Bab 5. Puncak Kehidupan
"Anda serius?" tanya Eleanor antusias. Entah mengapa, seperti perkataan Bibi Luo tadi, dirinya percaya akan perkataan sang Bhikkhuni yang benar-benar diluar akal sehat.
Bhikkhuni itu mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.
Eleanor merasakan perasaan antusias yang begitu besar dalam dirinya. Ini hebat, kesempatan yang telah ditunggu-tunggu selama hidupnya. Eleanor menatap ke arah sang ayah, ingin melihat seperti apa ekspresi wajah Arron Zhu.
Arron Zhu menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. Seakan, sang ayah ikut bersyukur akan apa yang diucapkan Bhikkhuni itu. Itu artinya, mereka berdua percaya dengan perkataan sang Bhikkhuni.
"Namun, hasil akhirnya seperti yang Anda katakan tadi, bahwa tidak dapat diprediksi. Apakah ada kemungkinan aku tidak akan kembali terbangun?" tanya Eleanor langsung. Ya, dirinya tidak suka harapan palsu. Kenyataan harus diketahuinya dengan pasti, walau tidak semua baik.
"Apakah niatmu untuk sembuh begitu kecil? Yang perlu kamu lakukan adalah bertahan hidup dan melewati apa yang akan terjadi nantinya. Jika kamu mati dalam mimpimu, maka ya kamu tidak akan terbangun lagi. Sebab, itu artinya jiwamu telah musnah," jawab sang Bhikkhuni apa adanya.
Eleanor menganggukkan kepalanya. Otaknya berputar, melakukan kalkulasi. Secara garis besar, Eleanor sepertinya tahu apa yang akan terjadi. Mungkin dirinya akan hidup di dalam tubuh Zhu An Chi dan membantu wanita itu menghadapi masalah. Ya, seperti itu yang biasanya dibaca dari novel-novel fantasi kesukaannya. Bukankah keren, dua jiwa dalam satu tubuh? Itu artinya mereka memiliki dua otak untuk berpikir. Ya, jika ada jiwanya di sana, maka Zhu An Chi tidak akan mudah ditindas dan tidak akan mati muda, batinnya.
"Jangan berpikir terlalu jauh. Semua yang akan terjadi masih menjadi rahasia Ilahi. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah manfaatkan waktumu sebelum hari ulang tahunmu tiba, pergunakan sebaik-baiknya," ujar sang Bhikkhuni yang dapat mendengar jelas pikiran Eleanor.
"Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Minta Sekretaris Han menyiapkan semuanya untukmu. Gunakan semua fasilitas serta kekayaan Ayahmu ini," ujar Arron Zhu.
"Baik, Ayah! Jika begitu, aku permisi!" seru Eleanor dan berlari keluar dari ruangan itu.
Berlari naik ke lantai atas, tepatnya ke dalam kamarnya. Lalu, membuka lemari pakaian yang lain. Ada dua lemari pakaian dalam kamarnya itu. Satu lemari yang biasa sering dibukanya, berisi pakaian olahraga yang sama persis. Sedangkan, satu lemari lagi hanya dibuka saat menyimpan sesuatu. Ya, koleksi pakaian bermerek yang indah dari perancang ternama, edisi terbatas.
Bagaimanapun Eleanor adalah seorang wanita yang senang akan hal-hal indah.
Eleanor bingung harus mengenakan yang mana. Akhirnya, setelah keputusan yang sulit, pilihannya jatuh pada kemeja slim fit putih dan celana kulit berwarna coklat tua, celana ketat. Sepatu boot menjadi pilihan berikutnya dan sebuah tas ransel yang juga terbuat dari kulit asli.
Semua pakaian itu dilempar ke atas ranjang dan Eleanor melakukan panggilan melalui jam tangan canggihnya.
"Sekretaris Han, siapkan helikopter! Temukan di mana posisi aktor itu, saat ini. Sebab, kita yang akan datang menjemputnya!" perintah Eleanor yang tidak lagi mampu bersabar, menunggu sampai siang hari.
Lalu, panggilan kedua ditujukan kepada Bibi Luo.
"Bibi Luo, segera datang ke kamar. Aku butuh bantuan!"
Bibi Luo yang berbadan sedikit berisi, berlari dengan tergopoh-gopoh, naik ke lantai atas menuju kamar sang Nona. Apa yang terjadi? Apakah Nona sakit atau terjatuh? Belum pernah Nona memanggilnya seperti ini. Bahkan, biasanya Nona malas menemuinya.
BRAKKK!
Bibi Luo mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar.
"NONA! NONA, ADA APA? APAKAH NONA BAIK-BAIK SAJA?" pekik Bibi Luo di tengah napasnya yang ngos-ngosan.
Eleanor sudah melepaskan pakaian olahraga, saat ini dirinya sedang mengancing kancing kemeja sambil berbalik menatap Bibi Luo, dengan tatapan heran.
"Ada apa? Tidak ada apa-apa. Apakah Bibi baik-baik saja?" Eleanor kembali bertanya.
"Mengapa kamu melepaskan pakaian itu! Kenakan kembali!" seru Bibi Luo sambil mengambil pakaian olahraga yang dilempar asal di atas ranjang.
"Bibi-"
"Ayo, pakai kembali! Bibi tahu kamu bosan hanya memakai pakaian yang sama setiap hari. Tapi, pakaian ini yang akan menjagamu dan-"
Ocehan Bibi Luo terhenti saat Eleanor memeluk tubuh wanita itu.
