Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 7. Selingkuh Itu Refreshing

Hari menjelang sore, ketika Nina akhirnya sampai di rumahnya. Saat ia masuk tadi, ia melihat Davka masih belajar piano bersama guru privatnya.

Tadi Nina mengecup sejenak pipi Davka. Setelah mandi sore, ia akan turun untuk menemani Davka seperti biasanya. Mengecek pelajaran Davka di sekolah dan mengecek jadwal pelajaran untuk besok.

Nina merebahkan tubuhnya yang penat ke atas ranjang. Tadi setelah menemui Raynor, ia dan Sita mengerjakan pesanan pre order yang harus dikirimkan pada kloter kedua bulan ini. Ia menggambari 50 buah mug dan kini punggungnya lelah.

Teringat percakapannya dengan Diajeng di panggilan telepon tadi pagi.

"Lo harus sering ngecek barang-barang Thian. Apa aja. Pokoknya sering ngecek aja. Lo pasti bakal nemu sesuatu, karena dia memang selingkuh. Serapi apa pun bangkai ditutupi, pasti baunya bakal kecium juga."

Nina menatap sekeliling. Kedua matanya menyusuri kamarnya sendiri. Sesuatu seolah menuntunnya. Ia bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju kamar ganti. Nina membuka laci tempat celana dalam Thian dan tidak menemukan apa pun. Nina melewati lemari kaca tempat setelan Thian dan langkahnya terhenti saat ia menatap setelan jas hitam yang berada tepat di sampingnya. Nina menoleh dan memicingkan kedua mata saat ia menemukan sesuatu yang berkelip-kelip di permukaan jas Thian.

Sebelah tangannya membuka pintu lemari dan menarik jas itu keluar. Nina tertegun saat ia menemukan butiran glitter di jas Thian.

Apa ini?

Bantalan telunjuk Nina menyentuh perlahan butiran glitter yang menempel pada jas suaminya. Ia beralih mengecek kantung pada jas. Tangannya menyentuh seusuatu. Nina segera menarik tangannya dari dalam saku jas Thian dan tertegun saat melihat bungkus kondom.

Jantungnya bagai terhenti. Thian sepertinya lupa membuang bungkus kondom itu. Nina menatap nanar bungkus kondom di tangannya.

Suaminya memang benar-benar sudah bercinta dengan perempuan lain. Entah sudah seberapa sering.

Terbayang adegan yang mungkin saja terjadi. Perempuan itu memeluk suaminya, dengan masih memakai riasan sehingga glitter dari wajah perempuan itu menempel pada jas Thian. Setelah itu, mereka tergesa bercinta.

Perempuan macam apa yang mengenakan riasan glitter sekasar ini? Nina mengernyit heran di antara perasaan sedihnya.

Glitter ini bahkan terlihat murah. Apa mereka sedang mendatangi suatu acara atau bagaimana? Sehingga si perempuan memilih memberi glitter pada riasannya?

Rasa curiga menerjang tak tentu arah. Thian dengan segala sikap hati-hati lelaki itu, rasanya mustahil membiarkan hal seperti ini terjadi. Sampai sekarang saja, ia tidak menemukan bukti perselingkuhan di ponsel Thian. Tetapi mengapa ia mudah menemukan hal itu pada hal-hal yang melekat pada diri Thian?

Thian memang sedikit nekat soal seksualitas. Tetapi setahunya, Thian tidak pernah ceroboh. Nina masih ingat, bagaimana saat mereka bercinta di rest room ruangan kerja Thian. Suaminya itu bahkan melakukannya dengan rapi. Thian bahkan sudah memperhitungkan bagaimana cara mengusir Inka dan Sobiri secara halus. Namun dalam hal ini tentu saja Thian masih bisa melakukan kesalahan.

Apakah perempuan ini membuat Thian jadi kurang berhati-hati? Sepertinya percintaan mereka cukup panas. Nina yakin perempuan itu sungguh ahli menggoda dan mempermainkan gairah suaminya.

Senyuman sinis Nina mengembang pelan. Malam ini ia akan mencobanya dan ia sungguh ingin tahu bagaimana reaksi Thian. Apa lelaki itu akan merasa tersindir?

