Bab 7 . Tidak Akan Lagi Mencintaimu
Zhu An Chi tidak lagi bisa mundur, jadi dengan tangan gemetar, An Chi menggenggam ujung pakaian Go Jia Zhen. Berharap, ya berharap, pria itu membela atau meminta dirinya menjadi selir.
Go Jia Zhen menatap An Chi. Ya, tarikan di ujung pakaiannya membuat matanya menatap wanita itu, Zhu An Chi.
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan!" tegur Go Jia Zhen. Tidak dapat dipungkiri, An Chi menarik perhatiannya. Namun, siapa yang berani menentang Raja? Jia Zhen tidak berencana menentang sang ayah, karena seorang wanita.
Air mata An Chi tidak lagi dapat dibendung. Air mata mengalir membasahi wajahnya dan perlahan, melepaskan pegangannya pada ujung pakaian sang pangeran.
Go Jia Zhen memijat pelipisnya. Dirinya sadar, betapa buruk perlakuannya dan pasti amat menyakitkan bagi An Chi. Untuk terakhir kalinya, Jia Zhen ingin menolong Zhu An Chi.
Jadi, Jia Zhen berlutut di hadapan An Chi yang menangis kencang. Kedua tangannya, mengatup dua tangan An Chi yang ada di pangkuan wanita itu.
Sentuhan hangat itu, membuat An Chi mengangkat wajahnya dan menatap sang pangeran. Harapannya sudah pupus dan sentuhan hangat ini lebih seperti ucapan perpisahan.
"Maafkan aku. Namun, ini adalah yang terbaik bagi kita berdua. Jangan pernah, ya jangan pernah lagi menginjakkan kaki ke kediaman ini!" pesan Jia Zhen.
Zhu Fang Yi yang berdiri di dekat pintu kamar, berusaha keras menahan amarah. Kedua tangannya terkepal erat, melihat bagaimana suaminya berlutut dan berbicara dengan Zhu An Chi.
"T-terbaik?" tanya An Chi dengan terbata-bata. Ini tidak baik untuknya, jadi tidak pantas dikatakan sebagai yang terbaik.
Jia Zhen menghela napas panjang dan dirinya yakin An Chi belum tahu, bahwa dirinya adalah calon permaisuri. Sepertinya hal tersebut harus disampaikan, agar An Chi merasa lebih baik. Walaupun, Jia Zhen tahu bahwa An Chi hanya akan dijadikan sebagai tumbal.
"Kamu adalah calon permaisuri Kerajaan Yanzhou!" ujar Jia Zhen pada akhirnya.
"A-apa?" tanya An Chi yang tidak yakin dengan apa yang didengar olehnya.
"Kamu! Ya, kamu adalah calon permaisuri Kerajaan Yanzhou!" ulang Go Jia Zhen.
Tangisan An Chi berhenti dan dirinya mengerjapkan mata beberapa kali. Apakah, apakah tindakannya yang sudah sejauh ini, masih dianggap lelucon bagi pria ini? Tidakkah Jia Zhen tahu apa yang dikatakan barusan, sangatlah buruk? Perlukah berbohong sejauh itu, hanya untuk mendorongnya menjauh? batin An Chi dalam kesedihan yang mendalam.
PLAKKK!
Satu tamparan melayang ke wajah Go Jia Zhen. Ya, Fang Yi yang melihat hal tersebut amatlah terkejut. Berani sekali jalang itu menampar suaminya. Namun, kembali dirinya harus bersabar agar langkah penting berikutnya, dapat segera diambil.
"Apa?" tanya Jia Zhen. Dirinya tidak menyangka An Chi yang begitu lemah lembut, dapat menampar seperti ini.
An Chi berdiri dari duduknya dan berkata, "Apakah ini semua lelucon bagimu? Perasaanku, rasa cintaku, apakah ini semua lelucon?"
Tidak menunggu jawaban, An Chi langsung berlari keluar dari kamar ini. Ya, mana mungkin dirinya menjadi seorang permaisuri. Dirinya yang selalu dihina dan ditindas! Ya, alasan itu sungguh membuatnya marah dan muak terhadap pria itu!
Zhu Fang Yi mengejar An Chi dan seperti biasa, tetap ada seorang pelayan yang mengikuti dirinya.
"Saat jalang itu keluar dari istana, segera tangkap dan kurung dia! Aku harus memberinya pelajaran, sebelum mencabut nyawanya!" perintah Fang Yi kepada pelayannya itu. Agar kaki tangannya dapat bersiap di depan istana, maka Fang Yi harus menunda kepergian An Chi.
Fang Yi berhasil mengejar saudarinya itu dan menangkap pergelangan tangan An Chi. Menarik kasar, agar langkah kaki An Chi terhenti. Ya, dari antara semua putri sang Jenderal, tubuh An Chi adalah yang paling mungil.
PLAKKK!
Tamparan kuat mendarat di wajah Zhu An Chi. Bahkan dirinya sampai terjatuh di atas tanah. Bibirnya berdarah dan itu sama sekali tidak terasa sakit, aneh bukan?
An Chi tersenyum dingin dan bangkit dari jatuhnya tadi. Maju satu langkah untuk menutup jarak di antara mereka. Lalu, mengangkat wajahnya dan menatap Fang Yi dengan begitu dingin, penuh kebencian.