"Tidak apa-apa, Bi. Tidak akan ada masalah sampai hari ulang tahunku. Aku dapat melakukan apapun, sebelum hari ulang tahunku dan tidak akan tertidur tiba-tiba. Itulah yang dikatakan Bhikkhuni tadi dan aku mempercayainya," jelas Eleanor.
Tubuh berisi Bibi Luo gemetar. Ya, Eleanor tahu Bibi Luo menangis bahagia untuk dirinya.
"Oh, anakku...." ujar Bibi Luo sambil membalas pelukan Eleanor.
Setelah dapat menerima kabar itu, Bibi Luo melepaskan pelukannya dan menghapus air mata. Lalu, membantu Eleanor bersiap.
"Karena alasan itukah, Sekretaris Han berlari tunggang langgang? Puluhan tahun bekerja bersamanya, hanya kali ini aku melihatnya sepanik tadi. Akhirnya, Bibi mengerti alasannya," ujar Bibi Luo tersenyum lebar dan membantu Eleanor merapikan rambut panjangnya.
Eleanor tersenyum begitu lebar. Dirinya memiliki kesempatan emas ini dan pasangan kencan. Bukankah itu menakjubkan? Ya, amat menakjubkan.
Jika kalian mengira Eleanor Zhu akan melakukan hal-hal umum seperti berbelanja, jalan-jalan ke taman hiburan, makan malam romantis atau nonton film, itu salah besar.
Eleanor Zhu menggunakan helikopter milik Zhu Company untuk menjemput teman kencannya. Ya, helikopter berhenti di atas atap gedung rumah produksi yang menaungi sangat aktor. Setelah itu, perjalanan di lanjutkan ke salah satu tempat dengan pemandangan tebing serta air terjun yang indah.
Ya, Eleanor melakukan panjat tebing, bungee jumping dan olahraga ekstrem lainnya.
Daniel Go, seorang aktor dan sekaligus penyanyi yang sedang naik daun, menjadi teman kencannya. Aktor itu hanya bisa menggelengkan kepala dan mundur teratur saat diajak untuk bergabung. Ya, Daniel memiliki fobia pada ketinggian. Dapatkah dibayangkan seperti apa ketakutannya saat terbang menggunakan helikopter? Namun, antusias pasangan kencannya mampu mengalihkannya dari rasa takut.
Sang pewaris itu terlihat seperti anak-anak yang begitu senang, saat pertama kali diajak ke taman hiburan. Itulah yang dilihat Daniel Go dari ekspresi wajah Eleanor Zhu.
Tidak ada yang tahu akan penyakit yang dideritanya. Selama ini, orang-orang menganggap Eleanor Zhu adalah pewaris yang angkuh dan anti sosial. Ya, rumor itu lebih baik daripada penyakitnya diketahui oleh khayalak umum. Yang tentunya, akan mempengaruhi bisnis keluarganya.
Beberapa hari ke depan, Daniel Go tetap menjadi teman kencannya. Setidaknya, apa yang dilakukan Eleanor tidak lagi terlalu ekstrem. Mereka menginap di pulau pribadi milik Keluarga Zhu dengan fasilitas yang lengkap. Eleanor berenang, menyelam dan berkuda di sepanjang garis pantai, sambil menikmati indahnya langit saat matahari terbenam.
Di saat Eleanor Zhu menikmati puncak kehidupannya, Zhu An Chi mengalami hal yang bertolak belakang.
***
Di masa dan waktu yang berbeda.
Gerimis mengguyur Kerajaan Yanzhou. Itu bagus, sebab belakangan ini Kerajaan sedang mengalami kekeringan.
Zhu An Chi mengintip dari balik tembok kayu kediaman sang Jenderal.
Nyonya Besar beberapa hari ini tidak enak badan, tidak parah, tetapi itu membuat Zhu Fang Yi setiap hari datang untuk menjenguk. Ini adalah hari keempat sang kakak kembali ke rumah dan biasanya, setelah makan malam barulah Fang Yi kembali ke istana.
Setelah memastikan sang kakak masih berada di kamar Nyonya Besar, An Chi menyelinap keluar dari kediaman.
Menunggang kuda, menyusuri jalan hutan untuk menuju istana. Tentu Zhu An Chi diizinkan masuk, sebab semua orang tahu bahwa dirinya adalah putri ke-3 dari Jenderal Zhu Ju Long.
Berhasil melewati gerbang istana, Zhu An Chi di antar ke kediaman Pangeran ke-3. An Chi beralasan bahwa sang Kakak, Zhu Fang Yi memintanya menyampaikan pesan kepada Pangeran ke-3. Tidak ada yang curiga dan mengantar dirinya sampai tiba di depan pintu kediaman itu. Kediaman yang cukup luas, berada di bagian Selatan istana.
Di depan pintu kediaman, pelayan mempersilakan dirinya masuk dan memintanya menunggu di ruang depan. Namun, setelah sang pelayan pergi, An Chi menyelinap ke dalam kediaman. Berusaha menemukan kamar pengantin kakaknya. Ya, Zhu An Chi pernah mendengar Fang Yi menceritakan kepada Nyonya Besar bahwa kamarnya berada di lorong paling ujung, kamar yang begitu luas dan indah.