______________________

Malam itu sebelum pulang, Thian menyempatkan waktu sejenak untuk menyanggupi ajakan bertemu dari Dharma. Mereka hanya ingin saling bertukar kabar sambil curhat masalah pekerjaan seperti biasa. Pilihan Dharma jatuh pada lounge hotel yang tidak terlalu jauh dari kantor mereka demi menghemat waktu.

Masing-masing dari mereka sedang menyesap rokok, ketika Dharma menceritakan tentang peluangnya untuk berkarir di bank lain. Dharma hanya dua tahun lebih tua darinya, dan lelaki itu sedang mendapat tawaran yang cukup menggiurkan dari bank pelat merah kompetitor.

Secara pekerjaan, Thian akui Dharma luar biasa keren dan hebat. Lelaki itu selalu bisa melampaui target dan ekspetasi yang diberikan. Karir Dharma termasuk cepat. Thian sendiri tidak pernah punya keinginan untuk diam-diam merasa bersaing dengan Dharma. Sahabatnya itu juga sering mendapat tawaran yang menggiurkan.

Thian sendiri merasa kinerjanya belum begitu terlihat karena ia belum setahun menjadi direktur. Biasanya saat kinerjanya sudah terlihat selama setahun, maka tawaran-tawaran itu akan berdatangan.

"Gue ditawarin jadi wakil dirut." Dharma menatap dengan kilat di wajahnya. "Nego-nego ini udah dua bulanan lah. Tapi gue ditahan sama perusahaan sekarang." Dharma tersenyum puas sementara Thian menatap takjub.

Wakil direktur utama tentu jabatan yang lebih tinggi dari jabatannya sekarang.

"Jadi lo balik BUMN nih?" goda Thian.

"Gue belum putusin sih. Masih gue pertimbangkan mana yang lebih oke. Bank yang sekarang, cuannya banyak banget. But, gue punya ambisi. Kalo gue jadi wakil dirut, nama gue makin naik kan? Gue pingin jadi dirut!" telunjuk Dharma menekan meja dengan gemas.

"Emejing banget lo Bro. Tapi lo emang, terkenal agresif sih soal kerjaan. Apa rahasianya Bro? Bagi dong. Gue pingin hebat kayak lo." Thian menatap penuh harap.

"Jangan jadi rata-rata, Thian. Itu aja!" Dharma menenggak minumannya.

"Iya gue tahu lah! Tapi lo tuh emang kayak pesawat jet tempur. Wus wus wus!" Thian menggerakkan telunjuknya ke segala arah dan mendapatkan senyuman tertahan Dharma. "Lo tuh kayak... bisa ya lo kayak gitu? Lo berani tapi berhasil." Thian manggut-manggut.

Dharma hanya menanggapi dengan senyuman malu-malu.

"Apa rahasia lo?" Thian mendekatkan wajahnya. Masih ingin tahu. Seingatnya, Dharma juga selalu tampak bersemangat dan prima di setiap pagi. Bahkan saat meeting review kinerja yang seringnya menegangkan, bibir Dharma masih enteng menebar senyum.

"Seks," jawab Dharma singkat yang sontak membuat Thian tertegun heran.

"Ck, yang bener lo."

Cengiran main-main Dharma mengembang membuat Thian menatap gemas.

"Gue nggak cocok pake caranya Pak Utomo." Dharma menyesap rokoknya sejenak. "Jujur, great sex bikin otak gue lebih moncer. Work hard sex hard... " Dharma menaik turunkan kedua alisnya.

Thian hanya menghela napas sambil menekan bibirnya. Perkara Dharma bajingan, ia sudah tahu dari dulu.

"Masa gitu aja?"

"Iya! Ya itu gue sih. Gue juga nggak tahu pokoknya seks tuh bikin my life so much better. That little bitch drives me crazy... "

Thian nyaris tertawa. Meluncur pertanyaan iseng dari bibirnya. "Apa Wenny, beneran sehebat itu?"

"Really good. Dari semua cewek yang pernah gue coba, dia yang paling yahud. Ya gimana? Biasa treatment pejabat, pengusaha, ya okelah!"

"Mantep ya?" Senyuman nakal Thian mengembang. Ia menyesap rokoknya dengan gemas.

"Mantep banget. Sepongannya bintang lima."

"Ahaahahahaha!" tawa Thian meledak keras. Sepenuhnya ia setuju dengan pernyataan Dharma.

"Dia tuh cewek paling nakal juga gemesin yang pernah gue pake." Dharma memicingkan kedua matanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel