuhkan diri pada kasur.

Tak lagi mendengar suara-suara di balik pintu, Aleta membuang napas lega.

Dibanding menimba ilmu, gadis itu lebih tak rela meninggalkan kenyamanan kasur dan bantalnya.

Di sisi lain dari kediaman keluarga Louison, Jhon tengah bersiap memulai misi pertama setelah ia dinyatakan lolos dari tahap pelatihan.

Sepagi ini Jhon sudah diminta menjemput seseorang dari bandara.

Tidak seperti para penjemput lainnya yang membawa papan nama, Jhon malah berdiri santai. Matanya sempat berpendar kesana-kemari disaat sekelompok orang keluar dari jalur exit.

Tap!

Begitu pundaknya ditepuk, Jhon spontan bersiap menyerang tapi untungnya seonggok tangan keriput terulur di sisi lengannya dan dia otomatis berbalik.

"Bawakan ini!" Tampaklah seorang wanita tua bergaya nyentrik mendorong koper hitam berukuran besar.

Jhon menurunkan sedikit kacamatanya, mengintip wajah keriput wanita nyentrik tersebut.

"Apa kau Nyonya Kim?" tanya Jhon memastikan jika ia benar orang yang hendak dijemput.

"Iya, kau Jhon Christy, 'kan?" Nyonya Kim balik bertanya.

"Hm, itu aku, mari!" Jhon meminta nyonya Kim berjalan lebih dulu, sedangkan ia mengekor dengan santai.

'Tua-tua keladi,' batin Jhon.

Selang lima menit, keduanya sama-sama berhenti di samping mobil butut milik Jhon.

Nyonya Kim mendelik sambil bertanya, "Ini fasilitas untukku?"

Jhon hanya mengangguk pasrah, lagipula itu pemberian Romis.

"Si Romis sialan!" umpat Nyonya Kim seraya menendang ban mobil.

Jhon pikir wanita nyentrik itu akan kesakitan, ternyata tidak sama sekali!

"Silahkan!" Jhon pun lanjut mempersilahkan Nyonya Kim masuk.

Karena tak punya pilihan, Nyonya Kim mau tak mau tetap masuk meski wajahnya ditekuk jelek.

Bram!

Untungnya kali ini mobil langsung berfungsi padahal biasanya harus distarter puluhan kali baru bisa bersahabat.

Sepanjang perjalanan Nyonya Kim sibuk membaca koran, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.

Jhon sesekali memperhatikannya dari cermin. Lalu, sekelebat pertanyaan melintas begitu saja dalam benaknya.

'Kenapa Pak Romis ingin aku mengawal orang ini? Hm, tidak sesederhana yang kulihat.'

Semua yang terpikirkan oleh Jhon terbayar tuntas detik berikutnya... dimana ia seketika mengerem mendadak dan hampir saja membuat Nyonya Kim tersungkur.

"Ada ap--" Kalimat Nyonya Kim tercekat, kelopak matanya melebar tepat setelah mendapati sebuah mobil hitam legam menghalangi laju mobil Jhon.

Sadar akan sesuatu buruk, Jhon mengambil senjata yang tersimpan baik dalam saku celananya.

"Hish, pengacau," dengkus Nyonya Kim.

Tiga pria berperawakan besar dan tinggi, berpakaian serba hitam, serta senjata api yang tercetak jelas dalam celana ketatnya, keluar dari mobil.

"Apa kau sudah terlatih dengan baik?" Nyonya Kim bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari koran.

"Apa Nyonya ingin menyaksikan?" tantang Jhon.

Di balik koran Nyonya Kim meringis kecil. "Jangan buang-buang tenagamu untuk menuntaskan cecunguk seperti mereka."

Jhon memutar spion pengemudi ke arah Nyonya Kim. Ia tampak berpikir keras. Namun, tidak bisa berlama-lama kala Nyonya Kim menggetok kepalanya dengan koran yang digulung.

"Tunggu apa lagi? Cepat jalan!" perintah wanita bergaya nyentrik tersebut.

Demi apapun, Jhon merasa seperti orang bodoh. Anehnya lagi, ia mengikuti perintah wanita itu.

Jalan masih terhalang, tetapi Jhon tidak kehabisan akal, ingat ada jalan tikus di daerah sini.

Menggunakan kepiawaiannya dalam berkendara, Jhon dapat memutar arah mobil layaknya pembalap tingkat profesional.

Pergerakan cepatnya menimbulkan derung nyaring bersamaan dengan asap yang mengepul tebal!

Ketiga orang di hadapannya menghadang asap dengan lengan kiri. Sedang, tangan kanannya merogoh senjata api, mengarahkan mulut senjata pada ban mobil milik Jhon.

Dor!

Peluru berdesing!

Tembakan pertama meleset. Namun, diikuti tembakan selanjutnya yang memberondong tanpa ampun.