"JALANG! Kau pikir siapa dirimu? Tidak tahu malu, berani-berani datang ke kediamanku dan merayu suamiku!" raung Fang Yi marah, sambil menarik kerah hanfu yang dikenakan An Chi.
An Chi tertawa dingin dan balas berkata, "Tidak ada yang melihat, jadi kamu tidak perlu berpura-pura seperti tadi!"
PLAKKK!
Satu tamparan lagi, kembali mendarat di wajah An Chi.
"Kau masih berani tertawa? Aku tidak akan membuat ini menjadi mudah!" ancam Fang Yi yang satu tangannya masih mencengkeram kerah hanfu An Chi.
"Tidak mudah? Bukankah selama ini, kamu dan saudari yang lain selalu membuat hidupku tidak mudah? Jadi, apa bedanya kali ini?" tanya An Chi dingin. Ini pertama kali, dirinya berani menantang dan menjawab ancaman yang diarahkan untuknya.
"Tentu berbeda! Aku tidak akan memberikan kesempatan lain bagimu!" bisik Fang Yi dingin.
"Kau akan membunuhku?" tanya An Chi.
Zhu An Chi, tidak lagi merasa takut atau risau. Bahkan wajahnya yang bengkak karena ditampar dua kali, sama sekali tidak terasa sakit. Apakah dirinya akan mati hari ini? Ya, sepertinya begitu. Itu bagus, dirinya muak dengan kehidupan seperti ini. Seandainya, dirinya memiliki sedikit keberanian Eleanor Zhu. Ya, Eleanor Zhu, nama pemilik suara yang sering memasuki pikirannya. An Chi penasaran akan seperti apa reaksi Eleanor jika melihat apa yang terjadi.
"YA!" jawab Fang Yi pasti.
"Bunuh aku!" tantang An Chi dan memajukan wajahnya. Dirinya ingin segera mati. Meninggalkan tubuh ini, meninggalkan kehidupan ini.
Ha ha ha!
"BODOH! Aku tidak akan mengotori tanganku!" bisik Fang Yi dan melepaskan kerah hanfu An Chi. Lalu, Fang Yi berbalik dan berjalan kembali ke kediamannya.
Untuk terakhir kali, An Chi menatap ke arah kediaman itu dan menunggu. Menunggu Jia Zhen datang padanya dan itu adalah harapan kosong.
"Aku berharap kamu menyesal menolak diriku! Aku berharap setelah kepergianku, kamu akan sadar bertapa kamu mencintaiku. Namun, aku tidak lagi akan mencintaimu. Tidak akan! Baik di kehidupan ini, maupun berikutnya!" ujar An Chi pelan, berharap angin dapat membawa suaranya dan ucapannya di dengar oleh Jia Zhen. Namun, itu tidaklah mungkin.
Zhu An Chi berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan kediaman Selatan dan keluar dari istana.
An Chi yang layaknya mayat hidup, melompat naik ke atas kuda dan memacu kuda, melintasi hutan gelap.
Seperti perkiraannya, sekelompok pria dengan penutup wajah sudah menunggunya. Mereka membuat kudanya terjatuh dan An Chi terpental dengan begitu kuat. Lalu, salah satu pria itu membekap wajahnya dengan sapu tangan. An Chi tidak melawan, dirinya memang sudah bersiap untuk mati. Lebih baik mati di tangan orang lain, daripada bunuh diri.
Seketika, Zhu An Chi terkulai lemas dan tidak lagi sadarkan diri.
"Bos, apakah kita harus membuangnya sekarang?" tanya salah satu pria kepada pimpinan. Mereka adalah sekelompok pembunuh bayaran yang dipelihara oleh Nyonya Besar Zhu. Mereka bersiap mati dan melakukan pekerjaan kotor seperti ini.
"Tidak! Nona berpesan agar membawanya ke gubuk! Sepertinya, Nona akan menyiksa sebelum membunuh!" balas sang pimpinan.
***
Di masa dan waktu yang lain.
"Maaf, tapi aku harus segera pergi!" ujar Daniel Go yang barusan menerima panggilan telepon.
"Ada masalah?" tanya Eleanor yang duduk di tepi pantai menikmati indahnya langit malam.
"Hmmm. Kakak kandungku menunjukkan sedikit reaksi, jadi aku harus ke sana!" jelas Daniel, sambil menepis pasir yang menempel pada celananya.
"Reaksi?"
"Kakakku koma setelah mengalami kecelakaan. Tadi pihak rumah sakit mengabarkan ada sedikit tanda viral, jadi aku harus ke sana!" jelas Daniel kembali.
Eleanor berdiri dari duduknya dan melakukan panggilan melalui jam tangan canggihnya. Lalu, mereka kembali ke kediaman indah yang dibangun di pulau. Ada helipad di halaman belakang kediaman itu.
Tidak lama, helikopter mendarat.
"Bolehkah aku ikut denganmu? Kau tahu, aku juga harus kembali malam ini," jelas Eleanor. Ya, besok adalah hari ulang tahunnya dan dirinya harus kembali ke rumah sebelum lewat tengah malam.
"Tentu!" jawab Daniel. Beberapa hari dengan sang pewaris, membuat dirinya mengenal wanita ini lebih jauh.