"Hish, mengganggu konsentrasiku," sungut Nyonya Kim.

Saat ini posisi mobil Jhon sudah membelakangi mereka, Jhon langsung menginjak pedal gas.

Bram!

Kecepatan saat itu juga naik diatas 90 km/jam. Nyonya Kim reflek menggantungkan tangannya pada hand grip handle, koran yang tadi ia baca sudah tak berbentuk lagi.

Nyonya Kim menyembulkan kepala, dia sengaja menoleh hanya untuk menjulurkan lidah; mengejek.

Tak mau kalah, mereka bertiga juga memasuki mobil, menancap gas jauh lebih cepat mengejar mobil Jhon.

Dua penumpang mobil hitam menjulurkan setengah badan seraya mengarahkan pistolnya ke depan.

"Nyonya Kim, menunduk!" perintah Jhon, diikuti Nyonya Kim.

Dor!

Peluru berhasil menembus kaca mobil belakang Jhon, memecahkannya hingga berkeping-keping.

Beruntung tak ada satupun yang mengenai kepala Nyonya Kim, dia malahan meringis geli.

Lima puluh meter lagi ada pertigaan jalan, Jhon bersiap memutar ke arah kiri.

"Wah, ini sangat seru!" teriak Nyonya Kim semangat menggebu-gebu.

'Gila,' batin Jhon.

Secepat kilat Jhon memutar setir mobil. Keempat ban mobil sama-sama bergerak ke satu arah, dan akhirnya mobil memasuki gang sempit yang kemungkinan hanya cukup untuk satu mobil saja.

Sialnya mobil yang mengejar berhasil sampai di belakang!

"Shit!" umpat Jhon.

Dalam keadaan tegang begini, Nyonya Kim sempat-sempatnya merogoh tas branded yang ia bawa, mengeluarkan lolipop warna-warni, lalu mengulumnya penuh kenikmatan.

"Hem, cukup enak," ucapnya.

'Gila.' lagi dan lagi Jhon membatin kata yang sama, tqnpa ia sadari jika kegilaan itu sama persis seperti dirinya ketika penembakan teroris bulan lalu.

Di belakang sana, mobil hitam itu masih terus mengejar. Mereka tak segan-segan mengeluarkan semua peluru, bahkan jika habis mereka segera mengisinya kembali.

Karena terus seperti ini Jhon hanya punya satu pilihan... meledakkan ban mobil mereka!

Sembari fokus menyetir, Jhon mengarahkan mulut pistol pada ban mobil pengikutnya. Dengan bantuan spion, timah panas yang keluar berhasil mendarat tepat sasaran.

Dor!

Duar!

Alhasil, ban mobil yang mengejarnya meledak hingga nyaris membuat mobil oleng. Kecepatan mobil secara otomatis berkurang, sampai akhirnya benar-benar berhenti karena mobil tak bisa digunakan.

Jhon mengambil kesempatan ini dengan menambah kecepatan penuh. Sesekali ia melirik ke belakang. Melihat orang-orang yang mengejarnya tampak kebingungan, sudut bibirnya langsung terangkat tinggi.

"Kau hebat juga," puji Nyonya Kim, telah menghabiskan setengah lolipop.

"Apa gigimu masih berfungsi baik, Nyonya?" tanya Jhon setengah mencibir.

"Ck, kau pikir aku wanita renta!" tandas Nyonya Kim.

Setelah berhasil lolos dari kejaran mereka, mobil berhenti mendadak. Jhon yang sudah tahu, pun menghantam setir mobil.

"Manja sekali," gerutunya, bergegas keluar.

Betapa kagetnya Jhon melihat keadaan mobil. Bolong sana, bolong sini, kaca pecah, banyak goresan dan pastinya sekarang mogok lagi.

"Ada apa, Hyung? Mobilmu mogok?" tanya Nyonya Kim, menyembulkan kepala keluar.

"Iya, seperti yang anda lihat." Jhon meringis kecil.

Bukannya turun, Nyonya Kim tetap di dalam, malahan lanjut menikmati lolipop yang hampir habis dengan santainya.

Jhon membuka penutup mesin mobil, kepulan asap langsung menyambar wajahnya.

Ukhuk!

Sambil mengipas dengan tangan, Jhon memperhatikan mesin mobil tersebut.

"Nyonya! Mobil ini akan masuk bengkel, kita harus menggunakan kendaraan lain," seru Jhon.

"Aku sudah tahu." Santai Nyonya Kim, selanjutnya wanita bergaya nyentrik itu telah keluar membawa koper sekaligus tas brandednya.

Lalu, Jhon mengajaknya memasuki sebuah ruko kecil yang menjual aneka macam kerajinan tangan. "Tunggu disini, sebentar lagi jemputanku akan datang."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel